24.8 C
Jakarta
Selasa, 24 Desember, 2024

Simak Strategi Bank J Trust Bertahan di Tengah Pandemi

PT Bank J trust Indonesia Tbk. (IDX: BCIC) menyiapkan sejumlah strategi di tengah terpaan pandemi Covid-19 dan percepatan proses transformasi digital di dalam negeri.

Direktur Utama J Trust Bank, Ritsuo Fukadai mengatakan, salah satu strategi yang diambil oleh Bank J Trust untuk tetap dapat bertahan adalah melalui kolaborasi dengan penyelenggaraan finansial teknologi atau fintech.

Dia mengungkapkan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan berbagai vendor penyedia uang elektronik atau e-money.

“Sekarang kami mungkin tidak hanya sebagai bank, tapi kami juga menggandeng para vendor e-money juga untuk bekerjasama untuk semakin memantapkan proses digitalisasi,” katanya dalam video conference, Kamis (14/10).

Fukadai menjelaskan, kolaborasi yang dilakukan oleh Bank J Trust dengan penyelenggara fintech tersebut untuk memuluskan langkah perseroan untuk melakukan proses digitalisasi bisnisnya.

Lebih-lebih, potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar. Apalagi, pandemi Covid-19 yang terjadi telah mengubah perilaku konsumen di dalam negeri. Karena itu Bank J Trust ingin mempercepat proses digitalisasi bisnisnya.

“Apalagi ke depannya kita sudah melihat geliat ekonomi Indonesia. Perilaku konsumen sudah banyak menggunakan e-money. Ke depan kita ingin ambil andil dalam melakukan percepatan hal tersebut,” ujarnya.

Indonesia Jadi Tujuan Investasi

Fukadai pun menuturkan, Indonesia memiliki sumberdaya yang besar dan menarik banyak minat investor baik lokal maupun asing.

Oleh karena itu, dengan menanamkan investasinya di Indonesia, holding perusahaan yang berbasis di Jepang ini berharap dapat meraup pangsa pasar potensialnya di dalam negeri.

“Seperti tadi disinggung Indonesia punya banyak SDA yang mumpuni dan menjadi daya tarik investor. Karena kami bergerak di institusi finansial kami akan terus suport di bidang itu,” ucapnya.

Apalagi kalau bicara institusi finansial, ke depannya akan sangat marak proses digitalisasi. Menururnya, digitalisasi di sektor keuangan akan sangat  berkembang, bahkan menjangkau hingga ke kota-kota kecil di daerah.

“Mungkin kita tidak hanya berbicara di kota besar, tapi di daerah-daerah lain yang mungkin lebih kecil ke depan proses digitalisasi akan lebih bermanfaat,” tuturnya.

Membawa Teknologi Informasi Canggih dari Jepang

Dia pun mengungkapkan, Indonesia menjadi tujuan investasi dari negara-negara dengan teknologi informasi yang canggih, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Menurutnya, dengan masuknya negara-negara tersebut dalam iklim investasi Indonesia, akan turut membawa kecanggihan teknologi yang dimilikinya ke dalam negeri.

“Dalam artian ke depan sebagai strategi kami, bukan hanya Jepang tapi Korea atau negara yang IT-nya berkembang, kita juga ingin mengadopsi hal-hal yang canggih supaya kita bisa penetrasi ke pasar Indonesia,” ujar Fukadai.

Adopsi teknologi ini, sambungnya, juga untuk mengedepankan faktor kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Di mengatakan transformasi ke digital ini juga akan mengurangi interaksi fisik antara nasabah dan karyawan.

Kami juga merasa di tengah pandemi ini yang penting untuk mengurangi risiko itu kita harus menguatkan lagi digitalisasi paperless jadi kami sekarang coba menguatkan teknologi kami supaya bisa menggunakan digitalisasi,” tukasnya.

Digitalisasi Didukung Aksi Korporasi

Sebelumnya, perseroan telah mengumumkan akan melakukan aksi korporasi berupa penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 4,45 miliar saham.

Aksi korporasi ini sesuai keputusan RUPST pada 23 Juli 2021 untuk memperkuat modal perusahaan. Manajemen pun tengah berkoordinasi dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memenuhi persyaratan serta prosedur yang ditetapkan.

PMHMETD ini diharapkan dapat mengumpulkan dana sekitar Rp1,5 triliun untuk menambahkan modal perseroan agar masuk kategori Kelompok Bank Modal Inti I (KBMI) sesuai peraturan OJK dengan modal minimal Rp3 triliun.

Aturan ini wajib dipenuhi oleh penyelenggara bank umum di tahun 2022. Adapun, saat ini modal Bank J Trust ditaksir baru sebesar Rp1,5 triliun hingga kuartal II-2021, sehingga membutuhkan tambahan Rp1,5 triliun hingga akhir tahun.

Langkah aksi korporasi PMHMETD ini ditujukan untuk membangun basis permodalan perseroan yang lebih kuat, termasuk dalam mengembangkan digitalisasi, mengingat kontribusinya yang signifikan terhadap kinerja saham.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU