30.8 C
Jakarta
Senin, 23 Desember, 2024

Mengenal Saham Auto Rejection, Penyelamat Para Investor Pemula

JAKARTA, duniafintech.com – Saham auto rejection ini terdiri dari dua, yaitu Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB). Sedangkan Auto Rejection adalah batasan minimum dan maksimum dari suatu tren kenaikan dan penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan bursa.

Mekanismenya begini, sistem bursa atau yang dikenal dengan sebutan Jakarta Automated Trading System (JATS) akan melakukan penolakan secara otomatis terhadap penawaran jual atau beli bila harga saham melebihi batasan harga yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jadi, kalau misalnya harga saham A naik melampaui batas persentase atas yang telah ditentukan BEI dalam sehari, maka saham tersebut akan terkena ARA. Sementara kalau harganya turun melebihi batas bawah akan kena ARB.

Ciri-ciri saham yang terkena ARA, yakni tidak ada lagi order di antrean jual (offer), sementara ciri-ciri saham yang terkena ARB, yakni tidak ada lagi order di antrean beli (bid).

Manfaat Saham Auto Rejection

Meskipun judulnya penolakan, namun auto rejection yang diterapkan oleh pihak BEI tujuannya adalah demi kemaslahatan investor saham. Kok bisa begitu? Simak ulasannya berikut ini.

  1. Mekanisme auto rejection, seperti pemberlakuan ARA dan ARB dapat melindungi investor.
  2. Supaya tidak ada harga saham yang merosot terlalu signifikan, sehingga bikin investor rugi besar. Juga supaya tidak ada harga saham yang naik gila-gilaan, dan dimanfaatkan bandar atau pihak-pihak tertentu.
  3. Agar perdagangan saham tetap bergerak secara wajar dan sehat.
  4. Investor juga dapat berpikir apakah tetap hold saham atau tidak.

Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Beli Saham ARA atau ARB

Saham merupakan sebuah instrumen investasi dengan pergerakan harga sangat fluktuatif, bahkan bisa dibilang tidak wajar yang kerap menyentuh batasan ARA dan ARB.

Saham-saham yang berpotensi masuk ke dalam lubang batas ARA, biasanya:

  1. Saham IPO atau saham yang pertama kali dijual ke publik.
  2. Saham yang tersengat sentimen tertentu, seperti aksi korporasi merger atau akuisisi.
  3. Bukan saham dengan kapitalisasi pasar besar.
  4. Umumnya saham berkapitalisasi menengah dan kecil.

Sedangkan saham yang seringkali kena ARB, biasanya justru saham-saham blue chip atau yang masuk dalam indeks LQ45.

Kalau kamu menemukan saham-saham yang terkena ARA atau ARB, ada baiknya untuk menganalisa terlebih dahulu. Jangan cuma melihat keuntungan yang dihasilkan dengan cepat, seperti pada saham yang masuk ARA. Atau harga murah karena kena ARB. 

Adapun hal yang harus diperhatikan sebelum membeli saham auto rejection, antara lain:

  1. Perhatikan Faktor yang Mempengaruhinya

Pasti akan ada faktor pemicu kenaikan atau penurunan harga saham secara signifikan, apakah karena sentimen tertentu, ataupun saham yang kurang likuid, sehingga harganya gampang naik dan turun atau digoreng.

  1. Pompom Saham 

Bisa juga karena ajakan atau hasutan dari investor lain untuk menggerakkan saham tertentu di waktu tertentu pula.

  1. Hindari Beli Saham ARA atau ARB bagi Investor Pemula

Saham yang terkena ARA atau ARB ini bisa dibilang sangat cepat berubah harganya. Bisa dalam hitungan jam, menit, bahkan detik.

Jadi jangan pernah mengambil risiko untuk membelinya, terutama untuk investor pemula, sebaiknya hindari saham auto reject. Apalagi saham tersebut sudah masuk daftar UMA (Unusual Market Activity) atau saham yang bergerak di luar kewajaran.

Termasuk bila saham tersebut tidak likuid. Ciri-cirinya antrean bid dan offer sedikit biar investasimu gak ambyar.

  1. Belajar Menganalisa Sendiri

Mau nyemplung investasi saham dan bisa dapat cuan, kuncinya ya tentu saja harus belajar. Belajar apa? Belajar menganalisa menggunakan analisis fundamental maupun teknikal sendiri.

Jangan hanya karena latah, sehingga Anda jadi ikut-ikutan beli saham yang dipegang orang lain. Karena hal itu belum tentu analisisnya benar. Banyak cara untuk belajar ‘jeroan’ investasi saham, hal itu bisa didapatkan dari buku, internet, ikut komunitas, atau ikut sekolah pasar modal.

Yuk, jadi investor saham yang cerdas dan cermat. Gak perlu FOMO, dan cobalah untuk percaya pada kemampuan diri sendiri. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

 

 

 

Penulis: Kontributor / M. Raihan Muarif

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU