27.1 C
Jakarta
Jumat, 22 November, 2024

The Fed Putuskan Pemangkasan Suku Bunga Acuan di September Mendatang

JAKARTA – Sinyal pemangkasan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) kian terang benderang.

Keputusan tersebut akan disampaikan pada rapat FOMC selanjutnya.

Pembahasan terkait pengambilan kebijakan pemangkasan suku bunga akan dilaksanakan pada tanggal 17—18 September 2024 mendatang.

Pelonggaran moneter tersebut telah lama dinantikan pasar global.

Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, sudah saatnya The Fed melakukan pemangkasan pada suku bunga acuan.

Powell menegaskan, penurunan suku bunga bertujuan untuk menahan pelemahan pasar tenaga kerja.

Menurutnya, kebijakan dan arah tujuan sudah jelas, sehingga keputusan sudah bisa diambil.

Pelemahan pasar, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko telah menjadi pertimbangan.

Mengacu pada data yang disampaikan Powell Senin (26/8/2024) menyebutkan, inflasi telah melandai dalam beberapa bulan terakhir.

“Menuju target 2% bank sentral,” papar Powell di acara simposium tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming.

Powel berkeyakinan, inflasi mulai mengalami pertumbuhan yang berada di jalur berkelanjutan.

Menurut Powell, ekspektasi pemangkasan suku bunga akhir tahun 2024 sepakat mempertahankan sekitar 102 basis poin.

Mengacu pada basis poin pada September juga mengalami ekspektasi yang stabil.

Ekspektasi pemangkasannya 50 bps mengalami kenaikan meski masih terhitung tipis hanya naik 24 persen.

Dalam pidato yang disampaikan Powell menegaskan, The Fed saat ini tengah berada di titik balik utama dalam kebijakan moneter yang ketat untuk melawan inflasi.

Sejumlah sinyal pun kian bermunculan.

Seiring data tenaga kerja Juli yang tampak mengecewakan pasar keuangan.

Catatan The Fed dalam dua tahun terakhir terus mengetatkan kebijakan, pasar tenaga kerja terbukti sangat kuat.

Fakta tersebut membuat para pejabat ruang memiliki ruang untuk fokus dengan kondisi penurunan inflasi yang menuju target 2%.

Meski demikian, Powell tetap optimis The Fed memiliki amunisi yang dibutuhkan.

Terutama dalam melawan perlambatan cepat di pasar tenaga kerja.

Bagaimana dengan Suku Bunga BI Rate?

Menanggapi pernyataan Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell tersebut, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Situmorang turut memberikan pandangan terkait dampaknya ke Indonesia.

Menurutnya Indonesia berpotensi tetap mampu menahan BI Rate.

Hal itu disampaikan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya yang juga bersamaan dengan FOMC.

Ia menilai ruang BI dalam menurunkan suku bunga pada November atau Desember 2024 mendatang juga berdasarkan pertimbangan adanya transisi kepemimpinan.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede turut memberikan pandangan.

Menurutnya, saat ini meskipun kondisi rupiah cenderung mengalami penguatan terhadap dolar AS tapi penguatan mata uang Asia tetap sejalan.

“Mata uang rupiah masih undervalued,” paparnya.

Josua memberikan penegasan bahwa BI berpotensi menurunkan BI Rate yang akan tetap mengacu pada kuartal IV/2024.

Ia menilai BI akan tetap menunggu keputusan dari The Fed.

Tanggapan BI

Pada 21 Agustus 2024 kemarin, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, posisi BI Rate berada di level 6,25%.

Angka tersebut menunjukkan adanya meski celah penurunan yang tampak semakin terbuka lebar.

Fakta menunjukkan, saat ini rupiah tengah mengalami tren penguatan.

Hal itu terjadi selama Agustus yang diapresiasi di angka 5,34%.

Posisinya berada di level Rp15.430 per dolar AS per 20 Agustus 2024.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, pada Juli 2024 inflasi umum mengalami perlambatan sebesar 2,13% (year-on-year/YoY).

Pada Juni 2024, terjadi penurunan dari 2,51%.

Hal itu didorong oleh penurunan harga pangan pascapanen.

Serta adanya permintaan yang cenderung lebih rendah setelah Idul Adha.

Pada Juli 2024 ada kenaikan Inflasi yang tipis pada menjadi 1,95% (YoY).

Hal itu disebabkan adanya kenaikan pada harga emas perhiasan, kopi, dan pendidikan.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU