31.7 C
Jakarta
Rabu, 24 April, 2024

Jenis Inflasi yang Penting untuk Diketahui dan Tips Menghadapinya

JAKARTA, duniafintech.com – Jenis inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu diketahui bagi mereka yang berkutat di bidang perekonomian.

Untuk diketahui, inflasi kerap kali menjadi hal yang ditakuti negara-negara di dunia, karena tingginya tingkat inflasi dapat mengakibatkan resesi hingga berisiko mengalami kebangkrutan.

Inflasi merupakan kondisi ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain karena beberapa faktor penyebabnya.

Nah, untuk lebih memahami apa itu inflasi dan jenisnya, simak yuk ulasan selengkapnya di bawah ini, seperti dinukil dari Blog HSB.

Baca juga: Apa Itu Money Changer? Ketahui Yuk Sejarah hingga Manfaatnya!

Apa Itu Inflasi?

Inflasi adalah suatu keadaan ketika harga-harga barang dan jasa secara umum di pasar naik secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.

Inflasi bisa diukur dengan melihat perubahan harga-harga barang dan jasa dalam suatu kurun waktu tertentu, lazimnya diukur dalam bentuk persentase kenaikan harga.

Inflasi terjadi saat permintaan atas barang dan jasa melebihi pasokan yang tersedia. 

Akibatnya, harga-harga naik karena konsumen bersaing untuk membeli barang dan jasa yang terbatas. 

Inflasi pun bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti peningkatan biaya produksi, perubahan kebijakan moneter, dan fluktuasi nilai tukar mata uang.

Inflasi yang terlalu tinggi dapat berdampak negatif bagi perekonomian karena bisa menyebabkan ketidakstabilan harga dan mengurangi daya beli masyarakat.

Namun, inflasi yang rendah dan stabil dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak.

Maka dari itu, pengendalian inflasi menjadi perhatian penting bagi kebijakan ekonomi suatu negara.

Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

  1. Inflasi Ringan

Inflasi ringan adalah salah satu jenis inflasi yang terjadi ketika tingkat kenaikan harga-harga barang dan jasa di masyarakat relatif rendah.

Jika suatu perekonomian memiliki nilai inflasi dalam rentang antara 1—3% per tahun maka inflasinya masuk ke dalam kategori ringan. 

Inflasi ringan seringkali dianggap sebagai hal yang wajar dalam perekonomian suatu negara karena dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan membantu mengatasi masalah pengangguran.

  1. Inflasi Sedang

Inflasi sedang adalah salah satu jenis inflasi yang terjadi ketika tingkat kenaikan harga barang dan jasa berada di antara level 10—30% per tahun. 

Tingkat inflasi sedang biasanya belum membahayakan roda perekonomian negara, tetapi dampaknya mulai terasa oleh masyarakat yang berpenghasilan tetap.

Di satu sisi, inflasi sedang bisa membantu pertumbuhan ekonomi karena dapat mendorong konsumen untuk menggunakan uang mereka lebih cepat dan mendorong perusahaan untuk melakukan investasi. 

Akan tetapi, disisi lain, inflasi sedang juga bisa menimbulkan ketidakpastian bagi investor dan konsumen karena tidak jelas apakah tingkat inflasi akan tetap stabil atau akan meningkat lebih tinggi.

  1. Inflasi Berat

Tingkat inflasi berat adalah kondisi ketika harga barang dan jasa mengalami kenaikan antara 30-100% per tahun. 

Kenaikan harga yang berkelanjutan ini menyebabkan berbagai dampak buruk bagi perekonomian negara, seperti melemahkan nilai tukar mata uang, meningkatkan biaya produksi, menurunkan daya beli masyarakat, dan meningkatkan jumlah pengangguran.

  1. Hiperinflasi

Hiperinflasi adalah kondisi di mana terjadi peningkatan harga yang sangat cepat dan besar-besaran dalam suatu negara.

Adapun peningkatan harga ini bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat dan seringkali mencapai angka 50% per bulan. 

Dampak dari hiperinflasi yang cepat bisa menghancurkan nilai tukar mata uang, dan membuat harga barang serta jasa menjadi tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. 

Pada akhirnya, hal itu bisa mengakibatkan kerusuhan sosial, kekurangan bahan makanan dan obat-obatan, dan bahkan kebangkrutan negara.

Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

1. Demand Pull Inflation

Demand pull inflation adalah kenaikan harga barang dan jasa yang disebabkan oleh permintaan yang lebih besar dari penawaran dan para produsen tidak bisa memenuhi permintaan tersebut.

Contohnya adalah kelangkaan Bahan Bakar Minyak yang mengakibatkan kenaikan harga BBM. 

Kondisi itu disebabkan karena negara tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga negara melakukan pengurangan subsidi untuk mengalokasikan APBN ke impor minyak mentah atau olahan.

2. Cost Push Inflation

Cost push inflation merupakan jenis inflasi yang terjadi ketika biaya produksi, seperti biaya tenaga kerja, bahan baku, atau pajak, meningkat dan produsen memutuskan untuk menaikkan harga untuk menutupi biaya tambahan tersebut.

Contoh dari cost push inflation adalah kenaikan harga minyak mentah yang akan meningkatkan biaya produksi di seluruh industri, terutama di sektor transportasi dan manufaktur yang sangat bergantung pada bahan bakar. 

Adapun biaya produksi yang lebih tinggi ini kemudian dapat menyebabkan peningkatan harga barang dan jasa secara umum, dan pada akhirnya mendorong inflasi.

3. Bottle Neck Inflation

Bottle neck inflation terjadi ketika penawaran barang dan jasa tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat. 

Hal itu terjadi akibat gangguan produksi atau pasokan, seperti bencana alam, atau kelangkaan bahan baku. 

Pada situasi ini, permintaan atas barang dan jasa yang tersedia melebihi pasokan sehingga produsen dapat menaikkan harga untuk mengeksploitasi situasi tersebut.

Contoh situasi jenis inflasi ini adalah krisis minyak tahun 1970-an, yakni ketika permintaan minyak global meningkat dan menyebabkan kelangkaan pasokan minyak diiringi kenaikan harga minyak yang drastis. 

Situasi tersebut memicu kenaikan harga produk-produk lain dan menyebabkan inflasi yang signifikan.

Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

1. Domestic Inflation

Inflasi domestik adalah inflasi di suatu negara yang bersumber dari dalam negeri.

Hal itu disebabkan oleh peningkatan jumlah uang yang beredar atau karena peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa tertentu yang menyebabkan kenaikan harga.

Baca juga: Pajak Trading Forex, Begini Aturan dan Cara Menghitungnya

2. Imported Inflation

Imported inflation terjadi ketika harga barang impor naik secara signifikan yang kemudian berdampak pada kenaikan harga produk-produk di dalam negeri.

Hal itu terjadi lantaran kebanyakan negara bergantung pada transaksi impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Ketika nilai tukar mata uang domestik melemah terhadap mata uang negara asal barang impor, harga barang impor tersebut akan naik. 

Kenaikan harga tersebut akan berdampak pada kenaikan biaya produksi bagi produsen, terutama yang menggunakan bahan baku impor.

Jenis Inflasi Berdasarkan Kecepatannya

  1. Wild Inflation

Wild inflation adalah situasi di mana tingkat inflasi suatu negara meningkat secara dramatis dan tak terkendali dalam jangka waktu yang relatif singkat. 

Pada kondisi ini, harga barang dan jasa melambung tinggi secara tiba-tiba dan tidak proporsional dengan kenaikan pendapatan atau produktivitas ekonomi suatu negara.

Contoh wild inflation adalah krisis moneter pada tahun 1997-1998 selama krisis keuangan Asia. 

Di kala itu, tingkat inflasi di Indonesia meningkat secara dramatis pada tahun 1998.

Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti devaluasi rupiah yang signifikan, pengendalian moneter yang tidak tepat dari bank sentral, dan kepanikan investor yang memicu lonjakan harga barang secara menyeluruh.

  1. Galloping Inflation

Galloping inflation adalah suatu kondisi di mana tingkat inflasi meningkat secara dramatis dan tidak terkendali, hingga mencapai setidaknya 10% per tahun. 

Lazimnya, galloping inflation terjadi ketika suatu negara mengalami krisis ekonomi yang sangat serius seperti perang, konflik politik, atau bencana alam yang mengakibatkan penurunan produksi.

Jenis inflasi ini ditandai dengan siklus kenaikan harga, upah, dan biaya produksi yang terus-menerus dan memicu kenaikan harga lebih lanjut. 

Saat spiral inflasi berlanjut, konsumen dan investor kehilangan kepercayaan pada mata uang, sehingga menurunkan nilainya dengan cepat.

  1. Skyrocketing Inflation

Skyrocketing inflation adalah jenis inflasi yang lebih parah daripada galloping inflation, dengan tingkat inflasi meningkat dengan sangat cepat dan signifikan hingga menembus angkat 30% per tahun.

Dalam kondisi ini, tingkat kenaikan harga menjadi sangat tinggi dan tajam, hingga sulit dikendalikan oleh pemerintah karena terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

Biasanya, skyrocketing inflation ini terjadi akibat faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian seperti kenaikan harga minyak dunia atau krisis ekonomi global.

jenis inflasi

Tips Menghadapi Inflasi

Dalam situasi inflasi, sangat penting untuk berhati-hati dalam pengelolaan keuangan dan melindungi nilai uang Anda agar tidak tergerus oleh inflasi.

Berikut adalah beberapa tips untuk menghadapi inflasi:

  1. Mencari alternatif investasi

Inflasi dapat mengurangi nilai uang tunai yang disimpan di bank.

Maka dari itu, penting untuk mencari alternatif investasi seperti properti, saham, atau obligasi untuk mempertahankan nilai investasi Anda.

  1. Menyimpan dalam bentuk aset

Selain investasi, Anda juga dapat menyimpan uang dalam bentuk aset seperti emas atau perak yang dapat mempertahankan nilai saat inflasi.

  1. Mengelola pengeluaran

Mengelola pengeluaran dengan hati-hati akan membantu mengurangi dampak inflasi pada keuangan Anda.

Cobalah lakukan penghematan, hindari pembelian yang tidak perlu, dan mencari opsi alternatif untuk membeli barang dan jasa yang lebih murah.

  1. Menggunakan kartu kredit dengan bijak

Gunakanlah kartu kredit dengan bijak dan hindari penggunaannya untuk pembelian yang tidak diperlukan atau berlebihan. 

Selalu bayar tagihan kartu kredit tepat waktu untuk menghindari bunga dan biaya lainnya.

  1. Menyimpan uang dalam mata uang yang stabil

Jika Anda memiliki kesempatan untuk menyimpan uang dalam mata uang yang stabil seperti dolar AS atau euro maka hal itu dapat membantu melindungi nilai uang Anda dari inflasi.

  1. Berinvestasi dalam pendidikan

Investasi dalam pendidikan dapat membantu Anda meningkatkan keterampilan dan kualifikasi Anda, yang dapat membantu Anda meningkatkan penghasilan di masa depan dan mempertahankan daya beli Anda saat inflasi.

  1. Menjaga diri agar tetap terinformasi

Menjaga diri tetap terinformasi tentang perubahan harga dan kebijakan ekonomi dapat membantu Anda merencanakan dan mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi inflasi.

Baca juga: Perbedaan Investasi Langsung dan tidak Langsung, Apa Saja? Cari Tahu Yuk!

Sebagai tambahan informasi, bagi Anda yang tertarik untuk belajar tentang seluk-beluk dunia aset kripto, Anda bisa mempelajarinya di INDODAX Academy.

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE