33 C
Jakarta
Kamis, 16 Mei, 2024

Pelaku Industri Sektor Taksonomi Hijau Bakal Kebanjiran Insentif

JAKARTA, duniafintech.com – Para pelaku industri yang termasuk dalam sektor taksonomi hijau bakal memperoleh insentif dari pemerintah, salah satunya dari sisi fiskal. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso.

Wimboh menyatakan,di antara sektor yang bakal kebanjiran insentif ini di antaranya adalah perusahaan yang bergerak di industri kendaraan listrik. Hal itu pun dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang tengah menyiapkan insentif fiskal untuk sektor-sektor yang ramah lingkungan. 

Adapun insentif ini nantinya akan diberikan dari hulu hingga ke hilir. Di samping itu, fasilitas pemberian kredit di sektor hijau ini juga bakal memperoleh bunga lebih murah dari kredit pada umumnya.

“Pabrik baterai diberi insentif pajak. Kredit modal kerja dealer, penjualan, bisa dapat insentif. Ini masih dalam penggodokan,” ucap Wimboh dalam webinar, dikutip dari CNBC Indonesia,  Rabu (23/2/2022).

“Kami dorong untuk semua pengusaha dapat insentif yang tergolong dalam taksonomi hijau.”

Ditambahkan Wimboh, di samping kendaraan listrik, sektor lainnya yang bakal menerima kucuran insentif ini adalah di sektor perkebunan dan perikanan. Di sisi lain, untuk sektor yang belum masuk kategori hijau, sambungnya, malah akan memperoleh disinsentif.

Secara terpisah, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Agus Edy Siregar, sebelumnya menguak beberapa tantangan yang sekarang ini dihadapi oleh pelaku industri jasa keuangan terkait penerbitan instrumen pembiayaan hijau.

Adapun tantangan itu, imbuhnya, yakni masih kurangnya insentif pembiayaan ke sektor hijau bagi lembaga jasa keuangan yang menerbitkan instrumen keuangan yang berkelanjutan.

“Pertama, kurangnya insentif pembiayaan ke sektor hijau atau green bond. Diperlukan ada tambahan prosedur penentuan, ini benar-benar underlying sektor hijau atau tidak,” katanya dalam webinar, Jumat (18/2/2022) lalu.

Adanya tambahan biaya yang dikenakan untuk verifikator independen untuk melihat sektor yang bisa termasuk kategori pembiayaan berkelanjutan atau tidak, kata dia lagi, juga ikut menjadi tantangan tersendiri.

“Dengan tambahan verifikator independen, di pasar ternyata dengan segala usaha yang begitu berat, pricing green bond sama saja dengan non green bond. Ini tantangan terbesar,” jelasnya.

Meski begitu, sambungnya, sekarang ini minat perusahaan menerbitkan pembiayaan hijau lumayan ramai. Tercatat, ada penerbitan obligasi hijau berkelanjutan senilai Rp32 triliun. Lalu, pembiayaan untuk proyek-proyek berkelanjutan atau melalui blended finance telah terdapat 55 proyek dengan nilai US$3,27 juta.

“Financing dari perbankan sudah mencapai Rp800 triliun yang bisa dikategorikan sustainable loan. Dengan catatan, itu data sebelum penyesuaian dengan taksonomi hijau,” tuntasnya.

 

 

 

 

Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU