31.7 C
Jakarta
Selasa, 19 November, 2024

Mengenal Bitcoin, Emas dalam Bentuk Digital

duniafintech.com – Popularitas dari cryptocurrency Bitcoin terus meningkat pesat. Mulai dari pihak yang menggunakan, menerima sebagai alat bayar, dan yang paling menakjubkan, nilai dari Bitcoin-nya itu sendiri. Tapi apakah Anda sudah mengenal Bitcoin lebih dekat?

Bahkan saat ini, Senin (10/4/2017), apabila di cek di situs Indodax.com, nilai untuk 1 Bitcoin (BTC) adalah sekitar Rp 15 juta. Nilai tersebut sudah meroket sangat jauh apabila dibandingkan dengan 5 tahun lalu. Pada tahun 2012, nilai untuk 1 BTC hanya Rp 80.000.

Lantas apakah sebetulnya Bitcoin itu? Mengapa nilainya bisa meningkat secepat itu? Kenapa banyak yang menyebutnya sebagai “emas” dalam bentuk digital?

Mengenal Bitcoin sebagai Mata uang digital terdesentralisasi pertama

Cryptocurrency adalah sebuah istilah untuk medium yang digunakan sebagai alat tukar yang dibuat dalam bentuk digital menggunakan prinsip-prinsip kriptografi sehingga aman dan tidak dapat diduplikasi. Atau lebih gampangnya, cryptocurrency dapat diartikan sebagai mata uang digital.

Dan seperti mata uang pada umumnya, mata uang ini memiliki nilai sehingga bisa digunakan sebagai alat tukar.

Bitcoin merupakan sebuah cryptocurrency yang penciptanya dikenal dengan nama Satoshi Nakamoto. Menariknya, program ini didesain dengan bentuk open source sehingga tidak diproduksi dan dikendalikan oleh satu otoritas seperti pada mata uang konvensional. Siapa saja dapat membuatnya dengan cara memecahkan kode matematika yang rumit menggunakan super komputer.

Transaksinya pun dilakukan secara peer to peer oleh para penggunanya secara langsung, dan dicatat dengan sistem public ledger yang dikenal dengan nama Blockchain. Sistem public lerger ini membuat setiap data transaksi yang dilakukan itu dicatat oleh publik secara mandiri, bukan melalui satu otoritas sentral.

Karena sifatnya itulah kenapa Bitcoin disebut mata uang yang terdesentralisasi. Mata uang ini lahir dari komunitas, berlaku secara internasional, dan tidak dikendalikan oleh satu lembaga tersentral atau pemerintahan manapun. Nilainya murni dikendalikan oleh komunitas pengguna Bitcoin dan pasar.

Karena itu tidak heran ketika banyak orang berbondong-bondong membeli Bitcoin pada tahun lalu menjelang beberapa kejadian penting seperti pemilihan presiden Trump, demonetisasi di India, dan Brexit. Mereka memandang Bitcoin sebagai tempat yang aman dan tidak dipengaruhi oleh kejadian dunia seperti itu.

Mengenal Bitcoin sebagai Emas dalam bentuk digital

Tidak salah ketika menganalogikan Bitcoin sebagai emas dalam bentuk digital. Karena untuk mendapatkannya, Anda harus “menambangnya” terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memecahkan soal matematika yang melibatkan serangkaian perhitungan algoritma rumit di komputer.

Tingkat kesulitan perhitungan algoritma untuk mendapatkan Bitcoin semakin lama akan semakin meningkat, sehingga diperlukan komputer khusus yang bisa menyelesaikan proses penambangan dengan lebih cepat dibandingkan komputer biasa. Untuk menambangnya pun diperlukan waktu yang tidak sebentar.

Sedangkan mengenai jumlahnya, Bitcoin sejak awal dirancang agar hanya bisa diproduksi dalam jumlah terbatas sebanyak 21 juta keping. Seiring waktu, Bitcoin diprediksi sudah tak bisa “digali” lagi pada tahun 2140.

Bisa disimpulkan bahwa jumlahnya yang sama-sama langka dan nilainya yang selalu naik adalah 2 karakter yang membuat Bitcoin dan emas menjadi sama. Emas dipercaya sebagai logam mulia yang bernilai, dan nilainya akan terus semakin mahal di kemudian hari. Karena itu, emas digunakan mulai dari barang berharga, aset bergerak, dan juga investasi.

Bitcoin juga seperti itu. Dengan total stoknya yang hanya 21 juta “keping”, Bitcoin dipercaya sebagai powerful payment method yang dapat digunakan untuk bertransaksi ataupun disimpan sebagai barang berharga yang nilainya akan terus naik.

Dan tidak hanya itu saja, karena sifatnya yang digital Bitcoin diklaim lebih baik daripada emas. Bitcoin tidak memerlukan tempat penyimpanan fisik dalam bentuk lemari besi yang besar dan memakan tempat. Mengaksesnya pun mudah, dapat dilakukan hanya dengan menggunakan smartphone dan koneksi internet.

Mengenal Bitcoin dalam Kegunaannya?

General Manager Luno Vijay Ayyar juga menjelaskan kalau Bitcoin dapat digunakan untuk apa saja selayaknya uang biasa.

“Seperti mata uang pada umumnya, Bitcoin juga bisa digunakan digunakan mulai dari alat bayar, dikirimkan ke teman ataupun keluarga baik di dalam negeri ataupun luar negeri, instrumen untuk trading, atau juga disimpan sebagai investasi jangka panjang,” jelasnya kepada Kompas.com dalam wawancara yang dilakukan via email, Kamis (5/4/2017).

Luno adalah platform global yang menyediakan layanan kepada siapa pun untuk melakukan jual, beli, simpan, dan trading Bitcoin secara mudah dan aman.

Mengenal Bitcoin dalam Keunggulannya?

Bitcoin berbeda dengan model mata uang konvensional yang memiliki wujud fisik sehingga membuatnya memerlukan tempat penyimpanan. Bisanya tempat penyimpanan mata uang konvensional dipercayakan kepada satu otoritas perbankan. Untuk membawanya, Anda harus mengambilnya terlebih dahulu (via ATM atau teller) kemudian membawanya dalam sebuah wadah (misalnya dompet) yang pastinya memiliki kapasitas terbatas.

Dan untuk transaksi, kebanyakan transaksi mata uang konvensional ini akan dikenakan biaya dan membutuhkan waktu. Apalagi jika transaksi dilakukan antara dua bank di negara yang berbeda. Karena mulai dari sistem kas, bahasa, dan mata uang yang digunakan berbeda, tahapan yang harus dilalui juga banyak dan kompleks. Hasilnya, waktu dan biaya yang dibutuhkan menjadi lebih banyak.

Pada Bitcoin, karena wujudnya berupa data dan sistemnya yang universal, siapa pun dapat mengirimkan uang ke belahan dunia lainnya hanya dengan biaya yang kecil atau bahkan gratis, secara instan.

“Bitcoin adalah satu sistem kas yang melakukan tersinkronisasi di seluruh internet, jadi siapa pun dapat mengakses akun kas yang sama secara real time di manapun ia berada,” Ujar Vijay.

Sama seperti apa yang dilakukan internet pada informasi, siapa pun dan di manapun dapat mengakses informasi dan uang tersebut hanya dengan terhubung ke jaringan. Untuk melakukan transfer pun sama seperti mengirimkan email.

Cara menggunakannya?

Meskipun tidak mempunyai wujud fisik, Bitcoin tetap memerlukan media penyimpanan. Pengguna harus terlebih dahulu memasang Bitcoin Wallet (dompet Bitcoin) dengan menggunakan media penyimpanan di komputer, perangkat mobile, atau lewat layanan berbasis web (cloud).

Bitcoin Wallet ini akan menjadi alamat transaksi Bitcoin pengguna. Setiap transaksi yang dilakukan memerlukan private key yang seharusnya hanya diketahui oleh pemilik akun. Sehingga selain pemilik, tidak ada yang dapat melakukan transaksi dari dompetnya.

Sederhananya, cara kerja Bitcoin Wallet ini sangat mirip dengan cara kerja e-mail biasa.

Aman?

Sama halnya dengan model mata uang konvensional, model mata uang digital tetap memiliki risiko “hilang” dan “kemalingan”. Skenario tersebut dapat terjadi apabila tempat pengguna menyimpan dompet Bitcoin-nya hilang, atau dibobol.

Karena itu, sangat penting untuk memilih tempat penyimpanan dompet Bitcoin yang aman.

Keamanan ini yang dijamin oleh Luno kepada para pengguna layanan Luno Bitcoin Wallet-nya. meskipun dapat diakses secara web (cloud), media penyimpanan yang digunakan oleh Luno menggunakan sistem deep freeze yang di klaim aman.

“Bitcoin pelanggan kami disimpan dalam penyimpanan deep freeze. Untuk mengeluarkan Bitcoin dari penyimpanan deep freeze ini, dibutuhkan usaha terkoordinasi antara beberapa lapisan enkripsi dan pengecekan keamanan,” jelas Vijay.

Tidak hanya itu backup-nya juga disimpan dalam bentuk yang terenkripsi.

Karena itu, lanjut Vijay, jika penyedia layanan Bitcoin dapat membantu pengguna untuk memindahkan Bitcoin dalam jumlah besar dengan cepat, kemungkinan besar penyedia layanan tersebut tidak menggunakan praktik deep freeze. Artinya platform tersebut tidak terlalu aman.

Sumber: biz.kompas.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU