26.4 C
Jakarta
Selasa, 24 Desember, 2024

Paylater Bikin Boros? Simak Tips Jitu Kelola Keuangan dari Akulaku

JAKARTA, duniafintech.com – Layanan cicilan digital atau Buy Now Paylater (BNPL) dapat menjadi alternatif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Hanya saja layanan ini kerap disalahgunakan sehingga menciptakan penumpukan tagihan.

Presiden Direktur Akulaku Finance mengungkapkan, sejatinya layanan BNPL tersebut diciptakan untuk memfasilitasi kelompok masyarakat yang tidak dapat mengakses layanan keuangan konvensional atau unbankable.

Dia menjelaskan, saat ini hanya 23% masyarakat yang bankable, artinya masih terdapat 77% masyarakat yang unbankable. Sedangkan dari 23% masyarakat yang bankable tersebut, hanya 5% yang dapat mengakses layanan kartu kredit atau credit card.

Untuk memfasilitasi mayoritas masyarakat yang tidak dapat menikmati layanan kartu kredit di bank konvensional tersebut lah, layanan BNPL ini muncul.

“Persoalannya bagaimana masyarakat yang begitu banyak yang sebenarnya mereka ini secara karakter juga bagus, cuma secara persyaratan mereka enggak bankable,” katanya saat berbincang dengan Duniafintech.com, Kamis (10/12).

Hanya saja, kerap kali masyarakat menggunakan layanan BNPL tersebut untuk kegiatan konsumsi yang tidak produktif, sehingga hanya menciptakan satu aktivitas belanja yang boros.

Untuk menanggulangi hal tersebut, Efrinal pun berbagi tips kepada pengguna. Berikut tips yang dapat diikuti agar kantong enggak jebol:

Belanja Sesuai Kebutuhan

Efrinal menekankan bahwa layanan BNPL tersebut seharusnya digunakan sesuai kebutuhan, bukan keinginan atau kemauan. Dalam artian, pengguna harus dapat mengontrol keinginannya sehingga tidak mudah tergoda untuk membeli satu barang tersebut yang tidak dibutuhkan.

“Kalau mau belanja, belanja itu sesuai kebutuhan, bukan kemauan. Jadi kadang-kadang kita ini matanya itu lihat kiri kanan enggak tahan. Harusnya enggak bisa begitu,” ujarnya.

Jangan Besar Pasak Daripada Tiang

Tips selanjutnya yang disarankan oleh Efrinal adalah, setiap konsumen harus dapat mengatur keuangan secara baik, menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran. Jangan sampai, pengeluaran yang timbul tiap bulannya lebih besar daripada pemasukan.

Sebab, jika hal itu terjadi, maka kerap kali bentuk penyelesaian yang diambil adalah metode gali lubang tutup lubang, atau menutupi utang dengan utang lainnya. Efrinal mengistilahkan ini dengan ‘besar pasak daripada tiang’.

“Pintar-pintarlah mengatur cashflow, artinya jangan besar pasak daripada tiang. Dan jangan sekali-kali melakukan praktik tutup utang dengan pinjam utang atau gali lobang tutup utang. Karena itu tak menyelesaikan masalah dan lebih bagus lagi menahan diri,” ucapnya.

Dia pun mewanti-wanti konsumen agar betul-betul memperhatikan pinjamannya, baik itu di layanan keuangan konvensional maupun digital. Sebab setiap transaksi konsumen tercatat dan terdata di dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan atau SLIK.

SLIK sendiri merupakan sistem informasi yang pengelolaannya di bawah tanggung jawab OJK yang bertujuan untuk melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan informasi keuangan, yang salah satunya berupa penyediaan informasi debitur (iDeb).

“Kalau sampai dia histori piutangnya menjadi jelek di dalam SLIK, itu kemanapun industri keuangan yang Anda masukkan atau apapun yang anda apply akan ditolak. Jadi jangan main-main. Karena itu kita punya data center akan luar biasa ke depannya,” terang Efrinal.

Pastikan Mengakses Layanan di Platform Legal

Selanjutnya, dia pun menuturkan setiap konsumen harus memastikan bahwa layanan keuangan digital atau fintech yang mereka akses adalah layanan resmi yang terdaftar dan berizin OJK.

Hal ini untuk memastikan bahwa konsumen tidak terjebak pada layanan pinjaman online (pinjol) ilegal yang menjerat masyarakat dengan bunga pinjaman yang tinggi dan penyalahgunaan data pribadi yang tak bertanggungjawab.

“Karena itu (OJK) satu-satunya lembaga yang mengawasi industri keuangan bank dan nonbank di Indonesia. Untuk menghindari jangan sampai terjebak pinjol Ilegal,” tegasnya.

Efrinal pun mengingatkan konsumen untuk tidak mudah tergiur dengan penawaran yang menggiurkan dan tak logis. Sebab, penawaran yang demikian biasanya hanya dilakukan oleh pinjol ilegal.

“Jangan percaya kalau ada penawaran yang tidak logic karena itu pasti tidak legal, itu harus diwaspadai. Enggak ada itu penawaran-penawaran itu. Itu program mengukir langit, menggambar langit aja itu, enggak ada itu. Jadi kalau udah enggak logic itu pasti enggak legal itu,” tuturnya.

Gunakan Pay Later Untuk Pinjaman Produktif

Terakhir dan yang paling penting, menurutnya konsumen harusnya menggunakan layanan pay later ini untuk pinjaman yang produktif, agar dapat menopang kegiatan usaha, sehingga dapat mengembalikan cicilan sesuai ketentuannya.

“Jadi BNPL itu bukan untuk konsumtif, sebagian untuk produktif,” kata dia.

Dia pun menuturkan, Akulaku Finance sebagai penyedia layanan BNPL sejauh ini telah berhasil membantu 140.000 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk kebutuhan barang-barang produktif mereka.

Sepanjang 2021, produk yang paling banyak diakses konsumen dengan layanan BNPL Akulaku adalah barang untuk kategori gadget, sebesar 30% dari realisasi pembiayaan yang sebesar Rp7,4 triliun hingga September 2021.

Adapun, gadget saat ini telah menjadi barang konsumtif sekaligus produktif. Dengan perkembangan teknologi, gadget menjadi medium utama dalam mengakses setiap layanan digital yang produktif, mulai dari membeli dan menjual barang, memasarkan produk, pendidikan, hingga berinvestasi.

“Semua sudah pakai untuk kerja gadget itu. Coba keluar rumah enggak bawa gadget, sudah pusing kepalanya kaya apa,” ucapnya.

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU