JAKARTA, duniafintech.com – Top gainer saham hari ini nampaknya menjadi salah satu topik yang menarik untuk dibahas. Saham-saham unggulan yang menjadi andalan bagi investor untuk mendapatkan keuntungan. Apalagi dengan melihat kondisi perdagangan Jumat pekan lalu (9/6) IHSG ditutup menguat sebesar +0,42% atau +27,69 poin di level 6.694,02. IHSG hari ini diprediksi bergerak mixed dalam range 6.675 – 6.750.
Top gainer adalah saham dengan kenaikan harga paling tinggi diantara seluruh saham di pasar modal dibandingkan harga pembukaannya pada satu hari bursa.
Baca juga:Â Cara Membeli Saham Online Untuk Generasi Milenial
Berikut Saham Top Gainers:
1. PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk (KLAS) naik 34,93 persen menjadi Rp197 per lembar saham
2. PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) naik 34,51 persen menjadi Rp152 per lembar saham
3. PT Venteny Fortuna International (VTNY) naik 24,29 persen menjadi Rp348 per lembar saham
4. PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) naik 20,27 persen menjadi Rp1810 per lembar saham
5. PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) naik 18,37 persen menjadi Rp580 per lembar saham
6. PT Golden Flowe Tbk (POLU) naik 17,42 persen menjadi Rp310 per lembar saham
7. PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) naik 16,16 persen menjadi Rp1330 per lembar saham
8. PT Era Digital Media Tbk (AWAN) naik 14,5 persen menjadi Rp458 per lembar saham
9. PT Hatten Bali Tbk (WINE) naik 12,98 persen menjadi Rp740 per lembar saham
10. PT Mitra Energi Persada Tbk (KOPI) naik 11,05 persen menjadi Rp402 per lembar saham
Baca juga:Â Cara Investasi Saham dan Tips Investasinya bagi Pemula
Jika dilihat dari kondisi pasar mancanegara, pelaku pasar mencermati tingkat inflasi tahunan China yang naik tipis menjadi 0,2% YoY pada Mei 2023 dari level terendah sebesar 0,1% YoY di bulan April 2023. Pertumbuhan inflasi pada April 2023 merupakan yang terendah dalam 26 bulan terakhir.
Selain itu, Producer Price Index (PPI) China turun ke level 4,6% YoY pada Mei 2023, lebih cepat dari penurunan 3,6% YoY pada April 2023, dan lebih buruk dari perkiraan pasar yaitu sebesar 4,3% YoY. Penurunan tersebut merupakan bulan kedelapan berturut-turut, sekaligus menjadi yang paling tajam sejak Februari 2016 di tengah melemahnya permintaan dan penurunan harga komoditas.