JAKARTA, duniafintech.com – Dua pekan lalu, saham Grab Holdings Ltd resmi dicatat di bursa Amerika Serikat (AS). Lantas, bagaimana kabar pergerakan sahamnya usai listing di negara Paman Sam?
Diketahui, saat ini harga saham Grab kian jauh dari harga ketika melakukan pencatatan perdana pada 2 Desember 2021. Adapun saham Grab di indeks Nasdaq saat ini berada di level US$7,12 pada penutupan akhir pekan kemarin.
Di hari pertama pencatatan, saham Grab dilaporkan sudah turun 20%, yakni dari US$11,01 menjadi US$8,75. Meski demikian, saat pembukaan pertama, saham Grab memang sempat melejit.
Dibandingkan dengan posisi sekarang, saham tersebut telah turun 35%. Hal ini dibandingkan dengan posisi harga saham yang sebelum Grab masuk. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Grab melantai di Wall Street dengan melakukan merger senilai US$40 miliar atau setara Rp568 triliun (asumsi kurs Rp14.200) dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus (Special Purpose Acquisition Company/SPAC) bernama Altimeter Growth Corp.
Entitas gabungan ini diperdagangkan dengan kode saham “GRAB”. Lewat merger ini, Grab disebut telah memperoleh dana segar senilai US$4,5 miliar atau setara Rp63,9 triliun, termasuk suntikan modal pada April lalu sebesar US$750 juta dari Altimeter.
Chairman Nasdaq Asia Pacific, Bob McCooey, mengatakan dalam pembukaan perdagangan bahwa momentum ini adalah pertama kalinya dalam sejarah, yakni sebuah perusahaan asal Asia Tenggara melakukan pencatatan saham terbesar.
“Dengan listing saham Grab hari ini di bursa saham kami menjadi bagian dari sejarah pencatatan terbesar perusahaan asal Asia Tenggara di Amerika Serikat. Saya ucapkan selamat,” katanya.
Saham Grab Holdings: Sempat Naik, Lalu Melemah
Adapun pada hari pertama melantai di bursa saham Amerika Serikat (AS), Nasdaq, saham Grab Holdings Ltd diketahui anjlok lebih dari 20%. Padahal, pada menit awal ketika pembukaan perdagangan, sahamnya sempat naik hingga 21%.
Lalu, harga saham Grab ditutup melemah 20,53% atau 2,26 poin ke level US$8,69 per saham. Menurut Group CEO Grab, Anthony Tan, pihaknya tidak ambil pusing dengan anjloknya harga saham ini.
Seperti ramai diberitakan, perusahaan transportasi berbasis teknologi aplikasi, Grab telah memulai debutnya di bursa saham AS, Wall Street. Proses pencatatan dilakukan pada perdagangan Kamis waktu setempat.
Adapun perusahaan asal Asia Tenggara tersebut melakukan pencatatan sahamnya usai merger senilai US$40 miliar atau setara Rp568 triliun (asumsi kurs Rp14.200) dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus (Special Purpose Acquisition Company/SPAC) yang bernama Altimeter.
Menurut para analis, ruang bisnis Grab dalam ranah pengiriman makanan dan layanan keuangan masih cukup besar di Asia Tenggara. Terlebih lagi, wilayah ini punya jumlah penduduk 650 juta orang.
Di samping itu, nilai ekonomi internet Asia Tenggara pun diperkirakan bakal meningkat dua kali lipat menjadi US$360 miliar pada tahun 2025. Meski demikian, Grab tidak sendiri menggarap pasar itu sebab Sea Ltd (SE.N) dan Grup GoTo Indonesia. Diketahui, GoTo berencana melakukan IPO di dalam negeri pada 2022 usai menyelesaikan penggalangan dana pribadi senilai US$2 miliar.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra