30.5 C
Jakarta
Jumat, 18 Oktober, 2024

Panas Dinginnya Suku Bunga! The Fed Bakal Potong Bunga Lagi, Tapi…

JAKARTA, 17 Oktober 2024 – Federal Reserve (The Fed) diproyeksikan bakal kembali memangkas suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR)

Proyeksi itu diperkirakan akan terlaksana pada pertemuan bulan November dan Desember masing-masing 25 basis poin (bps).

Jika itu terwujud, maka The Fed memangkas FFR sebesar 100 bps di sepanjang tahun 2024.

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo untuk tahun depan The Fed diperkirakan memangkas suku bunganya setidaknya 3 hingga 4 kali, dengan total sebesar 75 bps atau 100 bps.

Meski begitu, Ia menegaskan, arah kebijakan suku bunga acuan BI atau BI-rate tidak akan selalu bergantung dengan kebijakan FFR.

“Itu hanya salah satu faktor yang berpengaruh, terhadap masuknya aliran portofolio asing, sehingga kita ingin juga melihat bagaimana US treasury note yang 2 tahun dan 10 tahun,” tutur Perry.

BI Cermati Pergerakan Suku Bunga

Dalam memutuskan kebijakan suku bunganya, BI juga turut mencermati pergerakan US treasury, yang bisa terpengaruh akibat pergerakan tensi geopolitik, dan juga perkembangan ekonomi AS.

“Karena ada ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dampaknya terhadap US treasury tenor 2 dan 10 tahun yang semula kami perkirakan terus turun, sekarang nggak turun, malah naik,” ungkapnya.

Di samping itu, BI juga mencermati pergerakan indeks dolar AS yang pada September 2024 lalu, sudah mengarah ke level 100. Nah begitu ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat, indeks dolar merangkak ke level 103.

“Tiga hal itu yang berpengaruh terhadap aliran masuk portofolio asing ke berbagai dunia dan nilai tukar rupiah,” ungkapnya,.

Sebagai informasi, di Amerika Serikat (AS), rilis tingkat pengangguran terkini menunjukkan perbaikan di tengah prospek inflasi yang lebih rendah sehingga mendorong ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan FFR yang lebih rendah dari prakiraan semula.

Hal tersebut menyebabkan kenaikan yield US Treasury tenor 2 dan 10 tahun dan indeks dolar AS (DXY).

Memperkuat Perdebatan

Berkaca pada periode sebelumnya, pasca pemangkasan yang cukup besar pada September lalu, inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, bersama dengan data tenaga kerja AS pekan lalu yang melonjak.

Kemungkinan akan memperkuat perdebatan apakah The Fed akan memilih penurunan suku bunga yang kecil bulan depan atau berhenti sejenak setelah penurunan besar di bulan September.

Dinamika Ketegangan Geopolitik

Kebijakan di negara maju terutama yang terkait dengan penurunan suku bunga sudah menjadi tren.

Khususnya AS diperkirakan tetap berlanjut, meskipun dinamika ketegangan geopolitik perlu terus dicermati.

“Perkembangan ini memerlukan kehati-hatian dalam merumuskan respons kebijakan dalam memitigasi dampak rambatan global.

Termasuk dalam mendorong aliran masuk modal asing dan memperkuat stabilitas nilai tukar, guna menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Menurut data FedWatch CME setelah data inflasi dirilis, pelaku pasar mempertegas ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan November sebesar 86,9%.

Dengan 13,1% kemungkinan tidak ada perubahan sama sekali.

Di dalam negeri, Perry menegaskan bank sentral dalam mengambil keputusan BI Rate, tidak hanya mengamati perkembangan arah kebijakan The Fed.

Namun juga kondisi geopolitik dan imbal hasil dari UST tenor 2 tahun dan 10 tahun.

“BI akan mencermati ruang penurunan suku bunga dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU