JAKARTA, duniafintech.com – Masuknya platform financial technology (fintech) ke dalam industri perbankan melalui akuisisi bank-bank kecil untuk disulap menjadi bank digital terus mewarnai industri keuangan nasional belakang ini.
Setelah ramai soal akuisisi Bank Neo Commerce oleh fintech Akulaku, kini tampaknya strategi yang sama juga akan dilakukan oleh platform pembiayaan lainnya yaitu Investree yang digosipkan akan mengakuisisi PT Bank Amar Indonesia (Bank Amar) lewat right issue.
Bank Amar sendiri sedang dalam proses melakukan rights issue dan sudah mendapat izin dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 12 November lalu.
Rencananya, Bank Amar akan menerbitkan saham baru paling banyak 20 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.
Hanya saja, ketika dikonfirmasi perihal gosip tersebut CEO dan Co-founder Investree Adrian Gunadi menyangkalnya. Dia mengatakan bahwa sebagai sebuah perusahaan fintech yang sedang berkembang, perusahaannya banyak digosipkan akan mengakuisisi bank.
“Gosip itu. Minggu lalu gosipnya Bank Ganesha. Semua bank buku 1 bisa digosipin,” kata Adrian kepada wartawan, Senin (20/12).
Dia mengungkapkan, hubungan antara Investree dan bank masih sebatas mitra dalam memberikan fasilitas kredit kepada nasabah. Dia bilang, Bank Amar pernah menjadi mitra channelling Investree dalam hal tersebut.
Namun, dia tidak membantah bahwa ke depan Investree akan masuk ke dalam ekosistem perbankan. Dia menyebut bahwa saat ini pihaknya masih mempelajari landscape dan regulasi perbankan.
“Kita fokus channeling dan kerjasama strategis dengan bank sambil mempelajari landscape dan regulasi digital banking,” ujarnya.
Adapun, Bank Amar mengakui bahwa hingga saat ini pihaknya mendapat banyak minat dari berbagai calon investor seiring dengan proses pendaftaran rights issue dan prospektus yang akan segera diumumkan ke publik dalam waktu dekat.
“Sejauh ini kami menerima banyak minat dari beberapa calon investor karena rights issue nanti untuk pemenuhan persyaratan modal inti minimum demi menghadirkan inovasi yang dapat meningkatkan dan memperkuat ekosistem digital kami,” ujar President Director Amar Bank, Vishal Tulsian.
Perusahaan Digital Ramai-ramai Masuk Ke Ekosistem Bank
Sebelumnya, terdapat beberapa perusahaan teknologi digital yang masuk ke dalam ekosistem bank melalui pembelian saham bank-bank kecil. Bank-bank kecil ini nantinya pun disulap menjadi bank digital.
Beberapa perusahaan teknologi yang masuk ke ekosistem bank konvensional ini adalah, antara lain PT Takjub Finansial Teknologi (Ajaib Group) yang memborong 554,4 juta saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) senilai Rp746 miliar. Dengan begitu Ajaib memperoleh 24% kepemilikan saham BNBA.
Ajaib sendiri adalah perusahaan penyedia layanan investasi reksadana online maupun saham, obligasi, dan pasar uang melalui reksadana.
Selain Ajaib, ada pula PT Akulaku Silvrr Indonesia yang menguasai mayoritas saham Bank Neo Commerce (BNC). Akulaku saat ini menjadi pemegang saham pengendali setelah mencaplok 24,98% saham BNC.
Penguasaan saham mayoritas tersebut dilakukan melalui right issue yang bertujuan salah satunya untuk memenuhi modal inti bank digital yang ditetapkan OJK minimal Rp2 triliun di akhir tahun 2021 dan Rp3 triliun di akhir tahun 2022
Selain dua perusahaan teknologi tersebut, sudah ada Gojek yang masuk ke perbankan melalui Bank Jago dan Sea Group, induk usaha Shopee, yang masuk melalui Bank Kesejahteraan Ekonomi yang kini sudah berganti nama menjadi Bank Seabank Indonesia.
Selanjutnya, juga ada Kredivo yang masuk ke ekosistem perbankan melalui PT Bank Bisnis Indonesia Tbk.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra