Konsumsi produk halal dan jasa di dunia diperkirakan berkisar US$2,02 triliun pada 2019 dan potensi akan mencapai US$2,4 triliun pada 2024.
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) mengungkapkan bahwa ekonomi syariah menjadi daya tarik baru dalam perekonomian global.
Hal ini didukung dengan tren populasi muslim global yang terus meningkat di mana populasi muslim dunia diperkirakan akan bertambah menjadi 2,2 miliar jiwa atau sekitar 26,4% dari populasi penduduk global pada tahun 2030.
Didukung Oleh Peningkatan Konsumsi Produk Halal
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat mengungkapkan bahwa masuknya ekonomi syariah ke dalam tren perekonomian global juga disebabkan oleh tingginya konsumsi produk halal dunia.
Berdasarkan laporan State of The Global Economics Report pada tahun 2020-2021 terlihat bahwa total konsumsi produk halal dan jasa di dunia diperkirakan berkisar US$2,02 triliun pada 2019 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$2,4 triliun pada 2024.
“Angka ini berasal dari konsumsi makanan dan minuman halal, diikuti oleh pariwisata ramah muslim, fashion muslim, obat-obatan halal, dan kosmetik halal, serta halal media dan rekreasi,” katanya dalam video conference, Kamis (30/9).
Sementara itu, aspek industri keuangan syariah global terus meningkat. Pada 2019 berkisar di level US$2,88 triliun. Di tengah pandemi Covid-19 angka ini pun terus meningkat seiring dengan dengan berangsurnya proses pemulihan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional.
Oleh karena itu, industri keuangan syariah global diproyeksikan akan mencapai US$3,1 triliun di tahun 2024.
Indonesia Berpotensi Jadi Pemain Industri Halal Dunia
Sutan menuturkan, keuangan syariah diperkirakan akan tumbuh menjadi segmen keuangan global yang berpengaruh. Selain didukung oleh populasi muslim yang besar, berbagai stakeholder juga mulai mencari instrumen keuangan syariah.
Di samping itu, kesadaran masyarakat terhadap konsep dan praktik ekonomi berbasis syariah juga semakin tinggi. Dengan meningkatnya perekonomian syariah global, Indonesia sebagai negara populasi muslim terbesar di dunia memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemain utama dalam sektor ekonomi syariah dunia.
“Hal itu mulai tercermin dari nilai konsumsi produk halal masyarakat Indonesia khususnya di sektor makanan dan minuman halal pada 2019 yang sebesar US$144 miliar, dan menjadikan Indonesia sebagai konsumen terbesar di dunia pada sektor tersebut,” ujarnya.
Sedangkan, pada sektor pariwisata ramah muslim, penduduk Indonesia melakukan pengeluaran sebesar US$11,2 miliar dan masuk peringkat keenam dunia.
Lalu, pada produk fesyen muslim, Indonesia merupakan konsumen terbesar ketiga dunia dengan total konsumsi US$16 miliar dolar. Untuk sektor farmasi dan kosmetik halal, Indonesia pada posisi keenam dan kedua dengan total pengeluaran masing-masing US$5,4 miliar dan US$4 miliar.
Industri Keuangan Syariah Indonesia Pebih Kebal Pandemi
Adapun, di sektor ekonomi dan keuangan syariah, industri keuangan syariah di Indonesia punya resiliensi atau daya tahan yang baik dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan terus mencatatkan pertumbuhan positif.
Pada Maret 2021, aset keuangan syariah nasional mencapai Rp1.863 triliun atau tumbuh dari posisi 2020 yang sebesar Rp1.801 triliun.
Sementara itu, berdasarkan fintech report index 2021, Indonesia masuk ke dalam peringkat lima besar negara yang memiliki nilai transaksi tertinggi pada syariah digital.
“Melihat data di atas, Indonesia telah menjadi pasar yang menentukan dalam sektor ekonomi syariah khususnya pada sektor industri halal,” ucapnya.
Perlu Peningkatan Di Sisi Ekspor
Namun, sambungnya, kontribusi Indonesia sebagai produsen produk halal dunia masih perlu ditingkatkan. Karena, nilai ekspor produk halal Indonesia saat ini baru sebesar 3,8% dari total pasar produk halal dunia.
“Hal ini tentu perlu dicermati mengingat potensi Indonesia khususnya pada industri halal sangat besar,” tambahnya.
Kendati demikian, kondisi tersebut juga menunjukkan peluang pengembangan ekonomi syariah yang besar khususnya pada sektor industri halal yang dapat memberikan kontribusi nilai tambah yang tinggi dan juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Reporter : Nanda Aria
Editor : Gemal A.N. Panggabean