JAKARTA – Faktor gaya hidup turut serta memengaruhi tingginya angka Pinjaman Online (Pinjol) di Indonesia.
Keinginan dan harapan hidup berkecukupan menjadi pemicu pinjol jadi digemari.
Pinjol dianggap solusi.
Padahal, jika mengalami gagal bayar dampaknya sangat besar.
Terutama terhadap perkembangan mental seseorang.
Saat peminjam gagal bayar di satu aplikasi, kemudian mengajukan pinjaman ke aplikasi lain dengan harapan bisa membayar tagihan.
Padahal, tanpa ia sadari, telah masuk dalam perangkap gali lobang tutup lobang.
Bahkan, lubang yang digali lebih besar dibandingkan dengan penutupnya.
Alhasil, pinjol tak terbayar utang malah menumpuk.
Di sisi lain, ini memang merugikan masyarakat. Kendati, secara tidak langsung daya beli cukup kuat.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkap fakta di balik lesunya ekonomi Indonesia diantaranya akibat pinjol.
Jahja mengatakan, daya beli masyarakat mengalami penurunan akibat tagihan pinjol yang kian mencekik.
“Artinya dia meminjam tapi tak sesuai dengan penghasilan,” katanya.
Akibatnya, hal yang terjadi adalah gagal bayar atau galbay.
“Sekarang orang hidupnya hopeless,” paparnya.
Pelaku Pasar Juga Kena Dampak Pinjol dan Judi Online?
Bahkan sebut Jahja, pelaku usaha besar pun tak surut merasakan dari dampak yang ditimbulkan.
“Memang sangat terasa sekali. Bahkan hingga kalangan atas,” paparnya kepada wartawan, Kamis (8/8/2024).
Beberapa Faktor Maraknya Judi Online dan Pinjol
Setelah pinjol merebak, kemudian muncul judi online.
Faktor ini juga turut menjadi penyebab menurunnya daya beli masyarakat.
Masyarakat mulai kecanduan judi online.
Dengan harapan mampu menopang dan memenuhi kebutuhannya.
Nyatanya, setelah melakukan pinjol untuk modal judi online, kehidupannya justru amburadul.
Penghasilan tak ada, waktu tersita, tagihan pinjol tak terbayar.
Akibat gaya hidup tak sehat, kedua faktor ini telah menggerus daya beli masyarakat.
Faktor lain yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun karena adanya deflasi yang terjadi selama tiga berturut-turut.
Deflasi adalah penurunan harga barang, jasa dan terjadi secara besar-besaran dalam kurun waktu berjangka, langsung atau bersamaan.
Keempat, menurunnya kinerja industri manufaktur sehingga PMI Manufaktur masuk ke zona kontraksi.
Ketiga, adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dampak melemahnya permintaan produksi.
Kemudian hasil produksi tertahan sehingga proses ekspor mengalami kendala dan menurun.