28.2 C
Jakarta
Minggu, 22 Desember, 2024

Masalah Kredit Macet Belum Selesai, Begini Penjelasan Investree

JAKARTA, duniafintech.com – Masalah kredit macet saat ini tengah dihadapi oleh Fintech peer to peer/P2P lending PT Investree Radhika Jaya atau Investree.

Terkait masalah kredit macet yang membengkak itu, TWP90 Investree pada 6 Januari 2024 diketahui sebesar 12,58%. Di lain sisi, Tingkat Keberhasilan 90 (TKB90) Investree sebesar 87,42%. 

Itu berarti, TKB90 atau tingkat keberhasilan penyelenggara fintech peer-to-peer (P2P) lending dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam meminjam dalam jangka waktu sampai dengan 90 hari, terhitung sejak jatuh tempo.

Menurut Chief Sales Officer Investree, Salman Baharuddin, pada awal hingga pertengahan bulan merupakan kewajaran jika angka TKB90 cenderung rendah karena pengembalian pinjaman oleh borrower rata-rata baru dilakukan pada akhir bulan. 

Baca juga: Viral Isu Investree Tutup Bisnis, Begini Bantahan Orang Dalam

“Sesuai tren, angka TKB90 Investree akan naik pada akhir bulan seiring dengan banyaknya pengembalian pinjaman oleh borrower. Biasanya akan dilakukan penutupan angka final TKB90 pada akhir bulan. Dengan demikian, wajar jika angka TKB90 cenderung rendah pada awal hingga pertengahan bulan,” ucapnya, dikutip dari Kontan.co.id, Senin (8/1/2024).

Salman menilai, cara melihat tingkat keberhasilan pinjam meminjam tidak bisa mengacu pada bulan berjalan, harus melihat posisi akhir atau penutupan akhir bulan karena masih akan ada pencairan pinjaman, pembayaran pinjaman, dan lain sebagainya. Angka itu, imbuhnya, yang dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Diterangkannya, penyebab angka kredit macet Investree meninggi karena masih terdapat borrower existing yang telah dibina oleh Investree sejak lama dan terdampak pandemi Covid-19. Akibatnya, bisnis mereka terhantam. 

“Melihat kondisi secara lebih luas, perekonomian nasional dan dunia yang terdampak Covid-19 turut menjadi penyebab pinjaman terlambat di Investree. Pandemi memberikan dampak negatif terhadap rantai pasok secara global yang mempengaruhi kemampuan UMKM untuk memenuhi permintaan konsumen dan berakibat pada penurunan pemasukan UMKM sehingga berdampak pada kemampuan mereka untuk membayar pinjaman secara tepat waktu. Sebagian berhasil bangkit, sebagian belum,” ulasnya.

Ia memaparkan, sejumlah profil industri yang belum berhasil pulih kembali, antara lain pelaku UMKM dari industri garmen dan tekstil, minyak dan gas, serta konstruksi.

Untuk menekan tingkat kredit macet dan mempertahankan kualitas kelas aset, dikatakannya bahwa Investree akan terus memperkuat dukungan mereka terhadap pertumbuhan pelaku UMKM melalui inovasi, kolaborasi, dan pembangunan ekosistem. 

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Investree Salurkan Pinjaman Rp 13,75 Triliun ke Borrower UMKM

“Saat ini kerja sama yang telah kami lakukan, yakni dengan e-procurement, payment gateway, tech logistic, agrotech, dan koperasi. Atas dasar itu, Investree akan memperluas jangkauan pembiayaan dengan memanfaatkan data dan digitalisasi,” sebutnya.

Adapun secara spesifik, Salman menyatakan bahwa Investree melakukan pengetatan kebijakan dalam hal pemilihan sektor dan berfokus menyalurkan pembiayaan kepada sektor-sektor yang produktif dan positif, seperti alat-alat kesehatan, layanan komputer, hingga rumah produksi.

Kata dia lagi, Investree juga akan mengoptimalkan kolaborasi dengan ekosistem pengadaan elektronik, yaitu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), serta turut bekerja sama dengan beberapa rekanan atau ekosistem penghubung.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Investree-Credgenics Kolaborasi Terkait Penagihan Pinjaman secara Digital

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU