JAKARTA, 11 Desember 2024 – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah di awal pekan ini. Pasar sedang menantikan data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang diperkirakan akan memperkuat dolar lebih jauh.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka turun tipis 0,03% menjadi Rp15.850 per dolar AS. Kondisi ini berlawanan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu yang mencatat penguatan sebesar 0,06%.
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) tercatat stagnan di posisi 106,06 pada pukul 08.54 WIB, sama seperti angka penutupan sebelumnya.
Sentimen Data Inflasi AS Terhadap Rupiah
Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan berlanjut pekan ini. Data inflasi AS yang akan dirilis pada hari ini Rabu (11/12/2024) menjadi perhatian utama pasar. IHK dan IHK inti baik secara bulanan maupun tahunan diproyeksikan mengalami kenaikan.
Untuk inflasi tahunan, IHK diprediksi naik dari 2,6% year-on-year (yoy) pada Oktober menjadi 2,7% yoy pada November 2024. Jika prediksi ini terwujud, peluang Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga pada Desember akan semakin kecil, mengingat inflasi yang masih dalam tren kenaikan.
Pengaruh Tingkat Pengangguran AS
Meski demikian, pasar mendapatkan sedikit kelegaan dari laporan kenaikan tingkat pengangguran AS yang dirilis pekan lalu. Tingkat pengangguran naik dari 4,1% menjadi 4,2%, memberikan indikasi perlambatan pasar tenaga kerja.
Kondisi ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan tetap melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga. Menurut CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan The Fed bulan ini mencapai 85%.
Dengan berbagai dinamika ini, rupiah masih akan menghadapi tantangan besar untuk menstabilkan posisinya terhadap dolar AS, setidaknya hingga rilis data inflasi memberikan arah lebih jelas bagi pasar.