duniafintech.com – Sejak beberapa bulan terakhir, penggunaan uang elektronik terus merambah ke berbagai moda transportasi. Setelah Kereta Rel Listrik (KRL) dan bus Transjakarta, kini uang elektronik juga dapat digunakan untuk membayar ongkos bajaj. Berbeda dengan KRL dan Transjakarta yang harus menggunakan kartu, pembayaran uang elektronik untuk bajaj dilakukan melalui aplikasi dompet elektronik Paypro.
Sejak Mei lalu, PayPro Dompetku telah berganti nama menjadi PayPro. Dompetku merupakan layanan e-money dari Indosat Ooredoo yang telah memegang lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia. Tak menunggu lama, PayPro menerapkan strategi memperluas mitra dengan menyasar masyarakat kecil.
Sebenarnya, saat mengumumkan rebranding layanan Dompetku menjadi PayPro, Indosat Ooredoo juga menyatakan PayPro akan berbadan hukum terpisah dengan Indosat. Bahkan, PayPro tidak memiliki afiliasi sama sekali dari sisi legal. Strategi peleburan Dompetku ke PayPro adalah hasil kerja sama strategis antara perusahaan dengan PT Solusi Pasti Indonesia (SPI) sebagai pengembang platform over the top (OTT).
Kendati demikian, Chief Marketing Officer PayPro Heidi Bokau mengatakan, PayPro masih bermitra strategis dalam urusan bisnis bersama Indosat.
Sampai dengan saat ini Indosat adalah mitra strategis PayPro dan agenda PayPro adalah untuk terus mendukung Gerakan Nasional Non Tunai yang dicanangkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2014,” ujar Heidi.
Alasan lain yang juga masuk akal, PT SPI belum memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia untuk mengoperasikan layanan pembayaran digital. Lisensi PayPro disebutkan masih dimiliki Indosat. Indosat sendiri sudah mendapat lisensi dari BI sejak tahun 2009.
PayPro sendiri menyajikan layanan dompet virtual yang menggunakan nomor ponsel sebagai sebuah identitas transaksi, mirip nomor rekening. Strategi ini dinilai efektif karena visi PayPro memfasilitasi kebutuhan finansial nontunai untuk masyarakat yang belum memiliki akun perbankan (unbanked). Selain menghadirkan layanan mendasar, PayPro mencoba memperluas fungsionalitas sistem yang dimiliki dengan menjalin kemitraan khusus dengan penyedia jasa angkutan bajaj di Jakarta.
Heidi menjelaskan, sekurangnya ada sekitar 800 bajaj yang telah dan akan menerapkan fitur ini. Setiap armada bajaj akan dilengkapi dengan QR Code sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran secara nontunai menggunakan aplikasi PayPro. Pendekatan ini dilandasi kebutuhan masyarakat saat ini. Layanan on-demand yang sudah ada terbukti memberikan banyak efektivitas dan transparansi dalam pembayaran dan penggunaan jasa angkutan umum.
Memiliki berbagai fitur transaksi layanan sistem yang dimiliki perbankan, PayPro menilai bahwa debutnya di masyarakat akan diterima. Terlebih dengan berbagai kemudahan, termasuk kemampuan untuk pengisian saldo dan tarik tunai melalui seluruh cabang Alfamart dan Indomaret di Indonesia, layaknya representasi sistem ATM perbankan.
Fitur lain yang coba dioptimalkan adalah model pembayaran dengan QR Code yang dimiliki PayPro. Melalui layanan ini, PayPro ingin coba memfasilitasi transaksi yang sehari-hari dibutuhkan masyarakat, mulai dari transportasi hingga kebutuhan pokok.
Ke depannya PayPro ingin menjadi yang terdepan dalam hal pembayaran non tunai. Bayangkan apabila kita membeli sayur atau makan siomay dan melakukan pembayaran cukup dengan melakukan scan QR Code sehingga tidak memerlukan uang tunai,” terang Heidi seperti dilansir dari dailysocial.id.
PayPro mengklaim punya 7,5 juta pelanggan dan melayani lebih dari 3 juta transaksi per bulan. Mereka telah bekerja sama dengan lebih dari 30.000 toko di Indonesia antara lain Alfamart dan Indomaret. PayPro juga terus berusaha masuk memfasilitasi pembayaran di sejumlah layanan yang banyak dipakai pengguna, seperti asuransi, layanan Internet dan TV berlangganan. PayPro juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan isi ulang pulsa seluruh operator seluler.
Written by: Sebastian Atmodjo