duniafintech.com – Tagomi, broker utama kripto yang berkantor pusat di New York, akan bergabung dengan Libra Association, badan pengelola untuk stablecoin yang dipimpin Facebook. Tagomi didirikan oleh Jennifer Campbell pada tahun 2018, mantan rekan di Union Square Ventures.
Tagomi akan menjadi anggota Asosiasi Libra ke-22. Anggota asosiasi diharapkan berkontribusi setidaknya $ 10 juta ke cadangan Libra, dengan menggunakan aset yang mendukung mata uang kripto.
Tagomi, telah berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar $28 juga, membuat komitmen $10 juta untuk sebuah startup berusia 2 tahun itu. Perlu dicatat bahwa beberapa nama terbesar dalam industri kriptonaset telah terdaftar sebagai klien di situs web perusahaan termasuk Galaxy Digital, Pantera dan Electric Capital. Proposisi nilai Tagomi di situs webnya sederhana: “Melakukan pesanan besar aset digital sangat sulit. Tagomi membuatnya sederhana.”
Selain itu, Tagomi memegang salah satu BitLicences yang sangat didambakan yang dikeluarkan oleh Departemen Layanan Keuangan Negara Bagian New York, yang memungkinkannya untuk melayani penduduk New York.
Asosiasi Libra sendiri telah menjadi berita akhir-akhir ini karena semua alasan yang kurang menyenangkan. Banyak pendukung aslinya meninggalkan proyek, takut tekanan peraturan datang dari pemerintah Amerika Serikat. Beberapa calon mitra yang memilih hengkang termasuk Vodafone, Visa, Mastercard, Stripe, PayPal dan eBay.
Baca juga:
- Fintech Pinjaman Indodana Dukung Pelaku Usaha Produktif
- Rekomendasi Trading Simulator Terbaik untuk Trader Kripto Pemula
Memberikan Dukungan untuk Berlanjutnya Proyek Libra
Adapun Tagomi, bagi stablecoin yang didukung Facebook ini bisa menjadi alat yang berguna yang akan mengurangi kebutuhannya untuk gateway fiat.
Campbell dan Tagomi juga akan menawarkan dukungan teknis dan kebijakan kepada Libra dalam upaya untuk membuat aset kripto ini lebih aman dan sesuai dengan hukum internasional. Itu akan sangat penting bagi Libra Association untuk mendapatkan lampu hijau dari regulator untuk peluncuran pada tahun 2020 seperti yang direncanakan semula. Pembuat undang-undang di AS dan UE telah mengecam Libra dalam dengar pendapat dan pers tentang potensinya untuk memfasilitasi pencucian uang, membahayakan privasi, dan mengganggu stabilitas sistem keuangan global.
Proyek Libra sendiri sampai saat ini masih dipandang positif oleh beberapa pihak termasuk anggota asosiasi. Selain Tagomi, saat ini ada Calibra, Shopify, PayU, Farfetch, Lyft, Spotify, Uber, Illiad SA, Anchorage, Bison Trails, Coinbase, Xapo, Andreessen Horowitz, Union Square Ventures, Breakthrough Initiatives, Ribbit Capital, Thrive Capital, Creative Destruction Lab, Kiva, Mercy Corps dan Women’s World Banking dalam jajarannya.
Banyak pihak masih penasaran bagaimana Libra akan berlanjut pasca bergabungnya anggota asosiasi baru seperti Tagomi. Bagaimana pendapat Anda?
(DuniaFintech/Dita Safitri)