Pemerintah Singapura menawarkan sejumlah insentif kepada perusahaan lokal maupun asing yang memiliki pangsa pasar yang besar untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Singapura (SGX).
Untuk mendukung rencana tersebut, pemerintah Singapura dan Temasek Holding telah menyiapkan dana sekitar S$1,5 miliar atau setara dengan US$ 1,1 miliar atau sama dengan Rp15,7 triliun (kurs Rp10.491 per dolar Singapura).
Kebijakan ini tercipta usai SGX meluncurkan aturan baru terkait listing melalui perusahaan cangkang alias special purpose acquisition company (SPAC). Dengan demikian, SGX menjadi bursa pertama di kawasan Asia yang menerapkan sistem tersebut, setelah Amerika Serikat memberlakukannya tahun lalu
Tak Ingin Kehilangan Pasar, BEI Percepat Penerapan SPAC
Menanggapi hal ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) tak ingin kehilangan pasarnya. Pasalnya, sejumlah unicorn dan decacorn dalam negeri disebut-sebut bersiap untuk melakukan penawaran saham perdananya.
Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, untuk mengakomodir kebutuhan sejumlah perusahaan digital dalam melakukan IPO, pihaknya pun telah melakukan sejumlah terobosan kebijakan. Salah satunya dengan mempercepat penerapan SPAC.
“Pada saat ini di Indonesia belum terdapat skema investasi melalui pendirian perusahaan dengan skema SPAC. Untuk itu, BEI sedang melakukan studi terkait dengan SPAC termasuk pemetaan atas regulasi yang saat ini ada maupun regulasi baru yang sekiranya dapat mensupport pengembangan SPAC,” katanya, Rabu (6/10).
Dengan penerapan sistem SPAC tersebut pada sistem pencatatan saham perusahaan, maka diharapkan akan semakin banyak perusahaan, baik yang berbasis digital maupun perusahaan konvensional, untuk melantai di BEI.
“Dengan demikian peningkatan jumlah perusahaan tercatat diakselerasi melalui pencatatan saham perusahaan yang dilakukan seperti IPO konvensional dan juga melalui skema-skema khusus lainnya seperti SPAC,” ujarnya.
Strategi BEI Menarik Minat Perusahaan Digital Untuk IPO
Nyoman pun menuturkan, untuk menarik minat para perusahaan digital untuk mau melantai di BEI, pihaknya telah secara proaktif melakukan pertemuan tatap muka dengan sejumlah perusahaan.
Pertemuan tersebut untuk mendiskusikan dan memfasilitasi kebutuhan mereka terkait rencana pelepasan saham perdana mereka di pasar modal dalam negeri.
“Kami secara proaktif melakukan one on one session dengan perusahaan teknologi di Indonesia untuk melakukan diskusi dan mendengar kebutuhan mereka terkait opsi menggalang dana di pasar modal Indonesia,” ucapnya.
Inovasi yang adaptif dan kompetensi yang terus dilakukan BEI ini, sambungnya, untuk menjadikan BEI sebagai pusat pertumbuhan bagi seluruh karakteristik perusahaan-perusahaan potensial yang ada di Indonesia.
“Tentunya kami berharap para perusahaan teknologi buah karya anak bangsa tersebut memilih Bursa Efek Indonesia sebagai home listing mereka,” tuturnya.
Selain itu, dengan berbagai terobosan yang dilakukan BEI, dia berharap dapat memberikan nilai strategis bagi para unicorn maupun perusahaan teknologi untuk masuk ke pasar modal Indonesia.
“Dan tentunya diharapkan juga dapat menarik potensi masuknya pendanaan dari investor global,” tambahnya.
Menjaga Momentum Kebangkitan Pasar Modal Indonesia
Nyoman pun mengungkapkan, sejumlah inovasi kebijakan harus terus dilakukan BEI. Hal ini utamanya untuk menjaga momentum kebangkitan pasar modal Indonesia, setelah sempat terseok-seok akibat pandemi Covid-19.
Momentum kebangkitan ini pun tercermin dari jumlah investor yang terus bertumbuh setiap bulannya. Saat ini, terdapat 750 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI, termasuk unicorn Indonesia PT Bukalapak Tbk. (Buka)
Sedangkan, di pipeline saham BEI, sampai dengan 1 Oktober 2021 terdapat 24 perusahaan yang sedang dievaluasi dan mengantri untuk melantai di BEI tahun ini.
Menurutnya, adanya dukungan dan komitmen dari pemerintah, regulator terkait, serta masih tingginya gairah pasar modal Indonesia, dinilai sebagai faktor positif bagi pertumbuhan pasar modal Indonesia.
“Kami berharap Indonesia senantiasa menjadi negara pilihan investasi. Selain itu Indonesia diharapkan juga menjadi pilihan sarana peningkatan value perusahaan bagi perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia,” ujarnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra