JAKARTA, duniafintech.com – Mata uang terendah di dunia merupakan cerminan dari ekonomi suatu negara dan dapat bervariasi secara signifikan dalam nilai tukarnya.
Mata uang yang tidak stabil dapat mengganggu perdagangan internasional, investasi, dan kehidupan sehari-hari warga negara yang bergantung pada mata uang tersebut.
Mata uang terendah di dunia mungkin menjadi perhatian bagi para ekonom dan investor, sementara pemerintah negara-negara terkait berusaha untuk mengatasi masalah yang mendasari dan menguatkan nilai mata uang mereka.
Perubahan dalam nilai mata uang juga dapat mempengaruhi harga barang impor dan ekspor suatu negara, sehingga perhatian terhadap pergerakan mata uang selalu menjadi hal yang penting. Berikut ulasan lengkapnya:
Alasan Mata Uang Rendah di Dunia
- Inflasi Tinggi: Inflasi adalah peningkatan umum dalam harga barang dan jasa yang membuat mata uang kehilangan daya beli. Mata uang dalam negara dengan tingkat inflasi yang tinggi cenderung mengalami devaluasi, sehingga nilainya menjadi rendah.Baca juga:Â Investasi Mata Uang Asing: Kelebihan dan Kekurangannya
- Ketidakstabilan Ekonomi: Ketidakstabilan ekonomi, termasuk resesi, defisit anggaran yang besar, dan ketidakpastian ekonomi, dapat menyebabkan mata uang negara menjadi kurang diminati oleh investor, yang dapat mempengaruhi nilai tukarnya.
- Ketidakstabilan Politik: Konflik politik dan ketidakstabilan politik dalam suatu negara dapat mengganggu perekonomian dan menyebabkan mata uang negara tersebut mengalami penurunan nilai.
- Sanksi Internasional: Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh komunitas internasional terhadap suatu negara dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi nilai mata uangnya.
- Kekurangan Cadangan Devisa: Cadangan devisa adalah mata uang asing yang dimiliki oleh bank sentral suatu negara. Jika cadangan devisa rendah, negara mungkin tidak dapat mempertahankan nilai tukar mata uangnya dan ini dapat mengakibatkan penurunan nilai mata uang.Baca juga:Â Sekarang Transaksi Bisa Pakai Mata Uang Lokal di Negara ASEAN
- Kebijakan Moneter yang Kurang Efektif: Kebijakan moneter yang tidak efektif, termasuk pengeluaran uang berlebihan oleh pemerintah, dapat menyebabkan inflasi yang tinggi dan penurunan nilai mata uang.
- Permintaan yang Rendah: Jika permintaan terhadap mata uang suatu negara rendah karena kurangnya minat dalam perdagangan internasional atau investasi asing, nilai mata uang dapat menjadi rendah.
Negara-Negara Memiliki Mata Uang Terendah di Dunia
- Zimbabwe: Zimbabwe pernah mengalami hiperinflasi yang parah pada awal 2000-an, yang menyebabkan mata uangnya, dolar Zimbabwe (Z$), mengalami devaluasi ekstrem. Pada tahun 2009, Zimbabwe menghentikan penggunaan dolar Zimbabwe dan mengadopsi mata uang asing seperti dolar Amerika Serikat (USD) dan rand Afrika Selatan (ZAR) sebagai mata uang yang berlaku.Baca juga:Â Mata Uang Kripto yang Bakal Cuan, Yuk Intip Daftarnya!
- Iran: Rial Iran (IRR) sering kali dianggap sebagai salah satu mata uang terendah di dunia karena inflasi yang tinggi dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Sanksi internasional juga telah memengaruhi nilai rial Iran.
- Venezuela: Bolivar Venezuela (VES) telah mengalami devaluasi yang signifikan sebagai akibat dari masalah ekonomi dan politik yang serius di negara ini, termasuk hiperinflasi.
- Suriah: Dinar Suriah (SYP) memiliki nilai yang sangat rendah karena perang saudara yang berkepanjangan, ketidakstabilan politik, dan konflik yang berlarut-larut di negara tersebut.Baca juga:Â Bank Indonesia dan Bank Malaysia Sepakat Perkuat Mata Uang Lokal
- Vietnam: Dong Vietnam (VND) memiliki nilai yang rendah dalam perbandingan dengan mata uang utama dunia, tetapi ini terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi regional dan fluktuasi dalam perdagangan internasional.
- Indonesia: Rupiah Indonesia (IDR), meskipun memiliki nilai yang relatif rendah jika dibandingkan dengan mata uang kuat seperti dolar Amerika Serikat, masih memiliki stabilitas mata uang yang kuat di tingkat nasional.
Resiko Memiliki Mata Uang Terendah di Dunia
- Inflasi Tinggi: Mata uang yang rendah sering kali disertai dengan inflasi yang tinggi. Inflasi tinggi mengurangi daya beli mata uang, sehingga harga barang dan jasa naik dengan cepat. Ini dapat menyebabkan biaya hidup yang lebih tinggi dan menurunkan kualitas hidup warga negara.Baca juga:Â Disebut Mata Uang Digital Global, Ini Kelebihan dan Kekurangan Bitcoin
- Ketidakstabilan Ekonomi: Mata uang yang lemah sering kali mencerminkan ketidakstabilan ekonomi yang lebih besar, termasuk resesi, defisit anggaran, dan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Ketidakstabilan ini dapat mengganggu investasi dan perdagangan internasional.
- Kerugian dalam Perdagangan Internasional: Mata uang yang rendah membuat ekspor lebih murah dan impor lebih mahal. Hal ini dapat menguntungkan bagi negara yang bergantung pada ekspor, tetapi dapat merugikan bagi negara yang banyak mengimpor barang dan jasa.
- Ketidakpastian dalam Investasi: Mata uang yang rendah dapat membuat investor lokal dan asing lebih hati-hati dalam berinvestasi di negara tersebut. Hal ini dapat menghambat aliran modal asing yang dapat digunakan untuk pembangunan ekonomi.
- Ketidakstabilan Politik: Negara yang memiliki mata uang dengan nilai yang rendah seringkali mengalami ketidakstabilan politik. Ketidakpastian politik dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan.Baca juga:Â Banyak yang Belum Tahu, Ini Fungsi Mata Uang Crypto
- Pengaruh Keseharian: Mata uang yang lemah juga dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga negara, termasuk daya beli dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
- Tingkat Bunga Tinggi: Untuk menjaga mata uang yang lemah, seringkali negara tersebut harus menetapkan suku bunga yang tinggi untuk menarik investor. Ini dapat membuat pinjaman lebih mahal dan menekan pertumbuhan ekonomi.