30.5 C
Jakarta
Minggu, 22 Desember, 2024

Waduh! Aset Kripto Lagi Nggak Oke Nih, Investor pada Wait and See

JAKARTA, 11 Oktober 2024 – Sejumlah aset Kripto mulai terkena dampak dari ketegangan yang meluas di Timur Tengah. Pasca serangan rudal ke wilayah strategis Israel itu ternyata turut membawa dampak pada dunia industri kripto.

Dampaknya, pasar global dibayangi kekhawatiran atas potensi eskalasi perang yang berlanjut di Timur Tengah.

Hal itu tidak terkecuali bagi aset digital, mata uang kripto.

Sama seperti saham tradisional, pasar kripto merasakan tekanan, terguncang oleh berita ketegangan di Timur Tengah yang telah meresahkan investor ekuitas.

Investor aset kripto dan Bitcoin utamanya masih dibayangi kegelisahan dan ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Sehingga, para investor hanya wait and see terhadap kalender Ekonomi Amerika Serikat (AS) pekan ini, inflasi CPI dan PPI.

Bitcoin Berpotensi Melemah

Analis Ajaib Kripto Panji Yudha memaparkan bahwa dari sisi teknikal Bitcoin berpotensi melemah terlebih dahulu menuju US$61.000 (MA-100) sebelum kembali menguat nantinya ke resistance US$64.000 dan target selanjutnya ke US$66.000.

Menurut Panji, ketegangan geopolitik yang terjadi pekan lalu, terutama di Timur Tengah berdampak negatif pada perdagangan ETF Bitcoin Spot di AS pekan lalu.

Alhasil, kini tercatat net outflow US$300 juta periode 30 September–4 Oktober.

Harga Bitcoin sempat turun mendekati level support US$60.000 pada perdagangan sebelumnya.

Hingga berhasil rebound sentuh US$64.000 di Senin kemarin.

Saat ini, jika Bitcoin berhasil rebound dari area psikologis support US$60.000, sejatinya BTC berpotensi kembali menguat menguji resistance US$64.000 (di atas Rp1 miliar), dengan target potensial selanjutnya US$66.000.

Namun, apabila breakdown dari US$60.000, potensi penurunan lebih lanjut akan menuju US$57.000.

Stochastic turun menuju oversold dan MACD histogram bar dalam momentum bearish.

Bitcoin bergerak pada level US$60.834 (Rp952 juta) melemah mencapai 2,4% dalam 24 jam hari ini, juga merah 3,1% dalam tiga hari perdagangan, dan tertekan 0,9% dalam sepekan.

Aset Kripto Kompak Wait and See

Sejumlah aset kripto lainnya juga kompak wait and see hingga terjungkal di zona merah.

Adapun pelemahan terdalam terjadi pada Solana SOL dengan melemah mencapai 2,6% dalam 24 jam, dan drop 1,5% dalam sepekan perdagangan menuju harga US$140,06.

Toncoin TON ada di posisi selanjutnya pada deretan aset kripto yang tertekan harganya, adapun kejatuhannya mencapai 2,2%, dan secara sepekan anjlok 3,9% pada harga US$5,09.

Menyusul Ethereum ETH dengan tren bearish 2,1% dalam 24 jam, dan ambles 0,1% dalam sepekan perdagangan di harga US$2.395.

Terbaru, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden AS Joe Biden untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, saat Gedung Putih, Washington berupaya meredam pembalasan Israel atas serangan rudal Iran minggu lalu.

Kantor kedua pemimpin mengkonfirmasi pembicaraan tersebut, yang juga dihadiri Wakil Presiden Kamala Harris. Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan itu “Secara terang-terangan dan produktif,”

Picu Spekulasi Arah Suku Bunga FFR

Pekan ini, kalender ekonomi AS dapat menjadi katalis penggerak untuk laju Bitcoin.

Berdasarkan laporan inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI), kenaikan CPI yang signifikan bisa memicu spekulasi tentang arah suku bunga FFR di tutup tahun.

Pada periode sebelumnya, tingkat pertumbuhan tahunan inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) pada bulan Agustus tercatat 2,5%, menurun dari 2,9% sebelumnya.

Pergerakannya tercatat pertumbuhan bulanan tetap di 0,2%.

Core CPI, atau inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, tetap di 3,2% secara tahunan dan meningkat menjadi 0,3% bulanan. Ini adalah tingkat pertumbuhan terendah untuk CPI dan Core CPI sejak Februari 2021.

CPI Diperkirakan Akan Turun

CPI untuk September diperkirakan Analis akan turun menjadi 2,3% yoy lebih rendah dan melambat dari periode sebelumnya di angka 2,5% yoy.

Sementara Core CPI diproyeksikan juga lambat menjadi 3,11 %YoY, menunjukkan harapan perlambatan inflasi menuju target The Fed yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter mendatang.

Berselang satu hari, pada Jumat, inflasi Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) akan dirilis dengan perkiraan melambat menjadi 1,6% yoy, memberikan gambaran tentang biaya-biaya produksi.

“Kenaikan PPI dapat menunjukkan inflasi berkelanjutan, membuat Bitcoin lebih rentan terhadap penyesuaian harga, serta mempengaruhi biaya penambangan.” Panji menambahkan, “pidato The Fed yang dipengaruhi data inflasi sangat penting bagi Bitcoin. Penurunan suku bunga di bulan September menguntungkan pasar aset kripto. Jika inflasi minggu ini lemah, kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut bisa meningkat, mendukung Bitcoin,” kata Panji.

Namun, Panji memberikan catatan, data ketenagakerjaan yang kuat bisa memperkuat argumen untuk mempertahankan suku bunga.

“Minggu ini bayangi dengan data ekonomi AS yang dapat menentukan arah pergerakan bagi Bitcoin. Dengan data inflasi dan keputusan The Fed yang akan datang, investor perlu waspada terhadap faktor yang mempengaruhi pasar. Sentimen sosial dan geopolitik juga akan berperan penting dalam arah pasar ke depan,” tutup Panji.

Kripto Bereaksi Hati-Hati

Diketahui, pelaku pasar umumnya, termasuk kripto, akan bereaksi dengan berhati-hati dari ketidakpastian, dan prospek konflik lebih lanjut mendorong kegelisahan yang meluas.

Ketika ketegangan meningkat, keseimbangan terganggu, menyebabkan pasar terjerumus ke dalam siklus ketakutan dan kemunduran.

Hal itu disebabkan karena tidak ada kelas aset yang tidak tersentuh oleh kecemasan perang.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU