duniafintech.com – Syamsi Dhuha Foundation (SDF) LSM nirlaba yang sedang bertransformasi menjadi wirausaha sosial melalui unit usahanya Financial Wisdom, besok akan luncurkan kampanye edukasi publik ‘Gerakan Indonesia Cerdas Finansial (GICF). GICF merupakan kampanye publik untuk bangun kesadaran dan mengedukasi masyarakat Indonesia tentang pentingnya literasi keuangan. Jika masyarakat Indonesia miliki kecakapan dalam kelola keuangannya, diharapkan berdampak pada kesejahteraan hidup. GICF bertujuan mendorong literasi keuangan Indonesia menjadi 36% dan inklusi keuangan Indonesia menjadi 75% pada tahun 2019 sejalan dengan misi OJK.
Bersamaan dengan peluncuran GICF, SDF sebagai inisiator juga hadirkan dua sesi diskusi panel : ‘Urgensi Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat’ dan ‘Peran Financial Technology (Fintech) dalam Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia’. Diskusi panel yang dibuka dengan keynote speech oleh Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi & Perlindungan Konsumen – Tirta Segara ini usung sederatan profesional tuk berkontribusi : Eko P. Pratomo (Pendiri SDF dan Financial Wisdom), Tri Djoko Santoso, CFP (Ketua Financial Planning Standard Board), Dr. Subiakto Soekarno (Dosen SBM ITB), Jimmy Gani, B.A., MPA (CEO IPMI International Business School), Adjie Wicaksana, Msc (CEO Financial Wisdom), Adrian Gunadi, MM (CEO Investree), Yohanes Yudistira (Direktur KVision, Kompas Gramedia Group) dan Aria Widyanto (Vice President of Product Amartha).
Data dari OJK menyebutkan bahwa indeks literasi keuangan di Indonesia hanya 29,66% dari total populasi dengan indeks inklusi keuangan 67,82%. Angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN seperti Thailand (78%), Malaysia (81%) dan Singapura 96%.
Dampak dari rendahnya literasi finansial ini adalah sebagai berikut :
- Rasio menabung masyarakat kita rendah, hanya 32% dari total populasi, angka yang dinilai masih rendah jika kita kembali membandingkan dengan tiga Negara tetangga seperti Singapore 45%, China 48% dan Philippines 44% (World Bank, 2016).
- Rasio investasi negara kita pun masih sangat rendah, merujuk pada release PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dimana jumlah investor pasar modal kurang dari 1% (1.000.289 investor) dari total populasi.
Sejak Kecil kita belajar bagaimana caranya mencari uang tetapi tidak belajar bagaimana cara mengelolanya, sehingga mengakibatkan gaya hidup konsumtif, rendahnya rasio menabung, rendahnya rasio investasi pasar modal, pengeluaran lebih besar dari pendapatan, terjebak investasi bodong, tidak mempersiapkan dana kebutuhan masa depan. Kondisi tersebut melandasi lahirnya Financial Wisdom yang dalam perkembangannya meluncurkan GICF sebagai upaya membangun kesadaran sekaligus mengedukasi masyarakat secara masif mengenai pentingnya literasi keuangan dengan wisdom spiritualitas”, papar Eko Pratomo
Sementara itu, Adjie Wicaksana – CEO Financial Wisdom tambahkan:
Financial Technology (fintech) merupakan kategori industri startup terbesar kedua setelah e-commerce yang secara pertumbuhannya sangat signifikan. Sejauh ini industri fintech masih didominasi oleh kategori payment platform, comparison platform, dan lending platform. Disini kami melihat teknologi sebenarnya bisa mendorong kapasitas masyarakat dalam mengelola keuangan lebih bijak melalui pendekatan edukasi, teknologi kami jadikan kekuatan yang mendorong perluas jangkauan kita dalam mengedukasi masyarakat mengenai literasi keuangan. Melalui Financial Wisdom, kami memulainya dengan bangun online education platform terkait personal finance belajar finansial untuk menjangkau semua kalangan mulai dari ibu rumah tangga, kaum muda, pengusaha dan profesional”.
Acara peluncuran GICF ditandai pula dengan penandatanganan dukungan GICF oleh seluruh panelis dan penandatanganan nota kesepahaman dari berbagai pihak terkait, seperti : Financial Planning Standard Boards Indonesia (FPSB Indonesia), KADIN Provinsi Jabar, DINAS KUMKM Provinsi Jabar dan Institusi Pendidikan (Institut Teknologi Bandung dan IPMI International Business School). Melalui GICF ini SDF mengajak berbagai pihak yang berkepentingan baik pemerintah, swasta, komunitas, bahkan individu untuk berkolaborasi mendorong literasi keuangan dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
Siaran Pers