27.1 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Polisi India Bongkar Penipuan Kripto yang Mengancam Pasar Digital, Investor Rugi Rp 1,3 Miliar

JAKARTA – Polisi India berhasil menangkap empat orang yang diduga menjalankan platform perdagangan kripto palsu. Platform ini telah menipu korban dengan total kerugian lebih dari USD 90.000 atau sekitar Rp 1,3 miliar.

Menurut CoinMarketCap, kemarin, media lokal melaporkan bahwa para pelaku menargetkan investor dengan menyamar sebagai perwakilan dari platform perdagangan kripto palsu bernama GBE Crypto Trading Company. Nama tersebut diduga sengaja dipilih untuk meniru perusahaan broker daring berbasis di Siprus, GBE Brokers, yang muncul pertama kali saat mencari “GBE” terkait kripto.

Polisi India Ungkap Modus Baru Penipuan Kripto

Penipuan ini dijalankan melalui media sosial seperti WhatsApp dan Telegram, di mana para pelaku menyebarkan aplikasi perdagangan kripto palsu. Untuk mengaburkan jejak mereka, para penipu menggunakan nomor telepon virtual dan layanan VPN.

Investigasi oleh Kantor Polisi Siber di Balangir, Odissa, menemukan beberapa domain yang digunakan untuk mendukung skema ini dan mengelabui investor dengan berpura-pura menjadi platform perdagangan resmi. Namun, belum dapat dipastikan apakah para pelaku juga mengaku sebagai GBE Brokers.

Rishikesh Khilari, Inspektur Polisi Balangir, mengungkapkan bahwa lebih dari 60 rekening bank yang terkait dengan skema ini telah dibekukan, dan total USD 101.334 telah disita pada saat laporan.

Investor Waspada!

Pada Januari 2024, Kantor Polisi Siber Balangir juga mengungkap penipuan kripto lain yang melibatkan mata uang palsu bernama Dykan. Sama seperti kasus GBE, para pelaku membuat bursa kripto palsu bernama DYFINEX, menawarkan layanan perdagangan dan staking untuk menjerat investor.

India menjadi salah satu target utama penipuan kripto karena regulasi yang lemah dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang mata uang digital. Hal ini menyebabkan penipuan yang mempromosikan kripto palsu, platform perdagangan, dan skema investasi meragukan sering kali menyasar investor ritel.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU