JAKARTA – Bank Indonesia diprediksi akan pangkas suku bunga? Dampaknya akan menguntungkan atau justru merugikan?
Mengacu pada pernyataan yang disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo, seharusnya pemangkasan suku bunga ini membawa dampak positif bagi Indonesia.
Seharusnya kata Perry, pemangkasan itu sudah dilakukan pada bulan lalu.
Tapi, pihaknya menunda hal itu dengan alasan harus memastikan kondisi global terkendali.
“Inflasi Indonesia masih berada di kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen,” paparnya.
Menurut Perry, bila mengacu pada data, saat ini seharusnya sudah turun.
Pangkas Suku Bunga Masih Ditahan, Kenapa?
Namun, BI masih menahan agar stabilitas keuangan tetap terjaga.
“Tentunya kita harus waspada terutama dari ketidakpastian ekonomi global,” paparnya.
Perry menjelaskan, indonesia saat ini beraa di level 2,42 persen dengan inflasi di angka 1,9 persen.
BI hingga saat ini tetap optimis dan yakin untuk menahan BI Rate di angka 6,25 persen.
BI rate kata Perry, ditentukan oleh proyeksi inflasi.
“Inflasi tahun ini itu rendah,” ujar Perry dalam Konferensi Pers KSSK III, Jumat 2 Agustus lalu.
Dampak Pangkas Suku Bunga
Dari berbagai sumber yang diberitakan, sejumlah dampak yang ditimbulkan akibat adanya pemangkasan suku bunga terhadap pasar modal dan perekonomian.
Pertama, akan memengaruhi suku bunga dan menurunkan bunga pinjaman. Sehingga minat dan keinginan para pelaku usaha dalam melakukan investasi meningkat. Artinya, nilai investasi meningkat akan sangat berpengaruh pada nilai saham.
Kedua, para investor akan akan semakin berminat dalam mengakumulasi aset.
Sebab, saat suku bunga mengalami penurunan, maka nilai mata uang cenderung melemah.
Dampaknya, persaingan ekspor lebih kompetitif.
Kemudian, nilai plusnya akan dirasakan oleh perusahaan multinasional terutama dari segi saham.
Ketiga, permintaan investor dari segi imbal hasil akan meningkat.
Sebab, saat penurunan suku bunga akan mendorong kinerja pasar obligasi dan saham.