29 C
Jakarta
Kamis, 19 September, 2024

Kredit Bermasalah UMKM Naik, Tapi Bank Tetap Yakin?

JAKARTA – Rasio kredit bermasalah UMKM atau Non-Performing Loan/NPL mencapai Rp59,52 triliun pada Juni 2024. Meskipun ada kenaikan NPL dari tahun sebelumnya, beberapa bank menengah hingga kecil tetap optimis terhadap prospek sektor ini, sambil memperkuat strategi untuk mencegah penurunan lebih lanjut.

Berdasarkan data dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), NPL sektor UMKM per Juni 2024 tercatat sebesar 4,04% atau Rp59,52 triliun, naik dibandingkan dengan Juni 2023, di mana NPL berada di level 3,7% atau Rp51,46 triliun.

PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI), yang merupakan bagian dari Kredivo Group, misalnya, tetap fokus pada dua segmen konsumen. Pertama, generasi muda sebagai target utama layanan tabungan dan deposito. Kedua, UMKM sebagai fokus penyaluran kredit.

Anton Hermawan, Presiden Direktur Krom Bank, menyatakan bahwa fokus pada segmen UMKM selaras dengan jumlah UMKM di Indonesia pada 2023 yang mencapai 66 juta, serta kontribusi besar mereka terhadap ekonomi nasional, yakni 61% dari PDB atau Rp9.580 triliun.

“Sampai saat ini, Krom Bank telah menyalurkan lebih dari 25% dari total kredit ke sektor UMKM. Dengan proporsi ini, kami berhasil menjaga tingkat NPL di angka 3,97% untuk semua segmen pada Juni 2024,” ujarnya.

Angka Kredit Bermasalah UMKM

Menurut Anton, angka NPL Krom Bank yang berada di bawah rata-rata industri mencerminkan komitmen bank dalam menjaga kehati-hatian dan menerapkan manajemen risiko yang ketat dalam penyaluran kredit. Ke depan, bank ini akan terus memprioritaskan penyaluran kredit ke UMKM, mengingat tingginya permintaan dari segmen tersebut.

“Kami juga akan terus memperkuat manajemen risiko kredit agar pelaku UMKM tetap dapat mengakses kredit, dengan menjaga NPL di Krom Bank tetap terkendali,” tambahnya.

Bank mini lainnya, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), juga berkomitmen pada sektor UMKM, meskipun risikonya cenderung meningkat. Efdinal Alamsyah, Direktur Kepatuhan Bank Oke, menyebutkan bahwa UMKM adalah segmen yang strategis dan memiliki potensi pertumbuhan yang baik.

Bank Akan Memperkuat Risiko Kredit UMKM

Bank akan memperkuat manajemen risiko kredit di sektor UMKM dengan memperketat kebijakan penilaian kredit dan meningkatkan analisis risiko.

Kredit dengan persyaratan yang lebih fleksibel serta jangka waktu yang lebih panjang akan menjadi harapan bank dalam pengembangan produk mereka agar sesuai dengan kebutuhan spesifik UMKM.

Bank menengah seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) juga terus fokus pada segmen UMKM. Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengatakan pertumbuhan pinjaman untuk UMKM mencapai hampir 10% secara tahunan, dengan kualitas aset yang baik dan margin bunga bersih (NIM) yang relatif stabil.

“Kami tidak lagi memiliki restrukturisasi terkait Covid-19 karena tidak memperpanjang restrukturisasi tahun lalu. Berdasarkan analisis kinerja portofolio, UMKM yang tidak pulih setelah dua kali restrukturisasi akan sulit keluar dari skema restrukturisasi,” katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) sekaligus Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), Yuddy Renaldi, menyatakan bahwa meskipun UMKM memiliki risiko yang fluktuatif, daya tahan segmen ini cukup tinggi karena modal kerja yang kecil dan mudah diperoleh. Selain itu, UMKM memiliki motivasi kuat untuk menjaga keberlangsungan usaha mereka sebagai sumber penghasilan keluarga.

“Yang terpenting adalah kita harus selektif dalam menilai sektor-sektor yang prospektif atau berisiko tinggi, sehingga kita bisa memitigasi dampak negatif terhadap NPL,” ucapnya.

Bank Jatim, melalui PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM), juga mencatatkan NPL yang terjaga di level 2,99% pada akhir Agustus, meskipun penyaluran kredit tumbuh sekitar 18% secara tahunan. Busrul Iman, Direktur Utama Bank Jatim, menyatakan bahwa bank daerah lebih tepat untuk bertumbuh di sektor UMKM daripada korporasi besar.

“Selain pasar captive di sektor konsumsi, kami juga tumbuh cukup tinggi di sektor produktif, terutama UMKM, khususnya di sektor ekonomi unggulan Jawa Timur,” ujarnya, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum II Asbanda.

Trioksa Siahaan, Head of Research LPPI, juga menilai bahwa sektor UMKM masih memiliki prospek yang baik mengingat jumlahnya yang besar. Namun, saat ini bank akan lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit.

“Jika kondisi geopolitik membaik, kredit UMKM diperkirakan akan kembali tumbuh pada 2025,” ujarnya.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU