31.9 C
Jakarta
Selasa, 30 April, 2024

Berita Fintech Indonesia: Kredit Bermasalah Pinjol Melonjak, Ini Penyebabnya

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait kredit bermasalah pada industri pinjol fintech peer to peer (P2P) lending.

Saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah memantau sebanyak 25 startup pinjaman online atau pinjol lantaran kredit bermasalah.

Adapun kredit bermasalah tersebut tercermin dari tingkat wanprestasi pengembalian atau keterlambatan pembayaran lebih dari 90 hari (TWP90) perusahaan di atas 5%. 

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dinukil dari Katadata.co.id, Rabu (22/3/2023).

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Fintech Lending Mulai Raup Keuntungan, Ini Penyebabnya Kata OJK

Berita Fintech Indonesia: Disebabkan oleh Asuransi Kredit dan Pandemi

Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Kuseryansyah, NPL fintech lending melonjak disebabkan oleh asuransi kredit dan pandemi.

Ia menyebut, coverage dari asuransi kredit merupakan sebuah tantangan yang cukup besar di industri fintech lending.

Asuransi kredit ini harus semakin kuat untuk mendukung industri fintech lending yang semakin agresif.

Di samping itu, 25 fintech lending bermasalah tersebut mungkin penyebab dari dampak pandemi covid-19.

“Beberapa platform sedang slow disbursement, terutama platform yang terdampak pandemi,” ucapnya dalam acara Media Luncheon AdaKami – Kontribusi Strategis P2P Lending untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Inklusif di Jakarta, Selasa (21/3/2023) kemarin.

Berita Fintech Indonesia: Komponen Biaya Tiba-tiba Meningkat

Adapun salah satu fintech P2P lending bermasalah adalah TaniFund, dengan TWP sebesar 63,93%.

Para petani disebut memiliki kendala bayar sebab komponen biaya yang tiba-tiba meningkat.

Komponen biaya meningkat seperti harga bahan baku, pakan ternak.

“Sehingga mereka mau tidak mau harus beli, tapi harganya tinggi,” jelasnya.

Kondisi itu membuat space margin petani berkurang, yang berakibat petani kesulitan untuk membayar. 

Kata dia lagi, permasalahan sulit bayar sektor pertanian tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi secara global.

“Di Indonesia, sektor yang paling sensitif adalah pertanian,” paparnya.

Di samping permasalahan kenaikan biaya, para petani pun memakai dana untuk hal konsumtif.

Kuseryansyah menyebut, fintech P2P lending memiliki kredit scoring yang membaca semua variabel dari calon peminjam yang sudah mengantisipasi hal itu.

Fintech juga mesti melihat behavior minus atau sisi konsumtif peminjam yang dinilai memiliki potensi risiko tinggi.

“Untuk melihat behavior peminjam dilihat dari sosial media,” ulasnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: OJK Beri Kesempatan P2P Lending Perbaiki Kredit Macet

Jumlah startup pinjaman online yang dipantau oleh OJK tersebut bertambah dibandingkan akhir tahun lalu 22 perusahaan.

“Jumlah perusahaan peer to peer lending dengan TWP90 di atas 5% ada 25,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono, akhir bulan lalu.

OJK akan memberikan surat pembinaan kepada 25 startup fintech lending atau pinjaman online tersebut.

Surat ini meminta mereka menyampaikan action plan perbaikan pendanaan kredit macet.

OJK akan memantau pelaksanaan action plan tersebut guna memastikan kredit bermasalah atau TWP90 turun.

Jika kondisi kredit bermasalah justru melonjak maka OJK akan mengambil tindakan pengawasan lanjutan.

berita fintech indonesia

Terpantau Aman pada Januari

Meski demikian, kondisi industri pinjaman online atau fintech lending di Indonesia terpantau aman pada Januari. 

Berikut ini rinciannya:

  • Laba bersih Rp 50,48 miliar atau pertama kali sejak berdiri
  • Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 89,16% atau lebih efisien dibandingkan Desember 2022 97,78% maupun Januari 2022 107,96%
  • Beban operasional (biaya ketenagakerjaan, pemasaran dan periklanan, beban umum dan administrasi, biaya pengembangan dan pemeliharaan IT) naik 56,79% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 890,49 miliar
  • Total pendapatan operasional (atas pengembalian pinjaman, pemberian pinjaman, dan denda) naik 81,79% yoy menjadi Rp 998,79 miliar
  • Outstanding penyaluran pembiayaan naik 63,47% yoy menjadi Rp 51,03 triliun
  • TWP90 turun menjadi 2,75%

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: OJK Ungkap Pemicu Fintech Lending Mulai Profit

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE