JAKARTA, duniafintech.com – Pemain fintech lending, PT Digital Alpha Indonesia (UangTeman) mengumumkan telah menemukan calon investor potensial yang ingin mengakuisisi perusahaannya.
Dilansir dari Tech in Asia, kabar baik itu berdasarkan surat komitmen yang diperlihatkan oleh induk perusahaan dari Uangteman, Digital Alpha Group, yang ditujukan kepada para mantan karyawannya.
Adapun isi dari surat komitmen tersebut menunjukan bahwa perusahaan asal Singapura IN Financial Technologies Holdings akan mengakuisisi UangTeman melalui anak usahanya, INFT.
INFT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang digital berbasis komunitas dan telah terdaftar resmi di Singapore Fintech Association.
Penasihat keuangan Uangteman, FTI Consulting, melalui juru bicaranya sudah mengonfirmasi kebenaran surat tersebut.
Adapun pihak FTI Consulting menyatakan bahwa kesepakatan akuisisi masih belum rampung, rencananya akan mulai proses audit atau uji tuntas (due diligence) di bulan ini. Sedangkan proses akuisisi ini ditargetkan rampung pada 1 April 2022 mendatang.
Juru bicara FTI Consulting juga menegaskan bahwa aksi korporasi yang dilakukan kliennya bergantung pada persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai rencana penyertaan modal dan penyelesaian proses akuisisi. Saat ini, Uangteman juga sedang berusaha untuk memperpanjang izin operasionalnya kepada OJK.
Andai proses akuisisi ini berhasil, Uangteman berkomitmen akan memprioritaskan suntikan modal tersebut untuk melunasi pajak, BPJS, gaji karyawan, dan hak-hak karyawan lain yang belum dituntaskan.
Janji Uangteman yang tak kunjung terealisasi
Namun kabar baik ini tak disambut dengan baik oleh mantan karyawan UangTeman. Mereka meragukan atas keberhasilan kesepakatan akuisisi.
Pasalnya, menurut seorang mantan eksekutif UangTeman bahwa pihak UangTeman sebelumnya sudah beberapa kali memberikan janji, tetapi masih belum diwujudkan.
Tidak hanya itu, ia mengaku bahwa Founder dan CEO Uangteman, Aidil Zulfikli, kerap kali menyatakan hampir mendapatkan suntikan dana bahkan menemukan calon investor yang ingin mengakuisisi perusahaannya. Namun hingga saat ini tak kunjung terealisasi.
Beberapa mantan karyawan juga telah mendesak Uangteman melunasi seluruh kewajibannya. Sejumlah Inisiatif telah dilakukan hingga membuat petisi di Change.org dan permintaan audiensi dengan OJK.
Petisi tersebut pun telah ditandatangani oleh 413 orang. Adapun, tuntutan mereka adalah:
- BPJSTK dan BPJS Kesehatan yang tidak disetorkan mulai Januari 2020 padahal sudah selalu dipotong di slip Gaji.
- Gaji Karyawan Mulai Januari 2021 – Sekarang
- Pajak sejak 2020.
UangTeman diduga tidak kunjung membayar gaji para karyawannya sejak akhir 2020. Tak hanya itu, pemain fintech ini juga diduga belum melunasi pajak penghasilan ataupun iuran jaminan sosial.
Karyawan Uangteman, Yosafat Disti Okkaviano, belum lama ini berbincang dengan Duniafintech.com mengatakan, para karyawan termasuk dirinya sedang menunggu adanya itikad baik dari perusahaan melalui jalur mediasi, namun jika tak kunjung menemui titik terang akan melanjutkannya ke jalur hukum.
“Sejauh ini kita belum ada plan untuk melakukan apa, tapi enggak menutup kemungkinan kalau memang karyawan udah pada jengah dengan urusan kaya gini, mau enggak mau kita harus bawa ini ke jalur hukum juga ke OJK. Karena udah menyangkut kriminal juga, lu potong pajak tapi engak dibayarkan, sudah mencuri, tapi sekarang lagi diusahain mediasi dulu,” ucapnya kepada duniafintech.com, belum lama ini.
Apa penyebabnya ?
Sebelumnya, Uangteman sudah beberapa kali gagal menggaet investor. Menurut seorang mantan karyawan Uangteman menjelaskan, pihak manajemen sudah memberi tahu atasan secara transparan terkait kondisi keuangan yang sedang goyah. Terutama, saat gagal mendapatkan suntikan dana seri B dengan nilai US$ 10 juta atau sekitar Rp 137 miliar.
Pada awal 2020, ia menjelaskan beberapa investor seperti Pegasus Tech Ventures, Silicon Valley, dan anak usaha Daiwa Securities Group Inc Jepang, ACA Investments, berminat memberikan kucuran dana kepada Uangteman. Namun rencana tersebut akhirnya gagal.
Pihak manajemen diminta untuk mencari investor lokal untuk memberikan pendanaan. Akhir tahun 2020, Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) berminat memberikan kucuran dana segar kepada Uangteman. Namun rencana itu kembali gagal.
Seorang mantan karyawan Uangteman menjelaskan, gagalnya perusahaan mendapatkan pendanaan karena tata kelola perusahaan yang buruk. Salah satunya, Uangteman tidak serius dalam mengurus track recordnya di Bank Indonesia (BI). Selain itu, banyaknya masalah perusahaan disebabkan oleh mismanajemen yang tidak memprioritaskan masalah apa saja yang harus diselesaikan dahulu.
Untuk sementara, Uangteman tidak menyalurkan pinjaman online dengan waktu yang tidak ditentukan. Perusahaan saat ini sedang fokus membenahi bisnis dan bangkit lagi. Adapun pembenahan bisnis Uangteman akan dilakukan di bawah manajemen baru yang saat ini dimilikinya.
Penulis: Kontributor / Achmad Ghifari
Editor: Anju Mahendra