30.5 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Keluarga Ini Nekat Jual Habis Harta Demi Beli Bitcoin, Sekarang Malah Jadi OKB

JAKARTA, duniafintech.com – Sebuah keluarga asal Belanda membuat keputusan ekstrem dengan menjual semua hartanya ke dalam Bitcoin. Hal ini dilakukan mereka demi mengubah kehidupan yang lebih layak. 

Kisah ini terjadi pada 2017 lalu dan dilakukan oleh Didi Taihuttu bersama istri dan ketiga anaknya.

Mereka menjual sejumlah aset mulai dari bisnis, rumah, bahkan hingga sepatu mereka. Sejak saat itu hingga sekarang, Didi dan keluarganya mulai hidup di jalanan.

“Kami masuk ke Bitcoin karena ingin mengubah hidup kami,” kata Didi saat itu. 

Mereka tak mengungkap berapa Bitcoin yang dimilikinya, namun pembelian dilakukan saat harganya masih US$900 per koin.

Pertaruhan itu juga menghadapi halangan, misalnya tahun 2018 saat harga Bitcoin jatuh. Namun mereka tak mundur, bahkan terus maju dan terus menambah lebih banyak portofolio investasinya.

Seiring berjalannya waktu, nilai Bitcoin terus bertambah yang berarti kekayaan keluarga Taihuttu semakin banyak, mereka [pun jadi orang kaya baru (OKB). Misalnya pada pertengahan November, harga Bitcoin menembus US$68 ribu perkoin.

Didi mengatakan Bitcoin punya siklus besar, dan memprediksi tahun 2022 harganya bisa menyentuh US$200 ribu. 

“Saya pikir siklus besar, kami akan melihat puncak minimal US$100 ribu (Rp1,4 miliar). Saya tidak akan kaget jika menyentuh US$200 ribu (Rp2,8 miliar) pada 2022,” ucapnya.

Didi kepada CNBC Internasional bulan September lalu mengatakan bahwa telah menyimpan sebagian besar aset Bitcoin keluarga di tempat berbeda. Mereka menaruhnya di brankas rahasia di empat benua berbeda. 

Di Eropa, mereka menyimpan di dua brankas, dua di Asia, serta di Amerika Selatan dan Australia masing-masing satu brankas. Didi beralasan melakukan hal itu agar tidak perlu harus pergi jauh saat ingin mengakses wallet.

Menurut keluarga itu, kripto milik mereka disimpan dengan beragam cara dan lokasi yang berbeda. Misalnya dalam bentuk apartemen sewaan, rumah teman, serta situs penyimpanan milik sendiri.

“Saya lebih suka hidup di dunia yang terdesentralisasi, di mana saya bertanggung jawab melindungi modal saya,” kata Didi.

 

Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada

 

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU