duniafintech.com – Snapchat mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai USD10 juta (Rp 135 miliar), sebagai kelanjutan dari pendanaan sebesar USD 3 juta (Rp 40 miliar) yang diterimanya pada awal tahun 2017 ini. Pendanaan terbaru tersebut diperoleh dari sejumlah investor yang dipimpin Vickers Venture Partners.
Investor lainnya termasuk Social Capital, Kickstart Ventures dan Endeavor Catalysts, sedangkan pendanaan sebelumnya didukung oleh investor seperti Wavemaker Partners, SPH Ventures, dan SMDV. Sebagai informasi, startup ini merupakan penyedia data konsumen dan pembelanja secara offline dan online yang didirikan pada tahun 2015.
Pendanaan putaran ini akan digunakan untuk meningkatkan teknologi yang telah ada, meningkatkan skala operasi dan tim kami di Indonesia dan Filipina, serta mendukung ekspansi global,” ujar Founder dan CEO Snapcart, Reynazran Royono.
Sebelumnya, Snapchat turut mengembangkan Artificial Intelligence (AI) berbasis teknologi Optical Character Recognition (OCR). Teknologi ini disebut Google Experts mempunyai kemampuan tidak jauh dari Google Brain, dan diklaim sebagai salah satu bentuk prestasi terkait peningkatan teknologi di industri startup Indonesia.
Saat ini, Snapchat mengaku tengah terfokus pada pengembangan usaha mereka di negara lain. Melalui kehadirannya, Snapcart berharap dapat membantu menjawab tantangan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Tidak hanya oleh Snapchat, penerimaan investasi tersebut juga disambut baik oleh Vickers Venture Partners, yang menilai teknologi milik Snapcart mampu menjadi dasar perusahaan untuk dapat bergerak dan memperluas bisnisnya ke skala global.
Balik ke tahun 2013, Facebook sebenarnya telah menawarkan USD 3 miliar (Rp40 triliun) untuk mengakuisisi Snapchat. Namun, tawaran tersebut ‘bertepuk sebelah tangan’. Belum lama ini, juga muncul kabar yang menyebutkan bahwa Snapchat juga telah menolak tawaran menggiurkan dari Google. Business Insider melaporkan, tawaran ini adalah ‘rahasia umum’ di kalangan industri teknologi dan eksekutif senior Snapchat. Tidak diketahui seberapa serius Google untuk mengakuisisi Snapchat. Namun, Snapchat menyebutkan, rumor itu salah. Sementara itu, Google menolak untuk berkomentar. Salah satu narasumber menyebutkan, tawaran ini tetap berlaku bahkan sejak Snapchat melakukan IPO.
Meskipun Google gagal mengakuisisi Snapchat, CapitalG yang ada di bawah Alphabet, induk perusahaan Google, ikut berpartisipasi dalam pendanaan Seri F Snapchat, yang membuat perusahaan tersebut dihargai USD 20 miliar (Rp 26,6 triliun).
Mengingat CEO Snapchat Evan Spiegel dikenal karena kemandiriannya, kecil kemungkinan dia akan menjual perusahaannya ke Google. Tapi, Google dan Snapchat tetap memiliki hubungan dekat karena Snapchat adalah pelanggan Google Cloud. Selain itu, secara internal, Snapchat juga menggunakan sekumpulan aplikasi Google.
Diskusi tentang akuisisi memang sempat memanas sebelum Snapchat melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada awal bulan Maret lalu. Meskipun begitu, disebutkan, pembicaraan informal memang biasanya juga terjadi ketika IPO atau pengumpulan dana. Saat ini, Snapchat diperkirakan memiliki valuasi lebih dari Rp300 triliun.
Snapchat adalah aplikasi berbagi foto yang unik dengan cara kerja yang sederhana. Salah satu keunikannya adalah pengguna dapat mengirimkan video atau foto yang diatur durasinya. Setelah waktu yang telah ditentukan sebelumnya habis, maka pesan akan terhapus secara otomatis dari ponsel si penerima.
Snapchat dikembangkan oleh dua anak muda, yakni Evan Spiegel dan Bobby Murphy. Evan menjabat sebagai CEO dan Murphy sebagai CTO. Mereka berdua adalah mahasiswa dari Standford University pada tahun 2009. Waktu itu, Spiegel adalah mahasiswa di Jurusan Desain Produk dan Murphy adalah mahasiswa di Jurusan Ilmu Komputer.
Source: metrotvnews.com
Written by: Sebastian Atmodjo