28.2 C
Jakarta
Minggu, 22 Desember, 2024

Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus, Desember 2023 Tembus USD3,31 Miliar

JAKARTA, duniafintech.com – Neraca perdagangan RI mengalami surplus pada Desember 2023 lalu. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan RI pada Desember 2023 mencatatkan surplus sebesar USD3,31 miliar atau naik USD0,90 miliar secara bulanan (mtm).

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan, neraca perdagangan RI tercatat surplus selama 44 bulan berturut-turut. Hal itu terjadi sejak Mei 2020.

“Surplus neraca perdagangan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Senin 15 Januari 2024.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Neraca Pembayaran Alami Perbaikan

Lebih lanjut, surplus neraca perdagangan RI Desember 2023 mendapat topangan dari surplus neraca komoditas non migas sebesar USD5,20 miliar. Komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja menyumbang hal tersebut.

“Surplus neraca perdagangan non migas Desember 2023 ini lebih tinggi ketimbang bulan lalu, namun lebih rendah ketimbang Desember tahun 2022,” katanya.

Neraca Perdagangan RI Komoditas Migas

Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar USD1,89 miliar. Hal itu terutama pada komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah.

“Defisit neraca perdagangan migas di Desember 2023 lebih rendah ketimbang bulan lalu , namun lebih tinggi pada bulan yang sama tahun lalu,” ungkapnya.

Secara kumulatif, hingga Desember 2023 total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD36,93 miliar atau lebih rendah sekitar USD17,52 miliar atau 33,46 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Neraca Perdagangan Catatkan Surplus

Sementara itu, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia yaitu India mengalami surplus sebesar USD1,43 miliar. Dorongannya berasal dari komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

Kemudian, Amerika Serikat mengalami surplus sebesar USD1,32 miliar dan Filipina mengalami surplus USD0,72 miliar.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Australia defisit sebesar USD0,57 miliar. Komoditas utamanya bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, kemudian logam mulia dan perhiasan atau permata.

Selanjutnya, Brasil mengalami defisit sebesar USD0,50 miliar dan Thailand mengalami defisit sebesar USD0,41 miliar.

Baca juga: Contoh Neraca Keuangan yang Penting Dipahami Investor hingga Kreditur

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU