30.5 C
Jakarta
Jumat, 18 Oktober, 2024

Siklus Pelonggaran Moneter Indonesia Diprediksi Berlanjut di November

Jakarta, 17 Oktober 2024 – Bank Indonesia (BI) diprediksi akan melanjutkan siklus pelonggaran moneternya paling cepat bulan depan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini di bawah kepemimpinan pemerintahan baru, menurut para ekonom.

“Kami mempertahankan perkiraan dasar kami untuk penurunan 25 basis poin pada pertemuan November dan Desember, diikuti oleh dua langkah lagi di Q1 dan Q2 2025,” kata ekonom Bloomberg Economics Tamara Mast Henderson dalam sebuah catatan. “Ada ketidakpastian yang signifikan atas waktu dan tingkat penurunan suku bunga BI berikutnya, yang kemungkinan akan bergantung pada rupiah untuk saat ini.”

Siklus Pelonggaran Moneter Indonesia Diprediksi Berlanjut di November

Inflasi yang mereda memberikan ruang bagi BI untuk melanjutkan pelonggaran setelah jeda pada bulan Oktober. Inflasi turun ke level terendah hampir tiga tahun di 1,84% pada bulan September, berada dalam kisaran target BI sebesar 2,5% ± 1% untuk tahun 2024. Sementara itu, Rupiah terdepresiasi sebesar 2,82% pada bulan Oktober 2024 (per 15 Oktober 2024).

Selain itu, bank sentral mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi sekitar 4,7-5,5% untuk tahun ini. Suku bunga deposito dan fasilitas pinjaman overnight juga dipertahankan masing-masing sebesar 5,25% dan 6,75%.

BI terakhir kali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% pada bulan September. Ini adalah penurunan pertama dalam biaya pinjaman sejak Januari 2021, konsisten dengan “perkiraan inflasi rendah, rupiah stabil yang cenderung menguat, dan pertumbuhan ekonomi yang perlu didorong lebih tinggi”, kata Gubernur Perry Warjiyo.

Rupiah terapresiasi ke Rp15.330 per USD (per 17 September 2024), mencerminkan kenaikan 0,78% dari akhir Agustus dan mengungguli mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India. Sementara itu, tingkat inflasi utama tetap nyaman dalam kisaran target.

Para ekonom memperkirakan proses disinflasi akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, yang berpotensi memungkinkan bank sentral untuk beralih dari siklus pengetatan ke pelonggaran awal tahun depan.

Analisis:

  • Pertumbuhan Ekonomi: Pemerintahan baru diharapkan fokus pada stimulus pertumbuhan ekonomi, dan penurunan suku bunga dapat membantu mencapai tujuan tersebut.
  • Inflasi Terkendali: Inflasi yang rendah memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter tanpa risiko lonjakan harga.
  • Stabilitas Rupiah: Pergerakan Rupiah akan menjadi faktor penting dalam menentukan waktu dan besaran penurunan suku bunga. Depresiasi Rupiah yang tajam dapat menghambat pelonggaran moneter.

Meskipun ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, sinyalemen dari para ekonom menunjukkan bahwa pelonggaran moneter di Indonesia kemungkinan akan berlanjut dalam waktu dekat. Hal ini dapat menjadi katalis positif bagi pertumbuhan ekonomi, namun perlu diwaspadai dampaknya terhadap stabilitas Rupiah.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU