JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini mengulas seputar finansial teknologi (fintech) yang memainkan peran penting dalam inklusi keuangan.
Hal ini juga membawa indonesia semakin maju dalam transformasi digital. Layanan keuangan non bank oleh fintech juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Terbukti, layanan fintech telah membantu banyak usaha mikro kecil dan menengah di daerah-daerah. Lewat pendanaan-pendanaan yang tepat, itu dapat bermanfaat luas. Untuk itu, mari kita simak ulasan berita fintech Indonesia berikut ini.
Kemenko Bilang, Fintech Terus Mainkan Peran Penting— Berita Fintech Indonesia
Kementerian Ekonomi RI meyakini bahwa fintech berperan penting ddal pertumbuhan ekonomi. Terutama ekonomi digital di tanah air.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan, bahwa eknologi finansial (financial technology/fintech) ini akan terus memainkan peran penting dalam peningkatan inklusi keuangan dan transformasi digital di Indonesia.
“Fintech memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat Indonesia untuk mengakses layanan jasa keuangan secara efisien dan ekonomis,” ujar Rudy yang berpartisipasi secara daring dalam acara Peluncuran Hasil Studi CELIOS di Jakarta, belum lama ini.
Di samping itu, dirinya mengungkapkan kehadiran fintech yang membantu mendistribusikan produk investasi turut mendorong munculnya investor domestik.
Saat ini pertumbuhan investor ritel di Bursa Efek Indonesia terbilang cepat, yang diimbangi pertumbuhan dari sisi rata-rata nilai transaksi dan frekuensi.
Menurut studi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), hingga akhir Mei 2022 jumlah investor ritel di pasar modal tercatat sebanyak 8,86 juta atau naik 18,9 persen secara tahunannya.
Dibarengi dengan Tumbuhnya Jumlah Investor Ritel
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan menunjukkan bahwa jumlah investor ritel sudah mencapai 9,1 juta dengan mayoritas investor berasal dari generasi milenial.
Rudy berpendapat pertumbuhan investor ritel memiliki korelasi yang kuat dengan perekonomian nasional ini. Semakin banyak investor di pasar keuangan akan meningkatkan perputaran uang, sehingga mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi berbagai tekanan internal maupun eksternal di tanah air.
Baca juga: Contoh Usaha Modal Kecil Untung Besar, Dijamin Auto Cuan!
“Dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan investor ritel di segmen milenial diharapkan dapat mendukung penciptaan berbagai sumber pertumbuhan baru dan menstimulasi aktivitas ekonomi secara agregat melalui peningkatan kemandirian pembiayaan, penguatan stabilitas pasar keuangan domestik, serta penyediaan biaya pembangunan infrastruktur,” kata dia.
Rudy pun membeberkan setidaknya terdapat beberapa faktor pendorong peningkatan investor ritel dan pemanfaatan teknologi finansial, antara lain kemunculan berbagai aplikasi investasi ritel, seperti aplikasi multi aset dimana investor dapat memiliki lebih dari satu jenis aset di dalam portofolionya.
Kemudian, integrasi dengan platform pembayaran, promo kode referensi, serta modal awal yang rendah dan biaya transaksi yang murahmurah.
Fintech Syariah Juga Mainkan Peran, Kini Dipandang Dunia– Berita Fintech Indonesia
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan fintech syariah dan menduduki posisi strategis di dunia.
Menurut laporan dari The Global Islamic Fintech Report (GIFT) 2022, Indonesia menempati posisi tiga dalam GIFT Index Score, setelah Malaysia dan negara Arab Saudi.
Ketua Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Ronald Wijaya mengatakan nahwa semakin banyak pemain fintech syariah yang kinerjanya diakui secara global. Terbaru, Ethis dan ALAMI memperoleh penghargaan Global Islamic Finance Award (GIFA) 2022.
Baca juga: Berita Fintech Hari ini: Akulaku PayLater Bermitra dengan Alipay+
“Memang sudah cukup layak Indonesia dapat perhatian tersebut, karena potensi ekonomi syariah Indonesia kedepan juga jauh lebih besar,” kata Ronald, dikutip dari Republika, Rabu (21/9/2022).
Ronald mengatakan, bahwa fintech syariah sudah seharusnya memainkan peran yang lebih konkret dalam mendorong kemajuan ekonomi syariah nasional. Hingga akhirnya dapat berkontribusi pada perkembangan fintech syariah secara global.
Selain itu, dengan kapitalisasi pasar yang mencapai 79 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.185,4 triliun secara global pada 2021, fintech syariah diproyeksi akan meningkatkan kapitalisasinya jadi 179 miliar dolar AS atau Rp 2.686 triliun pada 2026.
Indonesia sendiri diprediksi mengalami kenaikan volume transaksi fintech syariah dari sekitar 4,24 miliar dolar AS atau sekitar Rp 63,6 triliun pada 2021 menjadi 11,26 miliar dolar AS atau Rp 168,9 triliun pada tahun 2026.
Menurut laporan GIFT 2022 itu, saat ini ada sekitar 375 fintech syariah secara global. Mereka juga menunjukan sinyal penguatan atau maturity. Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia menunjukan potensi sebagai leading hubs negara.
Ronald mengatakan, bahwa industri fintech syariah dalam negeri juga saat ini terus berkembang.
Saat ini, jumlah fintech syariah syariah yang terdaftar, berizin, dan tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada sebanyak 22 fintech yang terdiri dari dua fintech syariah pembayaran, delapan peer to peer lending, dua securities Crowdfunding, dan delapan inovasi keuangan digital.
“Perkembangan di dalam negeri sangat baik, sekarang sudah banyak bermunculan fintech-fintech syariah baru yang sedang dalam proses pendaftaran di OJK,” kata dia.
Ronald juga mengamati semakin banyak big player yang masuk ke sektor teknologi sehingga jadi potensi besar ke depannya.
Itulah informasi seputar berita fintech Indonesia. Semoga informasi tersebut bermanfaat bagi Anda.
Baca juga: Berita Fintech Hari ini: Kanal Digital Kembangkan UMKM Daerah
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada