33 C
Jakarta
Jumat, 19 April, 2024

Apa Itu Resesi Ekonomi Global? Perkuat Strategi Bisnis dengan Cara Ini

JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu resesi ekonomi global? Isu resesi ekonomi beberapa waktu belakangan memang semakin kencang terdengar.

Hal itu tentunya akan menjadi ancaman serius bagi seluruh negara di dunia jika resesi ini benar-benar terjadi nantinya.

Tahun 2023 sendiri diprediksi sebagai tahun terjadinya resesi global. Pemicunya, salah satunya, adalah naiknya suku bank sentral secara global. 

Nah, untuk memahami lebih dalam tentang istilah yang satu ini, simak ulasan berikut ini, seperti dirangkum dari berbagai sumber.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Resesi Ekonomi Global Guncang Indonesia? Begini Ramalan Mantan Menkeu

Apa Itu Resesi Ekonomi Global?

Resesi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan saat perputaran ekonomi suatu negara berubah menjadi lambat atau buruk. 

Adapun perputaran ekonomi yang melambat ini bisa berlangsung cukup lama, bahkan tahunan, sebagai akibat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara yang menurun selama dua kartal dan berlangsung secara terus-menerus.

PDB bisa diartikan sebagai aktivitas ekonomi sebuah negara selama satu periode. Maka dari itu, apabila sebuah negara mengalami aktivitas ekonomi yang turun secara terus-menerus selama dua periode maka negara itu bisa disebut sedang mengalami resesi.

Sementara itu, National Bureau of Economic Research (NBER) mendefinisikan resesi sebagai kondisi saat negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dalam kurun waktu beberapa bulan dilihat dari PDB riil, penghasilan, tingkat pengangguran, produksi industri, dan penjualan grosir-ritel.

Penyebab Terjadinya Perlambatan Ekonomi

Adapun resesi bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari guncangan ekonomi mendadak hingga inflasi yang tidak terkendali.

Melangsir Forbes Advisor, guncangan ekonomi mendadak yang menjadi faktor pendorong utama terjadinya resesi dicontohkan dengan terjadinya pandemi Covid-19.

Selain itu, jumlah utang berlebihan yang ditanggung individu dan bisnis dalam suatu negara pun menjadi penyebab terjadinya resesi. Kemudian, dampak lain juga bisa disebabkan dari gelembung aset yang didorong oleh keputusan emosional dalam berinvestasi.

“Pengambilan keputusan yang irasional menggelembungkan pasar saham atau gelembung real estate. Lalu, ketika gelembung itu meletus, penjualan panik dapat menghancurkan pasar, menyebabkan resesi,” demikian tulis Forbes Advisor.

Terlampau banyak inflasi dan deflasi di sebuah negara juga mendorong terjadinya resesi ekonomi.

Pada dasarnya, inflasi merupakan proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus. Sebaliknya, deflasi adalah penurunan harga dari waktu ke waktu.

Ketika deflasi menjadi tidak terkendali, orang dan bisnis akan menghentikan pengeluaran, yang melemahkan ekonomi.

Selain itu, sejumlah ekonom dunia pun khawatir bahwa AI dan robot bisa menyebabkan resesi, salah satunya karena kecanggihan teknologi tersebut dapat menghilangkan sejumlah kategori pekerjaan.

Pada 2023 ini, Bank Dunia mencatat bahwa resesi 2023 dipicu keadaan ketika bank-bank sentral seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi.

Adapun kenaikan suku bunga tersebut dapat membuat tingkat inflasi inti global, tidak termasuk energi, mencapai sekitar 5 persen pada tahun 2023, kecuali gangguan pasokan dan tekanan pasar tenaga kerja bisa mereda.

Angka tersebut hampir dua kali lipat rata-rata inflasi lima tahun sebelum pandemi. Selain naiknya suku bunga, krisis keuangan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang disebut bisa memicu resesi 2023 bertahan lama.

Jurus Ampuh Perkuat Strategi Bisnis di Tengah Apa Resesi Ekonomi Global

Melangsis Merdeka.com, di bawah iklim ekonomi yang tidak menentu ini, SIRCLO memaparkan beberapa praktik bisnis terbaik untuk pertumbuhan jangka panjang agar pemilik usaha di Indonesia dapat mempersiapkan diri dengan tangguh.

Baca juga: Apa Itu Resesi Ekonomi Global? Ternyata Begini Tanda-tandanya

Melihat gambaran besar perekonomian Indonesia pasca-pandemi

Untuk memperkuat fondasi perekonomian Indonesia, sangat penting untuk membangun ketahanan bisnis terhadap tekanan industri yang berskala besar maupun kecil.

Para pelaku bisnis perlu melihat gambaran besar saat menghadapi perekonomian Indonesia pasca-pandemi.

Guna beradaptasi dengan perubahan kebutuhan konsumen, pola konsumsi, dan situasi ekonomi, pelaku bisnis bisa mengembangkan strategi bisnis baru yang fokus pada pertumbuhan jangka panjang serta menghindari tindakan dramatis seperti lonjakan harga mendadak sebagai respons terhadap inflasi atau resesi.

apa itu resesi ekonomi global

Tidak mengabaikan penjualan yang bervolume kecil

Adapun konsumen yang berkecukupan secara finansial cenderung memiliki daya beli yang tinggi sehingga bisnis pun pada umumnya menyasar segmen konsumen tersebut untuk menghasilkan penjualan dan keuntungan bervolume tinggi.

Namun, di luar fakta itu, mengabaikan penjualan bervolume kecil bisa menjadi kesalahan besar karena sebagai mesin perekonomian negara, sebagian besar UMKM menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Di lain sisi, hampir semua lapangan kerja negara, yakni 97 persen, disediakan oleh 63 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60 persen dari PDB.

Oleh sebab itu, penting bagi pelaku bisnis untuk tidak kehilangan fokus pada penjualan yang bervolume kecil.

Kurangi biaya produksi dan tingkatkan penjualan

Di samping itu, penurunan harga produk bisa menjadi solusi untuk meningkatkan keuntungan dengan mengurangi biaya produksi dan menetapkan harga pasar.

Dengan menurunkan harga secara bertahap sambil mempertahankan margin keuntungan yang didapatkan dari setiap penjualan, pelaku bisnis bisa meningkatkan pangsa pasar mereka.

Adapun keunggulan komparatif atau yang biasa disebut dengan Comparative Advantage adalah teori ekonomi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memodifikasi sistem produksi untuk daya saing.

Sebuah negara mampu mencapai keunggulan komparatif saat negara itu menghasilkan komoditas atau jasa dengan biaya peluang yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Teori tersebut memungkinkan pelaku bisnis untuk menawarkan barang dan jasa dengan biaya lebih rendah ketimbang para pesaingnya sehingga margin keuntungan bisa ditingkatkan.

Perbanyak kolaborasi dan kemitraan

Pada era pasca-pandemi, kolaborasi dan kemitraan bisa menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi lintas industri.

Adapun kolaborasi dan kemitraan yang erat antar pelaku bisnis menjadi semakin relevan di pasar yang terfragmentasi seperti Indonesia.

Pada era digital, kolaborasi bisnis adalah langkah strategis yang bijak karena dapat mempengaruhi kinerja positif perusahaan secara signifikan.

Dengan begitu, kolaborasi dan kemitraan juga menjadi faktor pendukung yang sangat baik bagi kesuksesan bisnis di sektor digital Indonesia.

Baca juga: Apa Itu Resesi Ekonomi Global: Penyebab, Akibat, dan Gejalanya

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE