30 C
Jakarta
Sabtu, 23 November, 2024

Berita Fintech Indonesia Kolaborasi dengan 6 Fintech, Bank OCBC NISP Wujudkan Inklusi Keuangan

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terkait kolaborasi PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dengan 6 financial technology (fintech).

Terkait hal itu, Bank OCBC NISP optimistis bahwa penyaluran kredit senantiasa diiringi dengan kualitas yang terjaga. 

Hal itu pun dibuktikan dengan prinsip kehati-hatian yang selalu diterapkan perseroan.

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya, seperti dilangsir dari Kontan.co.id, Selasa (30/5/2023).

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Dikabarkan Gagal Bayar, Ini Profil Fintech P2P Lending Investree

Berita Fintech Indonesia: NPL Perseroan di Level 2,4 Persen

Menurut Digital Lending Division Head Bank OCBC NISP, Veronika Susanti, tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Gross perseroan berada di level 2,4% di kuartal I 2023.

“Bank OCBC NISP akan tetap memantau situasi secara rutin dalam mengantisipasi faktor makro yang membayangi antara lain environment suku bunga yang tinggi, inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” katanya.

Ia menjelaskan, pihaknya telah menjalin kolaborasi dengan beberapa perusahaan fintech di Indonesia dan dalam hal ini kolaborasi tersebut difokuskan pada pembiayaan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

“Sampai dengan kuartal I 2023, kami telah menyalurkan kredit melalui kerjasama dengan enam fintech peer to peer lending di mana dengan langkah ini Bank OCBC NISP fokus membiayai segmen UMKM,” tuturnya.

Bukan itu saja, imbuhnya, kolaborasi dengan fintech juga telah dilakukan melalui mekanisme investasi lewat OCBC NISP Ventura (ONV). 

Adapun harapannya adalah dapat mewujudkan inklusi keuangan kepada seluruh nasabah di Indonesia.

“Bank OCBC NISP terus membuka diri untuk bekerjasama dengan perusahaan fintech, sebagai upaya kami untuk mendukung bangkitnya perekonomian masyarakat Indonesia. Hal ini merupakan komitmen kami untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia akan layanan dan produk keuangan yang komprehensif,” terangnya.

Ditegaskannya, proses kerja sama dengan fintech hingga pemberian fasilitas loan channeling selalu diiringi dengan prinsip kehati-hatian dan memperhatikan aktivitas ekonomi secara umum.

Berita Fintech Indonesia: Dikabarkan Gagal Bayar, Ini Profil Fintech P2P Lending Investree

Sebelumnya dilaporkan, perusahaan teknologi finansial atau fintech lending (fintech peer-to-peer lending) PT Investree Radhika Jaya diisukan mengalami kredit macet. 

Mengutip investree.id, Investree adalah perusahaan teknologi finansial yang mengusung misi untuk mempertemukan orang berkebutuhan pendanaan (borrower) dengan pihak yang bersedia meminjamkan dana (lender). 

Bukan hanya itu, lembaga keuangan itu juga menyediakan layanan imbal hasil dan pinjaman berbunga kompetitif. 

Perusahaan yang bermarkas di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 48A, Karet Semanggi, Jakarta Selatan ini menetapkan origination fee, yaitu biaya yang berasal dari perbedaan rendah antara jumlah harus dibayar borrower dan jumlah keuntungan lender. 

Biaya tersebut sudah termasuk ke dalam tingkat bunga sehingga tidak ada pungutan tersembunyi. 

Investree diklaim sebagai pionir dan inovator fintech lending marketplace pertama di Indonesia. 

Kegiatan yang dilakukan berbasis daring (online) dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi yang dimaksud ialah aplikasi seluler untuk Android dan iOS. 

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Diterpa Isu Gagal Bayar, Ini Penjelasan CEO Investree

Selain diawasi OJK, perusahaan pendanaan bersama (crowdfunding) tersebut terdaftar sebagai anggota Fintech Indonesia dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). 

Mengacu pada studi kasus Investree 2020-2021, perusahaan fintech P2P lending tersebut mengaku mampu meningkatkan pendapatan 41 persen borrower segmen mikro dan mempertahankan pendapatan sebanyak 55 persen selama pandemi Covid-19 sehingga mendorong terciptanya 2.500 lapangan pekerjaan. 

Berita Fintech Indonesia

Produk Investree

Investree menawarkan tiga produk, yang meliputi:

  • Platform yang menghubungkan pihak pemilik modal dengan peminjam.
  • Produk pendanaan umum, yaitu Buyer Financing, Invoice Financing, Online Seller Financing, Working Capital Term Loan, Surat Berharga Nasional (SBN), dan Reksadana for Lender.
  • Produk pendanaan syariah, antara lain Online Seller Financing Syariah dan pembiayaan usaha syariah. 

Berdasarkan laporan hasil studi Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Investree menjangkau segmen demografi penduduk Indonesia, khususnya dari kalangan pemuda. 

Sebanyak 60 persen borrower berusia di bawah 35 tahun dan 19 persen pelaku usaha adalah perempuan. 

Investree membiayai 60 persen sektor perdagangan dan 40 persen sektor produktif lainnya, dengan rincian sebagai berikut:

  • Pakaian dan kosmetik: 27,5%,
  • Barang lainnya (untuk dijual): 14,5%.
  • Barang elektronik: 13,3%.
  • Jasa keuangan, real estat, dan jasa perusahaan: 11,4%.
  • Manufaktur: 9,4%.
  • Jasa-jasa: 9%.
  • Penjualan otomotif: 5,1%.
  • Konstruksi: 3,1%.
  • Furniture: 3,1%.
  • Transportasi dan informasi: 1,6%.
  • Pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, listrik, air, gas, penyedia hotel, dan restoran: masing-masing 0,4%. 

Sebagai pencetus industri fintech P2P lending di Indonesia, Investree mendukung perkembangan industri kreatif. Partisipasi sektor kreatif menyentuh angka 24 persen dari seluruh total kredit. 

Industri yang menggerakkan lahirnya inovasi dan penemuan tersebut, antara lain, adalah aplikasi dan pengembangan permainan, fotografi, serta film, animasi, dan video.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kata Modalku Terkait Rencana OJK Cabut Moratorium Izin Fintech

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU