JAKARTA – Yen Jepang melonjak ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir terhadap dolar AS pada perdagangan hari Senin. Hal ini dipicu oleh para pelaku pasar yang secara agresif menghentikan strategi carry trade setelah serangkaian data ekonomi pekan lalu meningkatkan prospek penurunan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan penurunan suku bunga yang lebih besar dari Federal Reserve.
Tanda Akhir Carry Trade? Yen Melonjak ke Level Tertinggi 7 Bulan
Data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan, ditambah dengan laporan pendapatan yang mengecewakan dari perusahaan teknologi besar, dan indikasi melemahnya aktivitas manufaktur telah memperkuat pandangan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) mungkin harus mengambil langkah yang lebih agresif untuk mendukung ekonomi.
Carry trade merupakan strategi investasi yang melibatkan peminjaman mata uang dengan suku bunga rendah, seperti yen Jepang, untuk membeli aset berisiko lebih tinggi yang menghasilkan imbal hasil lebih tinggi. Strategi ini sangat populer di kalangan investor selama periode suku bunga rendah, tetapi kini menjadi kurang menarik karena meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga di AS.
“Data ekonomi AS yang lemah telah meningkatkan kekhawatiran investor tentang kemungkinan resesi. Hal ini mendorong mereka untuk keluar dari carry trade yang berisiko dan beralih ke aset yang lebih aman, seperti yen,” kata analis mata uang dari DBS Bank, Radhika Rao.
Implikasi Bagi Pasar Global
Penguatan yen memiliki implikasi yang signifikan bagi pasar keuangan global. Mata uang Jepang merupakan mata uang safe haven, artinya sering dicari investor saat terjadi gejolak pasar. Penguatan yen dapat menekan dolar AS dan aset berisiko lainnya, seperti saham dan komoditas.
Bagi Indonesia, penguatan yen juga dapat berdampak pada nilai tukar rupiah. Yen yang kuat dapat menekan dolar AS, yang pada gilirannya dapat memperkuat rupiah. Namun, penguatan rupiah yang terlalu cepat juga dapat merugikan ekspor Indonesia.
Analis memperkirakan yen akan terus menguat dalam beberapa bulan mendatang karena investor terus keluar dari carry trade. Namun, penguatan yen kemungkinan akan dibatasi oleh intervensi Bank of Japan (BoJ). BoJ telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan membiarkan yen menguat terlalu cepat karena dapat merugikan ekspor Jepang.
Investor akan terus memantau data ekonomi AS dan Jepang untuk mendapatkan petunjuk tentang arah kebijakan moneter kedua negara. Data ekonomi yang lemah dapat memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga di AS dan mendorong yen lebih tinggi.