duniafintech.com – Sampai kuartal kedua tahun 2017, jumlah startup di Indonesia menurun. Hal ini didapat dari data salah satu venture capital lokal, East Venture.
Analis East Venture Elisa Suteja menyampaikan, “Kami melihat ada penurunan 23 persen jumlah startup baru di Indonesia (pada kuartal dua 2017) dibanding periode yang sama di 2016,” ujarnya belum lama ini.
Namun, Elisa enggan membagikan berapa jumlah investasi yang sudah dialirkan pemodal bagi perusahaan-perusahaan tersebut dalam periode ini. Dia juga tidak bisa menyebutkan seluruh perusahaan rintisan yang sudah mendapatkan investasi selama 2017.
Di sisi lain, Elisa mengatakan menurunnya jumlah perusahaan rintisan baru akhirnya juga mempengaruhi jumlah investasi yang dikucurkan East Venture. Kendati demikian, Elisa mengakui bahwa berkurangnya startup baru bukan satu-satunya aspek yang menyebabkan penurunan jumlah investasi.
“Investor makin lama makin dewasa, maksudnya kita juga lihat apa yang bisa kita invest apa yang ngga. Ada yang tumbuh ada yang ngga, ada yang cocok buat kita, ada yang ngga,” ujarnya.
Elisa menjelaskan, tidak semua perusahaan yang tidak mereka berikan dana adalah perusahaan yang tidak bagus. East Venture juga mempertimbangkan partner strategic lain yang mungkin bisa memberikan bantuan lebih cocok pada startup.
Bukan berarti yang ngga kami danai itu ngga bagus, tapi mungkin ada strategic investor lain yang bisa bantu mereka. Jadi alasan spesifiknya bisa banyak hal dari sisi preferensi. Kedua mungkin ada pihak lain yang bisa bantu,” imbuhnya.
Elisa menyebutkan bahwa East Ventures mengalirkan 80 persen modal pada perusahaan rintisan di Indonesia. 20 persen lainnya dikucurkan pada perusahaan lain di regional Asia Tenggara.
Sebagian besar startup yang mendapatkan investasi berasal dari sektor e-commerce dan financial technology (fintech). Perusahaan ini adalah salah satu investor Tokopedia dan Traveloka yang merupakan dua dari tiga startup unicorn di Indonesia.
Elisa pun membagi tips agar startup dapat menerima pendanaan atau menarik investor. Syarat wajib yang menurut Elisa harus dimiliki startup adalah konsep yang matang. Beberapa startup yang ditemu Elisa biasanya masih dalam tahap pengembangan ide.
Mereka merasa produk yang mereka bikin bagus. Tapi ketika mereka harus mengubah produk mereka menjadi bisnis, di situ ada celah,” ujar Elisa.
Untuk para pendiri startup, Elisa menyarankan agar mencari partner yang cocok untuk membangun bisnis bersama karena, “Ini adalah long term journey,” kata dia.
Selain itu, startup juga harus pandai-pandai melihat pasar Indonesia yang dia sebut sangat unik.
Sebenarnya ini adalah saat-saat paling menarik, mobile penetration tinggi, internet penetration bagus, konsumennya banyak. Jadi, kita lihat secara general, secara market-nya sih bagus. Tinggal pilih saja market apa yang secara spesifik ingin ditarget,” lanjut Elisa.
“Kami sangat mendukung startup untuk kembali lagi pada kebutuhan lokalnya seperti apa, kita harus balik lagi lihat problem yang ada di sini itu seperti apa, dan bagaimana teknologinya itu bisa bantu,” lanjut dia.
Lebih lanjut, soal regulasi, Elisa berpendapat bahwa startup harus mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada.
Mungkin ada peluang-peluang baru yang baru bermunculan juga selagi industri ini bertumbuh. Tantangannya adalah untuk mereka bisa saling menyesuaikan dan juga mengikuti regulasinya bagaimana,” ujar Elisa.
Source:
- antaranews.com
- cnnindonesia.com
Written by: Sebastian Atmodjo