JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini mengulas terkait proyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2023 oleh Bank Indonesia (BI).
Menurut proyeksi BI, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akan melesat hingga 5,3% secara tahunan (year on year/yoy).
Meski demikian, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tidak akan mencapai lebih tinggi dari 5,3%, kecuali kalau perekonomian China melonjak dan konsumsi swasta melonjak.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: 2022, Pendapatan per Kapita Indonesia Naik Jadi Rp71 Juta
“Revisi ke atas pertumbuhan ekonomi bias ke atas 4,5% hingga 5,3%, titik tengahnya 4,9%. Kalau bias ke atas bisa lebih tinggi dari 5%, tapi apakah lebih tinggi dari 5,3% pandangan BI mungkin belum,” katanya dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (17/2/2023).
“Perkiraan kami, di Indonesia bias ke atasnya menjadi 5,1%,” tuturnya.
Adapun perkiraan pertumbuhan ekonomi ini sudah jauh lebih dari negara-negara dan pertumbuhan ekonomi global di atas 2,3%.
Berita Ekonomi Hari Ini: Alasan Revisi Pertumbuhan Ekonomi
Sementara itu, alasan di balik revisi pertumbuhan ekonomi bias ke atas itu, sambung Perry, tidak terlepas dari kebijakan China yang sudah tidak lagi menerapkan kebijakan zero Covid-19.
Adapun dibukanya kembali ekonomi China, kata Perry lagi, akan mendorong kinerja ekspor Indonesia ke negara lain dan menjadi sumber ekonomi tanah air.
“Dari mana asalnya, yaitu konsumsi swasta lebih cepat dari yang kami perkirakan dengan adanya pencabutan PPKM dan kepercayaan konsumen. Dua itu utama di samping ada sumber-sumber lain,” papar Perry.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,3%. BI pun meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh 2,6%.
Di sisi lain, perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi.
Sementara itu, inflasi global menurun secara gradual dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan gangguan rantai pasokan, meskipun tetap di level tinggi seiring harga energi dan pangan yang belum turun signifikan dan pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa yang masih ketat.
Inflasi yang melandai diperkirakan mendorong kebijakan moneter ketat di negara maju mendekati titik puncaknya, dengan suku bunga diperkirakan masih tetap tinggi di sepanjang 2023.
“Ketidakpastian pasar keuangan global juga mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan depresiasi nilai tukar di berbagai negara tersebut berkurang,” jelas Perry.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Sri Mulyani Sebut Realisasi APBN 2022 Tumbuh, Ini Dampaknya
Berita Ekonomi Hari Ini: BI Setop Naikkan Suku Bunga Tapi AS Masih Lanjut, RI Aman?
Sebelumnya, BI jelas mengatakan bahwa tidak butuh kenaikan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) ke depan. Sekalipun bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1-2 kali.
“Bagaimana BI menyikapi? oleh karena itu dampak dari Fed itu kita sikapi dengan upaya kita kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk menjaga imported inflation tidak berdampak dalam negeri,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).
Selanjutnya adalah twist operation, operasi moneter dengan menjual surat berharga negara (SBN) jangka pendek agar yield menjadi lebih menarik.
“Twist operation penjualan SBN jangka pendek agar yield SBN jangka pendek itu tetap menarik bagi masuknya investasi portofolio khususnya dan itu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah,” terangnya.
Implementasi Kebijakan DHE
Langkah lainnya adalah dengan implementasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) pada 1 Maret 2023. Adapun, jangka term deposit valas yang ditawarkan tenor 1 tahun, 3 tahun dan 6 bulan.
Perry pun berjanji pemberian suku bunga TD Valas DHE akan dilakukan secara kompetitif mengacu pada suku bunga valas counterparty BI di luar negeri dengan besaran tiering suku bunga yang semakin besar untuk penempatan yang besar.
“BI punya account tetap di luar negeri akan kompetitif, tentunya semakin panjang suku bunganya akan semakin kompetitif tapi semakin jumlahnya besar suku bunganya juga semakin kompetitif,” pungkasnya.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Di antara Negara G20, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Termasuk yang Tertinggi
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com