JAKARTA, duniafintech.com – Sektor keuangan mengalami transformasi yang signifikan dipicu oleh percepatan arus digitalisasi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Akselerasi ini mendorong pertumbuhan finansial teknologi (fintech).
Fintech yang makin tumbuh di situasi pandemi ini adalah sektor pendanaan bersama atau peer to peer (P2P) lending alias pinjaman online (pinjol).
Pengamat ekonomi digital dari Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda memperkirakan, keberadaan fintech lending di tahun 2022 akan semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Lebih-lebih jika pandemi Covid-19 masih menciptakan ketidakpastian bagi perekonomian.
“Saya rasa tahun depan jika ekonomi kita masih belum membaik, pinjol akan tetap jadi alternatif yang cukup oke untuk pembiayaan,” katanya kepada Duniafintech.com, Senin (27/12).
Dia menjelaskan, di tengah keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19, masyarakat membutuhkan sumber pembiayaan untuk melangsungkan hidupnya atau mempertahankan bisnisnya.
Apalagi, dalam kondisi yang belum pulih dan penuh ketidakpastian bank akan cenderung menahan penyaluran kreditnya, sehingga kelompok yang tidak dapat mengakses layanan bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya, akan beralih ke fintech lending.
“Orang tetap akan butuh pembiayaan terlebih di kondisi paceklik seperti saat ini. Perbankan juga akan tetap berhati-hati dalam penyaluran dana,” ujarnya.
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan konsumsi diperkirakan akan menjadi dua sektor yang paling banyak memanfaatkan fasilitas yang ditawarkan oleh fintech lending.
“Pinjol akan tetap bisa tumbuh (di 2022). Saya rasa sektor UMKM dan sektor konsumsi akan menjadi dua sektor yang banyak memanfaatkan pinjol ini. Konsumsi sih paling besar peluangnya,” ucapnya.
Kantor Cabang Bank Semakin Menyusut
Namun, pertumbuhan sektor finansial teknologi ini berdampak kepada perbankan. Sejumlah bank mengalami penurunan transaksi di kantor-kantor cabangnya. Semua aktivitas kini lebih banyak dilangsungkan melalui aplikasi dan tanpa bertemu muka.
Hal ini membuat sejumlah kantor cabang bank menyusut signifikan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam tiga tahun terakhir, sejak 2017 hingga Agustus 2021, sedikitnya 2.593 kantor cabang telah ditutup. Kantor itu tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
“Orang saat ini lebih banyak menggunakan online banking dan mobile apps. Jadi ya memang wajar ketika ada ribuan kantor cabang perbankan tutup. Fenomena ini akan terus berlanjut (di 2022),” urainya.
Hal ini pun dibenarkan oleh Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication Bank BCA Hera F. Haryn.
Meskipun tidak secara spesifik mengatakan bahwa BCA menutup sejumlah kantor cabangnya, namun dari data kuartal III-2021 menunjukkan bahwa transaksi di kantor cabang Bank BCA hanya sebesar 0,5%, turun dibandingkan kuartal I-2021.
Tercatat, nilai transaksi nasabah BCA di kantor cabangnya pada periode Januari hingga September 2021 adalah sebesar Rp9.413 triliun.
“Kami melihat aktivitas perbankan melalui kantor cabang mulai mengalami penurunan. Tercatat porsi transaksi di kantor cabang tercatat sebesar 0,5% per kuartal III-2021, turun dibandingkan kuartal I-2021,” katanya kepada Duniafintech.com.
Dia pun menyadari bahwa pandemi telah mempercepat digitalisasi dalam banyak hal, termasuk dalam penyediaan layanan perbankan. Untuk itu perseroan terus melakukan transformasi digital sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan transaksi nasabah sesuai dengan tren digital.
Namun, pihaknya melihat bahwa kantor cabang masih berperan penting dalam layanan perbankan BCA. Menurutnya, nasabah nonmilenial masih membutuhkan layanan di kantor cabang.
Selain itu, BCA juga mencermati bahwa masih terdapat layanan keuangan oleh perbankan yang belum dapat diganti secara digital seperti setoran tunai dan pinjaman dalam jumlah besar. Hingga saat ini, BCA memiliki sekitar 1.200 cabang.
“Ke depannya, BCA akan terus mengevaluasi kebutuhan masyarakat terkait kantor cabang,” ucapnya.
BCA melihat bahwa keberadaan kantor cabang, pelayanan oleh karyawan, dan digitalisasi harus berjalan beriringan, saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan nasabah saat ini dan masa depan.
Menurutnya, karyawan merupakan pilar penting dalam memberikan layanan terbaik bagi nasabah terutama dalam menjaga loyalitas nasabah.
“Kami akan terus membekali karyawan dengan berbagai pelatihan yang relevan sesuai dengan perkembangan dunia perbankan yang berlangsung, sehingga mereka dapat berkarya di mana saja,” ujarnya.
Dia bilang, ke depannya BCA akan terus memperkuat ekosistem finansial, penyempurnaan dan modernisasi dari infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki dalam mendukung keandalan dan keamanan berbagai layanan perbankan dan transaksi digital.
“Sehingga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan,” tuturnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra