25.6 C
Jakarta
Kamis, 25 April, 2024

Apa Itu Crypto Winter? Simak Sejarahnya di Sini

JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu crypto winter? Istilah yang satu ini semakin sering terdengar dan menarik perhatian belakangan ini.

Istilah ini pun agaknya masih terasa asing di telinga sebagian besar orang. Namun, di komunitas kripto, istilah ini memang kerap kali muncul.

Menukil laman CNBC, istilah yang satu ini menjadi ungkapan yang mengacu pada saat pasar tengah lesu, utamanya di pasar uang digital.

Untuk mengetahui lebih jauh soal istilah yang satu ini, simak ulasan berikut ini.

Baca juga: Game Penghasil Crypto tanpa Modal, Simak Daftarnya Ya!

Apa Itu Crypto Winter?

Menurut berita Forbes, istilah “crypto winter” ini kemungkinan berasal dari serial hit HBO, “Game of Thrones.”

Dalam pertunjukan itu, moto House of Stark adalah “Winter is coming.” Hal itu pun dianggap sebagai peringatan bahwa konflik abadi bisa turun di tanah Westeros kapan saja.

Demikian pula, masalah yang berkepanjangan mungkin terjadi di pasar crypto. Selama masa sulit ini, investor harus tetap waspada dan bersiap menghadapi kekacauan yang melanda pasar tanpa banyak peringatan.

Secara lebih harfiah, musim dingin kripto merupakan saat harga kripto terkontraksi dan tetap rendah untuk waktu yang lama. Para analis pun percaya bahwa roda musim dingin kripto yang muncul sudah bergerak lebih awal pada tahun 2022.

“Pasar crypto sudah merasakan efek dari peristiwa dunia, terutama konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan gejolak dalam keuangan global,” ucap CEO DBX Digital Ecosystem, Igor Zakharov.

Ia mencatat, inflasi yang tinggi sudah mendorong kenaikan suku bunga di AS, yang merupakan pemain terbesar dalam crypto.

“Pada saat TerraUSD dan Luna runtuh dan menggerakkan efek domino di dunia kripto, musim dingin kripto telah dimulai,” tuturnya.

Sejak November 2021, pasar crypto telah turun 60% atau turun drastis dari US$ 3 triliun menjadi kurang dari US$ 1 triliun saat ini.

Sejarah Apa Itu Crypto Winter

Menurut analis, musim dingin kripto lazimnya dimulai saat ada aksi jual tajam dari harga Bitcoin tertinggi sepanjang masa.

Diketahui, BTC mencapai level tertinggi 52 minggu di level US$ 68.990 pada November 2021 sebelum memulai penurunan yang panjang.

Selama tujuh bulan terakhir, Bitcoin sudah mengalami kerugian besar, turun hampir 70% dari November 2021 hingga pertengahan Juni.

Kemudian, ada Ethereum, cryptocurrency terbesar kedua, yang sudah turun 74% sejak puncaknya di bulan November, saat penulisan.

Para ahli pun mengatakan, ekspektasi untuk pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve memperburuk penurunan Juni dan investor institusional mendorong penjualan.

Baca juga: Cara Investasi Crypto Pasti Cuan Besar, Pemula Wajib Baca!

Adapun setiap investor yang membeli Bitcoin pada tahun lalu akan mengalami kerugian lantaran harga kripto sudah merosot tajam.

Sebelum musim dingin crypto terakhir, Bitcoin sudah mencapai level tertinggi hampir US$ 19.500 pada tahun 2017 sebelum jatuh ke kisaran US$ 3.300 pada tahun 2018 atau anjlok 83%.

Apa Itu Crypto Winter

Dampak Terjadinya Musim Dingin Kripto

Dampak terhadap Investor

William Luther, seorang profesor ekonomi di Florida Atlantic University, menilai bahwa fenomena Crypto Winter semacam ini dianggap sebagai hal yang lumrah dalam perdagangan mata uang kripto.

Melangsir CNBC, Luther pun mengingatkan para investor tetap tenang dan menjaga pandangan mereka dalam jangka panjang.

Adapun kerugian akibat merosotnya nilai mata uang kripto dikatakan hanya sebagai fenomena sesaat.

Ia menambahkan, fenomena crypto winter bisa menjadi pengingat bagi para investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi, utamanya di industri yang gampang mengalami pasang surut.

Dampak terhadap Karyawan

Bukan hanya terhadap para investor, crypto winter pun berdampak buruk bagi mereka yang bekerja/karyawan di perusahaan penyedia layanan transaksi kripto.

Di tengah musim dingin crypto ini, investor memang cenderung untuk menghentikan/mengurangi aktivitas perdagangan kripto mereka.

Hal itu akan membuat pendapatan perusahaan dengan layanan transaksi kripto akan menurun.

Pada akhirnya, kondisi itu memaksa perusahaan untuk mengurangi ongkos produksi layanan, di antaranya dengan mengurangi/memecat karyawan.

Baca juga: Tips Hindari Investasi Bodong Crypto, Pemula Wajib Tahu!

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE