27.3 C
Jakarta
Selasa, 6 Mei, 2025

Dipakai Buat Kerja dan Bikin Konten, Tapi AI Juga Bikin Orang Malas?

Kecerdasan buatan (AI) telah berevolusi dengan cepat dari teknologi khusus menjadi alat canggih yang digunakan di berbagai industri, memungkinkan otomatisasi tugas dan penciptaan ide-ide baru. Meskipun membawa manfaat besar, AI juga menimbulkan kekhawatiran, seperti kehilangan pekerjaan. Seiring berkembangnya berbagai teknologi baru, dampak AI akan terus tumbuh, mengubah industri dan masyarakat.

Jakpat melakukan survei untuk mengetahui tren AI pada tahun 2025. Laporan yang melibatkan 1423 responden ini juga memaparkan pendapat responden tentang penggunaan AI, baik secara profesional maupun sehari-hari, serta respons terhadap konten AI di media sosial.

Hampir semua responden mengaku tahu AI di mana 42% menggunakannya secara profesional dan personal. Satu dari 5 orang hanya memakai AI untuk bekerja/belajar dan 10% untuk keseharian saja.

“Meski mayoritas responden sudah mengetahui AI, tingkat adopsinya masih bervariasi antargenerasi. Gen Z lebih banyak memanfaatkan AI untuk berbagai kebutuhan sehari-hari maupun pekerjaan/belajar, sementara di kalangan Milenial dan Gen X penggunaannya belum seintens itu,” ucap Lead Researcher Jakpat, Farida Hasna.

Dari segi manfaat, setengah responden menyatakan penggunaan AI menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, benefit lain berkaitan dengan fungsi teknologi tersebut, yaitu bisa memberikan rekomendasi (41%) dan menerjemahkan bahasa (40%). Satu dari 3 Gen Z menggunakan AI untuk analisis data sementara 25% Milenial membuat konten dengan bantuan AI.

Meskipun bermanfaat, banyak yang khawatir dengan keberadaan AI. Sebanyak 64% mengatakan mereka khawatir AI akan membuat manusia terlalu bergantung pada teknologi tersebut. Keresahan lainnya termasuk penyalahgunaan teknologi untuk kejahatan seperti deepfake atau penipuan (63%), dan membuat orang malas atau tidak kreatif (61%). Tiga dari 5 Gen Z cemas AI dapat menyebabkan lebih banyak pengangguran.

Tren penggunaan AI di Indonesia

Terkait lama penggunaan, hampir 50% responden mulai menggunakan AI dalam 6 bulan terakhir. Sebanyak 27% Gen Z telah menggunakan AI selama 1-2 tahun dan 1 dari 4 Gen X selama 4-6 bulan.

ChatGPT merupakan aplikasi AI yang paling banyak digunakan oleh responden, dengan persentase 74%, disusul oleh Gemini (51%). Aplikasilokal Bahasa AI  juga digunakan oleh sebagian kecil responden. Tiga dari 4 orang menggunakan aplikasi AI secara gratis.

Penggunaan AI di media sosial

Media sosial menjadi salah satu medium untuk melihat konten AI, terutama di Instagram (62%) dan TikTok (60%). Berdasarkan jenisnya, 7 dari 10 orang biasanya menonton video animasi AI di media sosial. Sebagian juga melihat transformasi bergaya visual, seperti foto menjadi bergaya anime, lukisan cat minyak, dll.

Soal keaslian, hampir setengah dari responden mengatakan mereka dapat membedakan antara konten AI dan konten buatan manusia. Namun, cukup banyak yang masih ragu (47%). Terkait hal ini, Hasna menanggapi, “Tingginya eksposur terhadap konten AI di media sosial membuat responden semakin familiar dengan teknologi ini. Meskipun sebagian masih ragu membedakan konten buatan AI, mayoritas tetap menganggapnya menarik.”

Sebanyak 29% responden mengatakan mereka mengikuti influencer AI, yakni karakter virtual yang dibuat menggunakan AI. Spesifik pada influencer lokal, Arbie Seo mendapat perhatian dari responden yang lebih tua, sementara Thalasya Pov dan Chaya Gram lebih dikenal oleh Gen Z.

Berapa rata-rata biaya berlangganan aplikasi AI? Dari mana para responden mendapat informasi seputar AI? Dapatkan hasilnya dengan data mendetail dalam laporan Jakpat “Understanding AI Usage Today” pada tautan berikut: https://insight.jakpat.net/understanding-ai-usage-today/

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU