26.1 C
Jakarta
Minggu, 10 November, 2024

Banyak Saham Diskon, Beneran Nih? Yuk Cari Tahu di Sektor Ini!

JAKARTA, 31 Oktober 2024 – Saham diskon? Dalam seminggu terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona merah, dengan sejumlah saham blue chip yang turut mengalami penurunan harga. Sebentar lagi, kalender akan memasuki akhir tahun 2024, dan para investor mulai mempertimbangkan tren investasi yang menjanjikan untuk tahun 2025.

KISI Asset Management, perusahaan manajer investasi asal Korea Selatan, membagikan pandangannya terkait sektor-sektor yang potensial. Direktur Investasi KISI AM, Arfan F. Karniody, menjelaskan bahwa pihaknya masih optimis pada sektor perbankan dan tambang sebagai pilihan utama.

Saham Diskon, Apa Saja?

Selain itu, Arfan menyoroti sektor energi terbarukan yang semakin menarik. Walaupun sektor ini mungkin tidak akan menunjukkan pertumbuhan signifikan langsung pada tahun depan, ia memproyeksikan bahwa tren energi terbarukan akan terus berkembang dan menjadi lebih besar di masa mendatang.

“Kami memiliki satu sektor yang menurut kami, kalau bukan di 2025, maka tren ini akan terus berlanjut dan tumbuh lebih besar di tahun-tahun mendatang, yaitu sektor energi terbarukan,” ujar Arfan.

Apa Itu Saham Blue Chip?

Istilah “blue chip” dalam dunia saham pertama kali diperkenalkan oleh Oliver Gingold, seorang karyawan Dow Jones, pada tahun 1923 silam.

Saat itu, Gingold mengamati bahwa ada beberapa saham di bursa yang ramai diperdagangkan dengan harga tinggi (lebih dari US$200 per lembar) dan menyebutnya sebagai “saham blue chip”.

Penamaan ini terinspirasi dari permainan poker, di mana pemain menggunakan tiga kepingan koin (chip) berwarna berbeda untuk bertaruh: biru, merah, dan putih.

Karena chip biru memiliki nilai lebih tinggi daripada chip merah dan putih, maka istilah “blue chip” digunakan untuk menggambarkan saham dengan harga tinggi.

Meskipun pada awalnya “saham blue chip” diartikan sebagai saham yang diperdagangkan dengan harga tinggi, saat ini maknanya telah berkembang.

Merujuk pada Saham Unggulan

Saham blue chip kini merujuk pada saham dari perusahaan-perusahaan unggulan dengan kinerja keuangan solid, bertumbuh, dan memiliki reputasi baik di pasar.

Tidak semua saham yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dikategorikan sebagai saham blue chip.

Umumnya, perusahaan yang sahamnya masuk dalam kategori blue chip mempunyai beberapa kriteria di bawah ini, antara lain:

  1. Nilai Kapitalisasi Besar

Saham blue chip identik dengan kapitalisasi pasar yang besar, yaitu di atas Rp10 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai yang tinggi dan diakui oleh pasar.

  1. Likuiditas Tinggi

Selain berkapitalisasi besar, emiten yang masuk dalam kategori blue chip juga memiliki saham yang sangat likuid.

Artinya, saham dapat diperjualbelikan kapan saja karena ramai diperdagangkan investor serta harga sahamnya juga tidak mudah dimanipulasi oleh bandar.

  1. Kinerja Perusahaan Solid

Perusahaan blue chip umumnya memiliki kinerja keuangan yang stabil dan positif selama bertahun-tahun.

Mereka adalah pemimpin pasar di industrinya, dengan produk/jasa yang dikenal luas dan menghasilkan laba bersih yang konsisten.

  1. Rutin Bagi Dividen

Investasi di saham blue chip umumnya diiringi dengan pembagian dividen yang rutin.

Dividen ini merupakan keuntungan bagi investor, yang berasal dari sebagian laba perusahaan.

  1. Telah Beroperasi Lama

Saham blue chip umumnya merupakan saham dari emiten yang berkinerja bagus dan sudah teruji waktu.

Sektor Energi Terbarukan Jadi Incaran?

Sejumlah pihak mulai menyoroti sektor energi terbarukan sebagai terobosan baru.

Menurut Direktur Investasi KISI AM Arfan F. Karniody mengatakan pihaknya masih menilai sektor perbankan dan tambang prospektif.

Sektor terbarukan kata Arfan memiliki nilai unik dan juga menarik.

Meskipun Arfan, tak memungkiri adanya tren yang tidak akan langsung tinggi di tahun depan.

Arfan menilai sektor tersebut bakal makin besar dalam tahun-tahun mendatang.

Menurutnya, sektor terbarukan yang dimaksud bisa berupa energi panas bumi (geothermal) dan sektor perkebunan yang bakal lebih hijau lagi.

“Renewables-nya macam-macam, bisa geothermal, plantation juga bisa lebih green sekarang. Kita melihat renewables ini macam-macam sekarang,” tandasnya.

Ia melanjutkan, sektor terbarukan yang sangat unik ini bakal terus berkembang ke depannya. “Kita melihat 2-3 tahun ke depan this unique sector will be very big,” ucapnya.

Pihaknya menilai, sektor tersebut akan berlangsung dalam kurun waktu 2-3 tahun mendatang.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU