27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Investor Ramai-Ramai Beli SBN, Ini Penyebabnya

JAKARTA, duniafintech.com – Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan Pemerintah mulai dibeli para pemodal asing.

Hal itu terjadi setelah adanya penuruan bunga yang terus terkikis di lelang terakhir.

Sebelumnya, kepemilikan di Sekuritas Bank Indonesia (SRBI) juga terindikasi mengalami penjualan.

Lepas SRBI Pindah SBN?

Selama periode transaksi antara 22-25 Juli Bank Indonesia mencatat, adanya transaksi jual bersih SRBI sebesar Rp 1,39 triliun.

Para pemodal asing tercatat berhasil membukukan posisi beli bersih sebesar Rp3,37 triliun.

Langkah itu terjadi karena dipengaruhi oleh tren penurunan bunga diskonto SRBI.

Sebagai perbandingan, tingkat bunga SRBI pada ulan Juni lalu mengalami peningkatan dan berhasil bertengger di posisi tertinggi 7,52 persen.

Bila menghitung keseluruhan tahun ini, transaksi hingga 25 Juli 2024, investor asing berhasil membukukan posisi beli sebesar Rp 169,41 triliun.

Menariknya, sentimen pasar global juga menunjukkan siklus pemotongan bunga Federal Reserve yang membuat semakin optimistis.

Dampaknya, terjadi penurunan bunga secara beruntun dalam tiga lelang terakhir dengan menunjukkan bunga SRBI udah turun ke angka 7,22 persen.

Peluang Penurunan Bunga SRBI

Peluang dari penurunan bunga SRBI itu, memberikan ruang lebih besar bagi SBN tenor pendek untuk mencatat kenaikan harga.

Imbal hasil dari penurunan bunga pada Jumat menunjukkan SBN-2Y terpangkas 5,9 bps ke 6,632%.

Kemudian mengalami penurunan yield SBN-10Y dan 30Y masing-masing 1 bps menjadi 6,971% dan 7,092%.

Hal itu menimbulkan selisih antara tenor 2Y dan 10Y sebesar 34 bps.

Penurunan bunga SRBI berpeluang memberi ruang lebih besar bagi SBN tenor pendek untuk mencatat kenaikan harga, disokong oleh sentimen arah kebijakan The Fed yang diyakini akan mulai memangkas bunga pada September nanti.

Fakta lain, setelah bunga kembali diturunkan pada lelang SRBI kemarin, Bank Indonesia tampak menaikkan nilai penerbitan yang cukup besar.

Angkanya tak tanggung-tanggung mencapai angka Rp22 triliun menjadi Rp34 triliun, atau naik 54%.

Artinya, kedepan bank central masih diberi peluang untuk mengoptimalkan SRBI.

Hal itu tentu diharapkan menjadi ujung tombak dalam rangka stabilisasi rupiah yang belakangan tertekan.

Penurunan bunga diskonto juga terpantau mengalami penurunan SRBI pergerakan yield SBN terutama tenor pendek.

Sebelumnya, himbauan dari Bank Indonesia terkait antisipasi agar para bankir tidak melakukan mobilisasi dana pihak ketiga (DPK).

Serta diminta dan tidak memasarkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara langsung pada nasabah ritel.

Imbauan yang ditandatangani Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti tertuang dalam surat bernomor 26/3/DGS-DPMA/Srt/B pada 24 Juli 2024.

Imbauan ini mendapat respon positif dari analisis perbankan.

Menurut analis, kebijakan yang diambil BI dalam melakukan pencegahan terhadap munculnya efek samping SRBI.

SRBI kata analis, berpotensi akan menggerus net interest margin.

Hal ini menurut Lionel Prayadi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas akan memicu aksi jual lanjutan atas saham-saham perbankan.

Penjualan SRBI kata Lionel, dapat mempengaruhi likuditas di pasar keuangan.

Terpisah, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Royke Tumilaar menyebut BNI, saat ini menerapkan DPK dalam menunjang ekspansi kredit.

“Sementara sebagian kecil untuk investasi dan trading atau perdagangan,” paparnya Senin (29/7/2024).

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU