duniafintech.com – Pelarangan cryptocurrency di Cina dilaporkan berkembang hingga laporan akan ditutupnya Bitcoin Exchange lokal di negara itu.
Dilansir dari laporan awal media Cina, bahwa pemerintah berencana untuk menutup pertukaran cryptocurrency domestik setelah melihat harga mata uang virtual ini turun hingga sekitar $100 Jumat pekan lalu. Berdasarkan data dari Coindesk, harga Bitcoin turun di angka $4,241 di akhir perdagangan di Inggris pekan lalu dan mencapai titik rendah $4,108 pada hari Senin.
Namun laporan lain mengatakan ada tindakan keras terkait keputusan regulator Cina, termasuk PBoC atau bank sentral Cina yang melarang initial coin offerings (ICOs). ICOs ialah skema penggalangan dana dengan menjual token digital baru. Hanya saja tindakan keras dari ICOs tidak begitu mempengaruhi kenaikan harga Bitcoin karena harga Bitcoin masih jatuh lebih dari $1.000 selama tiga hari.
Seorang analis dari CNBC mengatakan pada pekan lalu, bahwa Cina bisa menjadi salah satu negara yang menekan peraturan di pasar cryptocurrency dengan nilai sebesar $150 miliar.
Pasar Cina mungkin pasar yang paling meriah dalam hal ekses yang tidak rasional dan regulator di seluruh dunia akan mencari cara secara bertahap pada peraturan fenomena ICO,” kata Charles Hayter, CEO dan founder Crypto Compare.
Cina Perlu Melangkah Dengan Hati-Hati
Chamath Palihapitiya, seorang ventura capitalist dan juga pemilik Golden State Warriors, mencuitkan mengenai pemikirannya sendiri terhadap mata uang cryptocurrency.
Mantan karyawan Facebook ini juga memperingatkan Cina agar “melangkah hati-hati” dalam berurusan dengan Bitcoin yang sedang diminati dari seluruh dunia ini. Mata uang virtual ini beroperasi pada jaringan peer-to-peer, yang memungkinkan trader untuk mengirim pembayaran tanpa perlu approval pusat otoritas atau lembaga manapun.
Source: CNBC
Writer: Romy Syawal