34.5 C
Jakarta
Kamis, 7 Agustus, 2025

Rojali Terjadi karena Daya Beli Menurun: Fenomena Sosial di Dunia Wisata

Benarkah rojali terjadi karena daya beli menurun?

Fenomena “Rojali”, singkatan dari “Rombongan Jarang Beli”, semakin sering terdengar dalam dunia pariwisata Indonesia.

Istilah ini mengacu pada rombongan wisatawan yang datang ke tempat wisata atau toko oleh-oleh tetapi tidak melakukan transaksi pembelian. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan penting: apakah benar Rojali terjadi karena daya beli menurun? Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai fenomena ini, termasuk penyebab, dampak, dan solusinya.

Apa Itu Rojali?

Secara sederhana, Rojali adalah sebutan bagi kelompok wisatawan yang lebih memilih melihat-lihat produk ketimbang membelinya. Mereka datang beramai-ramai, seringkali dalam satu bus pariwisata, mengunjungi tempat oleh-oleh, pusat kerajinan, atau lokasi wisata lainnya, namun hanya sedikit yang benar-benar melakukan transaksi. Tidak jarang para pedagang merasa kecewa karena volume pengunjung tidak sebanding dengan penjualan yang terjadi.

Rojali Terjadi karena Daya Beli Menurun

Salah satu alasan utama mengapa Rojali terjadi karena daya beli menurun. Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat berdampak langsung pada keputusan konsumen. Ketika pendapatan tidak naik secara signifikan, sedangkan harga kebutuhan pokok meningkat, maka konsumsi barang sekunder seperti oleh-oleh atau suvenir menjadi prioritas rendah.

Menurut Dr. Rina Martiani, pakar ekonomi konsumen dari Universitas Indonesia, “Perilaku konsumen berubah saat daya beli menurun. Mereka akan tetap berwisata untuk memenuhi kebutuhan rekreasi, namun pengeluaran non-esensial seperti belanja oleh-oleh akan ditekan seminimal mungkin.”

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Rojali terjadi karena daya beli menurun bukan sekadar asumsi, melainkan fenomena nyata yang dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat.

Faktor-faktor Lain yang Memperkuat Fenomena Rojali

Selain karena daya beli menurun, ada beberapa faktor tambahan yang membuat fenomena Rojali semakin marak:

  1. Motivasi Wisata yang Berbeda
    Banyak wisatawan saat ini hanya ingin mencari pengalaman visual, seperti berfoto dan menikmati pemandangan. Aktivitas belanja bukan lagi tujuan utama dari sebuah perjalanan wisata.
  2. Harga Produk yang Tidak Kompetitif
    Produk yang dijual di toko oleh-oleh kadang memiliki harga yang terlalu tinggi dibandingkan pasar online. Hal ini membuat wisatawan berpikir ulang sebelum membeli.
  3. Kurangnya Edukasi Wisata Beretika
    Sebagian wisatawan belum memahami pentingnya mendukung ekonomi lokal melalui pembelian produk setempat. Mereka hanya ingin menikmati fasilitas tanpa memberikan kontribusi balik.

Namun tetap saja, inti permasalahan ini mengarah pada satu hal: Rojali terjadi karena daya beli menurun.

Dampak Fenomena Rojali bagi Pelaku Usaha

Para pelaku UMKM dan pemilik toko oleh-oleh menjadi pihak yang paling merasakan dampak dari fenomena ini. Mereka sudah mengeluarkan biaya untuk operasional, menyediakan tester produk, bahkan memberi diskon khusus untuk rombongan. Namun hasilnya tetap tidak sebanding dengan harapan.

Jika Rojali terjadi karena daya beli menurun secara berkelanjutan, maka dikhawatirkan banyak UMKM akan gulung tikar. Pendapatan yang minim tidak mampu menutup biaya produksi, distribusi, dan promosi.

Peran Agen Perjalanan dan Pemandu Wisata

Agen perjalanan dan pemandu wisata memiliki peran penting dalam mengurangi dampak Rojali. Mereka bisa memberikan edukasi sejak awal kepada wisatawan tentang pentingnya mendukung pelaku lokal. Selain itu, mereka juga dapat membantu menyusun itinerary yang memberi ruang bagi wisata belanja yang menarik dan terjangkau.

Namun, sekali lagi, upaya tersebut akan sulit berhasil jika Rojali terjadi karena daya beli menurun. Karena sebaik apapun promosi dan pendekatannya, jika masyarakat memang tidak memiliki anggaran lebih, maka pembelian tetap tidak akan terjadi.

Solusi untuk Mengatasi Rojali

Jika kita menerima kenyataan bahwa Rojali terjadi karena daya beli menurun, maka solusinya harus menyentuh dua aspek utama: kemampuan ekonomi masyarakat dan daya tarik produk lokal.

  1. Meningkatkan Daya Beli
    Pemerintah perlu terus menjaga stabilitas ekonomi dan menekan inflasi agar daya beli masyarakat kembali membaik. Kenaikan pendapatan minimum, subsidi untuk sektor informal, dan akses kredit UMKM juga bisa menjadi solusi jangka panjang.
  2. Inovasi Produk dan Harga Terjangkau
    Pelaku UMKM perlu berinovasi dalam produk dan strategi harga. Menyediakan produk yang unik, berkualitas, namun tetap terjangkau bisa menarik minat beli wisatawan.
  3. Edukasi Wisata Beretika
    Melalui media sosial dan agen perjalanan, bisa dikampanyekan pentingnya membeli produk lokal sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas setempat.
  4. Sistem Insentif untuk Rombongan
    Beberapa toko oleh-oleh bisa memberikan insentif, seperti diskon kolektif atau hadiah bagi rombongan yang melakukan pembelian minimal. Ini bisa merangsang perilaku konsumtif secara sehat.

Kesimpulan

Dari berbagai sudut pandang yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa Rojali terjadi karena daya beli menurun adalah realitas yang tidak bisa diabaikan. Meskipun ada faktor lain yang memengaruhi, penurunan kemampuan ekonomi masyarakat menjadi penyebab utama. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan juga harus bersifat holistik, mencakup pendekatan ekonomi makro dan mikro sekaligus edukasi sosial.

Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan para pelaku wisata dan pengambil kebijakan bisa bersinergi dalam menciptakan ekosistem wisata yang saling menguntungkan. Karena jika dibiarkan, fenomena Rojali bisa mengancam keberlangsungan usaha lokal yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Maka tak berlebihan jika dikatakan sekali lagi: Rojali terjadi karena daya beli menurun.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU