JAKARTA, duniafintech.com – Masih ada beberapa orang yang penasaran mengenai penyebab harga emas naik turun lantaran emas adalah salah satu instrumen investasi yang paling populer dan sangat cocok untuk pemula. Selain karena risikonya yang terbilang lebih kecil, dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya investasi emas juga semakin mudah untuk dilakukan.
Hingga saat ini, untuk melakukan investasi emas bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Perkembangan teknologi yang ada sekarang ini memungkinkan masyarakat luas untuk berinvestasi emas secara digital.
Di sisi lain, emas juga termasuk sebagai instrumen investasi yang likuid. Sehingga, terkait pencairan dana investasi emas bisa dilakukan sewaktu-waktu jika para investor membutuhkan uang tunai.
Pergerakan harga emas pun sangat dinamis serta relatif tahan terhadap inflasi dan krisis. Secara umum, harga emas ini cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2015, harga emas Antam di Indonesia berkisar antara Rp 490.000 sampai Rp 530.000 per gram. Dalam dua tahun terakhir, harga emas mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Harga emas Antam pada hari Minggu lalu saja sudah mencapai Rp 953.000 per gram. Sedangkan harga emas Antam di PT Pegadaian (Persero) dibanderol seharga Rp 991.000 per gram.
Artinya, dalam kurun waktu lima tahun, pergerakan harga emas sudah mengalami kenaikan sekitar 50 persen. Pada awal masa pandemi Covid-19 ketika instrumen saham sempat turun drastis, harga emas sempat menyentuh Rp 1 juta per gram.
Kendati demikian, dalam kondisi tertentu harga emas juga bisa mengalami penurunan meski tidak terlalu signifikan. Lantas, faktor apa saja yang jadi penyebab harga emas naik turun?
5 Faktor Penyebab Harga Emas Naik Turun
Mengutip Kompas, adapun faktor yang menyebabkan emas mengalami kenaikan dan penurunan harga, antara lain:Â
- Ketidakpastian Kondisi Global
Berbagai macam situasi yang terjadi seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas.
Misalnya, waktu ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, harga emas bisa melonjak drastis. Pada saat krisis, instrumen investasi emas seringkali dianggap sebagai penyelamat investor.
Selain itu, situasi geopolitik juga bisa jadi pemicu seperti perang dagang Amerika Serikat dan China, juga turut mempengaruhi harga emas. Ketika itu, investor global berbondong-bondong untuk mulai berinvestasi aset aman (safe haven), salah satunya adalah emas.
Sehingga sudah tidak heran kalau harga emas naik. Karena memang para peminat instrumen investasi emas memang sedang banyak-banyaknya.
Namun, saat situasi sudah mulai adem, instrumen investasi safe haven seperti emas akan kembali kekurangan peminat. Para investor juga kembali memburu berbagai macam aset berisiko, sehingga membuat harga emas turun.
Ada tiga alasan mengapa emas baru dipilih manakala ekonomi sedang tidak menentu atau terdapat gejolak geopolitik. Pertama, nilai emas masih tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi. Kedua, nilai emas tetap terjaga meski sedang terjadi krisis ekonomi atau perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang saat ini terbilang terbatas.
- Penawaran dan Permintaan Emas
Hukum penawaran dan permintaan juga berlaku sebagai pemicu pada harga emas. Jika lebih besar sebuah permintaan emas ketimbang penawarannya akan membuat harga logam mulia emas bakal naik.
Sebaliknya, jika harga emas akan turun apabila penawaran lebih besar daripada permintaannya. Menariknya adalah ketersediaan emas di dunia ini cukup terbatas. Produksi emas di dunia selain dari hasil pertambangan juga berasal dari proses daur ulang emas.
Ada dua versi untuk dapat hasil hitung dari total emas yang ada di dunia. Versi pertama dari Thomson Reuters GFMS yang menyebut angka totalnya mencapai 171.300 ton. Sementara versi kedua dari James Turk, pendiri Gold Money, yang memperkirakan jumlahnya mencapai 155.244 ton.
- Kebijakan Moneter
Harga emas saat ini juga sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil bank sentral AS (The Fed). Kebijakan moneter yang dimaksud barusan adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga.
Jika The Fed menurunkan suku bunga, maka harga emas berpotensi naik. Sebab dollar menjadi tidak menarik lagi sebagai pilihan investasi dan orang-orang juga lebih cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk investasi emas.
Begitu juga sebaliknya, yakni ketika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, maka harga emas pun akan turun karena investasi dalam bentuk deposito dianggap lebih menjanjikan.
- Inflasi
Penyebab harga emas naik turun selanjutnya adalah inflasi yang merupakan salah satu faktor utama yang bisa membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga akan berdampak pada harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka harga emas pun akan semakin mahal.
Hal ini disebabkan karena masyarakat enggan untuk menyimpan aset dalam bentuk uang yang mudah kehilangan nilainya. Banyak masyarakat yang lebih memilih investasi emas karena harganya cenderung stabil dan lebih aman ketika inflasi.
- Nilai Tukar Dollar AS
Harga emas dalam negeri juga mengacu pada harga emas internasional yang akan dikonversi dari dollar AS ke dalam mata uang rupiah. Karena itu, harga emas juga sangat dipengaruhi oleh pergerakan rupiah terhadap dollar AS.
Apabila nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah, maka harga emas lokal akan menguat atau tinggi. Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.
Itulah tadi lima penyebab harga emas naik turun. Bagi Anda yang memilih emas sebagai instrumen investasi, ada baiknya untuk menganalisa lebih dalam dan mengetahui seluk beluk investasi emas terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
Penulis: Kontributor / M. Raihan Muarif
Editor: Anju Mahendra