25.1 C
Jakarta
Kamis, 19 Desember, 2024

Apa Itu Crypto Winter: Ini Bedanya Crypto Winter 2022 dengan 2018

JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu crypto winter? Adapun istilah yang satu ini memang semakin sering terdengar serta menarik perhatian.

Istilah tersebut juga barangkali masih terasa asing di telinga sebagian besar orang. Namun, di komunitas kripto sendiri, istilah ini memang sering kali muncul.

Menukil laman CNBC, istilah yang satu ini menjadi ungkapan yang mengacu pada saat pasar tengah lesu, utamanya di pasar uang digital.

Untuk mengetahui lebih jauh soal istilah yang satu ini, simak ulasan berikut ini.

Baca juga: Cryptocurrency Hari Ini: Harga Bitcoin Diramal Tetap Cuan Hari Ini

Apa Itu Crypto Winter?

Sejatinya, crypto winter alias musim dingin kripto ini merupakan fase ketika harga kripto mengalami penurunan dalam jangka panjang akibat berbagai hal.

Adakalanya, musim dingin kripto dapat terjadi bersamaan dengan bearish market di pasar saham, tetapi tidak selalu demikian.

Pasar kripto dianggap mengalami crypto winter ketika harganya mengalami penurunan sebesar 20% atau lebih dari harga tertingginya saat ini.

Pada 2022, indeks harganya telah mengalami penurunan sekitar 70% dari harga tertingginya saat ini sehingga sudah bisa dikatakan bahwa investasi kripto sedang mengalami musim dingin atau winter.

Akan tetapi, sayangnya, musim dingin kripto adalah sesuatu yang sangat sulit diprediksi kapan akan berakhir sehingga seringkali memicu kepanikan pada investor.

Apalagi, tidak hanya koin kripto yang kurang begitu dikenal saja yang mengalaminya, tetapi NFT dan koin crypto dengan nama besar seperti Bitcoin dan Ethereum juga mengalaminya.

Perbedaan Crypto Winter 2022 dengan 2018 

Melangsir CNBC Indonesia, kembali ke tahun 2018, Bitcoin dan token lainnya merosot tajam usai kenaikan tajam pada tahun 2017. Hal ini mirip dengan yang terjadi tahun ini.

Kemudian, pasar dibanjiri dengan apa yang disebut penawaran koin awal (initial coin offering/ICO), di mana orang dengan rela menuangkan uangnya ke dalam aset kripto yang muncul di kiri, kanan dan tengah, tetapi sebagian besar proyek tersebut akhirnya gagal.

“Crash kripto di 2017 sebagian besar disebabkan oleh bubble yang sudah pecah,” ucap Direktur riset di perusahaan data kripto Kaiko, Clara Medalie, kepada CNBC International.

Akan tetapi, crash kripto 2022 lebih kompleks ketimbang 2017, di mana pasar kripto sudah mulai membentuk tren penurunan sejak awal tahun ini.

Hal itu lantaran investor telah memprediksi bahwa tahun 2022 sebagai tahun yang cenderung sulit bagi pasar kripto karena faktor ekonomi makro yang cenderung memburuk.

Inflasi yang terus meninggi dan menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (S), Federal Reserve (The Fed) dan bank sentral lainnya secara agresif menaikkan suku bunga. Faktor-faktor ini tidak terjadi pada crash kripto 2017—2018.

Bitcoin dan cryptocurrency lainnya kian berkorelasi erat dengan aset berisiko lainnya, khususnya saham. Bitcoin membukukan kuartal terburuknya dalam lebih dari satu dekade pada kuartal kedua tahun ini. Pada periode yang sama, Nasdaq yang sarat teknologi turun lebih dari 22%.

Adapun pembalikan pasar kripto yang tajam itu membuat banyak investor besar di industri kripto mulai mengalami masa-masa sulit akibat lesunya kripto.

Puncaknya, yaitu pada pertengahan bulan lalu, investor besar yang secara mayoritas terdiri atas perusahaan dana lindung nilai (hedging)hingga perusahaan pemberi pun akhirnya terkena krisis likuiditas.

“Perbedaan lainnya adalah tidak ada pemain besar Wall Street yang menggunakan “posisi yang sangat berpengaruh” pada tahun 2017 dan 2018,” ucap Profesor keuangan di Universitas Sussex, Carol Alexander.

Jurus Ampuh Menghadapi Musim Dingin Kripto

Mengutip id.beincrypto.com, berikut ini 4 strategi jitu yang bisa dicoba untuk menghadapi musim dingin kripto.

Tetap berinvestasi secara konsisten

Dalam dunia investasi kripto, kita mengenal adanya istilah bear market dan bull market.

Bear market adalah periode ketika para investor tengah dihadapkan dengan kondisi yang penuh dengan kerugian besar.

Sebaliknya, bull market adalah masa-masa saat para investor bergelimang profit. Maka dari itu, tidak mengherankan, jika bull market pun terasa lebih menyenangkan ketimbang bear market.

Akan tetapi, dalam investasi kripto, sebenarnya sangat memungkinkan bagi investor untuk memanfaatkan dan “menikmati” periode bear market, sebagaimana selama bull market.

Iakov Levin, pendiri sekaligus CEO platform investasi aset kripto Midas, mengatakan kepada BeInCrypto, “Pengguna dapat menyimpan sebagian dari portofolio mereka dalam [bentuk] stablecoin untuk tetap terus menerapkan strategi dollar-cost averaging (DCA).” 

Selanjutnya, dia menambahkan bahwa investor kemudian dapat menggunakan dana tersebut untuk membeli aset kripto utama, seperti BTC dan ETH.

Di samping itu, bisa juga berinvestasi di proyek solusi layer 1 dan layer 2 terbaik di pasaran.

Baca juga: Tutorial Investasi Crypto bagi Pemula, Dijamin Cuan!

Kemudian, Levin memaparkan, “Saya melihat strategi DCA sebagai solusi jangka panjang selama enam bulan hingga satu tahun. Strategi seperti ini memberi pengguna titik entry yang baik dan memungkinkan mereka menghasilkan keuntungan yang memuaskan selama siklus kenaikan berikutnya.”

Menurut kamus keuangan online Investopedia, dollar-cost averaging sendiri adalah sebuah strategi untuk menginvestasikan jumlah uang yang sama secara teratur dan berkala. Strategi ini bisa terus investor terapkan terlepas dari volatilitas harga aset yang terjadi, atau dalam hal ini harga aset kripto. 

Selain itu, strategi ini juga merupakan bentuk investasi sistematis yang berpotensi menawarkan efisiensi yang berguna di di tengah bear market.

Apa Itu Crypto Winter

Pilihlah aset digital yang “stabil” dan tetap konsisten untuk mengembangkannya

Secara historis, setiap kali bear market berakhir, pasar kripto akan selalu bangkit lagi untuk memulihkan kerugian yang ia timbulkan. Sementara itu, di pasar yang berisikan puluhan ribu proyek peniru, aset kripto blue-chip cenderung memiliki daya tahan yang lebih lama.

Terkait hal ini, Chris Esparza, yaitu pendiri sekaligus CEO dari platform keuangan terdesentralisasi Vault Finance, juga mengatakan kepada BeInCrypto bahwa, “Salah satu cara yang terbukti [keberhasilannya] untuk tetap bertahan selama crypto winter adalah dengan menghindari mata uang digital yang sangat fluktuatif.” 

“Semakin stabil sebuah aset digital, [maka] semakin kecil kemungkinan investor [untuk] kehilangan dananya. Investor yang sukses menghindari prospek keuntungan yang berlebihan selama crypto winter dan sebaliknya, [lebih] memilih investasi berisiko rendah yang memiliki tingkat return yang terjamin.”

Meskipun faktanya tidak ada satupun aset kripto yang tanpa volatilitas serta risiko bawaan, “dana investasi perlu dialokasikan dengan benar, [serta] dengan ketentuan yang memadai untuk kerugian marjinal,” ujar Esparza.

Menerapkan strategi “rebalancing” pada portofolio

Bull market mungkin saja telah menyebabkan proporsi aset kripto dalam portofolio kamu menjadi berlebihan. Jadi, jika itu benar adanya, maka kamu perlu menyeimbangkan kembali (rebalance) portofolio yang kamu punya. Strategi ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Iakov Levin. Ia mengusulkan “untuk menjual semua aset digital dengan likuidasi rendah.”

Selanjutnya, ia menjelaskan usulan tersebut dengan memberikan contoh, “Misalnya, [ada] beragam altcoin berkapitalisasi kecil, [yaitu] hingga US$100 juta – [juallah], jika tidak ada prasyarat fundamental khusus terkait pertumbuhan mereka selama bear market saat ini.” Kemudian, ia mengatakan bahwa “Pengguna juga dapat membuat strategi hedging DeFi, di mana investor [bisa] menghasilkan keuntungan ketika penurunan pasar.”

Tetaplah fokus pada target jangka panjang

Terlepas dari seberapa dalam penurunan pasar kripto yang terjadi. Penting bagi investor untuk tetap mempertahankan perspektif tentang dasar-dasar investasi jangka panjang di industri yang sedang berkembang ini.

Pasalnya, secara historis, pasar kripto selalu berhasil bangkit dari setiap penurunan yang terjadi.

Dengan kata lain, sebagai investor, kamu tidak perlu panik dan langsung menjual blue chip milikmu tanpa pikir panjang, atau bertindak gegabah.

Mendukung perspektif itu, ternyata hal yang sama juga sempat dibahas oleh co-founder Paradigm, Fred Ehrsam.

Dalam sebuah unggahan blog platform-nya baru-baru ini, ia menulis, “Mengingat semuanya serasa berjalan baik di masa booming, [investor] tergoda untuk melakukan segalanya. Pertahankanlah standar tinggi untuk mengubah atau memperluas perspektif Anda.”

“Konsep yang sama berlaku untuk siklus turun. Kuburan kripto dipenuhi oleh sisa-sisa perusahaan yang meninggalkan misi utama mereka ketika siklus turun, hanya untuk menyaksikan dengan sedih ketika ide mereka [baru] mulai berhasil di siklus naik berikutnya.”

Meskipun pesan Ehrsam tersebut kemungkinan utamanya ditujukan bagi para pendiri proyek kripto, tetapi nasihat itu juga bisa berlaku untuk investor biasa.

Baca juga: Platform Trading Crypto Terpercaya: Indodax dan Lain-lain

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU