32.1 C
Jakarta
Rabu, 1 Mei, 2024

Wow! Angka Kredit Bank Kalah dari Penawaran Umum di Pasar Modal

JAKARTA, duniafintech.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa pertumbuhan angka kredit perbankan sepanjang tahun lalu atau tahun 2021 kalah dari nilai penawaran umum di pasar modal.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK,  Wimboh Santoso, pada acara seremoni pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia tahun 2022 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/1), hingga 30 Desember tahun lalu, nilai penawaran umum di BEI mencapai Rp363 triliun.

Penawaran itu terdiri dari 194 penawaran umum seluruh instrumen, baik pencatatan saham, obligasi korporasi, maupun pencatatan efek lainnya, misalnya Exchange Traded Fund (ETF) serta Dana Investasi Real Estate (DIRE). Adapun penyokong terbesar penawaran umum tersebut utamanya di sektor teknologi dan keuangan.

“Ini jauh lebih tinggi dari 2020 yang hanya Rp118 triliun, bahkan ini luar biasa dalam sejarah. Raising fund di pasar modal itu lebih tinggi dari pertumbuhan kredit. Kredit selama 2021 hanya Rp228 triliun,” ucapnya, dilangsir dari CNBCIndonesia.com.

Ia menambahkan, bukan hanya dari sisi kinerja IHSG, ditilik dari sisi investor pun, pasar modal mengalami penambahan signifikan menjadi 7,5 juta investor pada tahun lalu.

“Mudah-mudahan ini tanda yang bagus untuk investasi ke depan,” ungkapnya.

OJK sebelumnya menyebut bahwa stabilitas sektor perbankan sampai akhir 2021 tetap terjaga. Diketahui, penyaluran kredit perbankan mencapai 4,82% secara year-on-year (YoY) sampai akhir November 2021 silam. Pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh peningkatan pada kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta ritel.

Adapun secara industri, mayoritas sektor utama kredit diketahui mencatatkan kenaikan terutama pada sektor pengolahan dan rumah tangga masing-masing sebesar Rp24,9 triliun dan Rp9,1 triliun.

Di sisi lain, dari segi kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross tercatat sebesar 3,19%. Untuk nilai penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami kenaikan 10,48% secara YoY.

Sementara itu, terkait likuiditas dianggap masih berada di level yang memadai. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 154,90% dan 34,24% atau berada di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50% dan 10%.

Kemudian, dari sisi permodalan, industri perbankan mencatatkan peningkatan CAR menjadi sebesar 25,62% atau jauh di atas threshold.

Milenial banyak nabung saham

Menurut Wimboh Santoso, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2021 menjadi salah satu yang terbaik di antara negara-negara lain di kawasan Asia. Pada penutupan perdagangan terakhir di tahun 2021, diketahui IHSG ditutup di level 6.581,48 dengan nilai transaksi Rp 10,21 triliun, dengan frekuensi sebanyak 1,21 juta kali

Dalam hal ini, pelaku pasar melakukan penjualan bersih senilai Rp304,07 miliar, sementara sejak awal tahun hingga 30 Desember 2021, IHSG sudah menguat 10,08%.

“Kalau investasi, 10,08% returnnya, termasuk jajaran terbaik di Asia, di antara negara lain,” katanya.

Untuk kawasan Asia Tenggara, kinerja IHSG disebut melampui kinerja bursa saham Malaysia yang terkoreksi 5,26%, lebih baik dari bursa Filipina yang menguat 2,73%. Di samping itu, kinerja IHSG pun lebih tinggi ketimbang bursa saham China yang menguat 4,21%, Hong Kong amblas 15,13%, Jepang menguat 4,91%, dan Korea Selatan 3,63%.

Bukan hanya dari sisi kinerja IHSG, sambungnya, dari sisi investor pasar modal pun ada penambahan signifikan menjadi 7,5 juta investor di tahun 2021.

“Ini menunjukkan bayak investor terutama ritel dan ini dapat kami sampaikan, milenial sebelumnya banyak konsumsi, sekarang banyak nabung di saham,” tuturnya.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE