JAKARTA, duniafintech.com – Transaksi aset Kripto di Indonesia meningkat signifikan. Nilai aset kripto semakin naik. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Jerry Sambuaga mengakui perkembangan transaksi aset kripto meningkat sangat pesat.
Pada tiga bulan pertama 2022 yaituuloa Januari hingga Maret, nilai transaksi aset kripto telah mencapai Rp 130,2 triliun.
“Selain itu, rata-rata kenaikan pelanggan aset kripto mengalami penambahan sebesar 740.523 pelanggan tiap bulan. Hingga Maret 2022, aset kripto di Indonesia tercatat memiliki 12,8 juta pelanggan,” ujar Jerry dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (28/5).
Baca juga: Ekonomi Indonesia Membaik, Penerimaan Pajak Capai Rp 678,99 Triliun Hingga Akhir Mei
Adapun di sepanjang 2021, nilai transaksi aset kripto tercatat sebesar Rp 859,4 triliun. Angka ini mengalami kenaikan sebanyak 1.224 persen dibandingkan pada 2020 yang tercatat sebesar Rp 64,9 triliun.
Jerry Sambuaga menjelaskan, perdagangan fisik aset kripto merupakan salah satu komoditi yang sangat diminati masyarakat akhir-akhir ini. Perdagangan kripto sendiri masuk dalam bidang perdagangan berjangka komoditi (PBK).
Baca juga: Bursa Kripto Tak Kunjung Diluncurkan, Bappebti Ungkap Alasan Ini
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti mencatat, data transaksi PBK pada kuartal I-2022 menunjukkan jumlah 4.747.922 lot atau naik 46,47 persen dibanding periode yang sama pada 2021 yang sebesar 3.241.650 lot.
“Bappebti memiliki peran yang signifikan untuk terus mengedukasi dan meningkatkan literasi masyarakat. Hal ini terkait peran Bappebti sebagai lembaga pengawas dan besarnya potensi transaksi di bidang perdagangan berjangka komoditi,” ujar Jerry.
Ia menambahkan bahwa Bappebti akan terus menggencarkan edukasi tentang tata cara berinvestasi yang benar dan aman, mekanisme transaksi, peraturan-peraturan terkait, hingga risiko berinvestasi dan tata cara penyelesaian masalah.
“Terlebih saat ini banyak beredar situs web maupun aplikasi yang menawarkan investasi kepada masyarakat namun tidak dapat dipertanggungjawabkan,” pungkas dia.
Baca juga: Harta Karun Indonesia Masih Berlimpah, Siap Jadi Raja di Dunia
Aset Kripto Sudah Tidak Dipandang Sebelah Mata
Di sisi lain, aset kripto dan blockchain disorot dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF). Ada beragam agenda yang digelar dalam pertemuan itu meliputi diskusi mengenai peran dari market keuangan terdesentralisasi (DeFi), peran mata uang digital bank sentral (CBDC), hingga bagaimana blockchain dapat diterapkan untuk memberantas kemiskinan dunia.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan, bahwa masuknya aset kripto dan blockchain dalam pembahasan utama di agenda WEF 2022 menjadi hal yang baik untuk perkembangannya secara global, termasuk di Indonesia.
“Saya melihat ini adalah pencapaian sekaligus peluang. Aset kripto dan blockhcain sudah tidak dipandang sebelah mata oleh para pemimpin ekonomi global. Kesempatan ini merupakan peluang untuk menciptakan nilai tambah yang baik. Pokok pembahasan tersebut bisa menjadi acuan bagi perkembangan kripto dan blockchain ke depannya, termasuk di Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut kata dia, kehadiran aset kripto tetap tumbuh, walau saat ini market secara keseluruhan sedang mengalami crash.
Menurutnya, kripto semakin terintegrasi dengan perekonomian global, maka risiko-risiko seperti itu bisa jadi memiliki beberapa justifikasi.
Ia menilai aset kripto bisa menjadi instrumen pelindung nilai yang baik, guna melawan risiko dari pasar lainnya. Dengan demikian, masih memungkinkan kripto dan teknologi blockchain berfungsi dengan berbagai cara dan melangkah lebih jauh lagi.
“Fase adopsi kripto saat ini layaknya seperti hari-hari awal adopsi internet. Di tengah tren negatif makroekonomi, sejumlah pihak yang tetap mengakui market akan kembali bullish atau optimis dengan prospek jangka panjang industri kripto,” ujarnya, dilansir dari Kompas.com.
“Pemerintah melihat pertumbuhan perdagangan aset kripto baik di Indonesia maupun di dunia sangat dinamis. Hal ini menimbulkan optimisme perkembangan aset kripto yang semakin baik ke depannya,” lanjut Manda.
Ada sejumlah tantangan yang harus diatasi sebelum kripto dan blockchain menjadi arus utama. Kurangnya pemahaman manajemen risiko hingga stigma negatif masih membayangi pertumbuhan industri kripto.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada