JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini membahas terkait realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun 2022 lalu yang tumbuh.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dari sisi fiskal, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sudah bekerja keras melindungi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Berikut ini berita ekonomi hari ini selengkapnya, seperti dinukil dari Tempo.co.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Di antara Negara G20, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Termasuk yang Tertinggi
Berita Ekonomi Hari Ini: Jaga Momentum Pemulihan Ekonomi
Di samping itu, imbuhnya, juga menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan kinerja APBN yang tetap sehat dan berkelanjutan.
“Kinerja positif APBN 2022 terefleksi dari realisasi belanja negara yang sebesar Rp 3.090,75 triliun atau mampu tumbuh 10,92 persen (Year on Year/ YoY),” katanya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2023 di Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, kemarin, dikutip pada Rabu (1/2/2023).
Diungkapkannya, APBN sudah bekerja untuk melindungi daya beli masyarakat dan menopang pemulihan ekonomi.
Adapun hal itu dilakukan lewat dukungan subsidi dan kompensasi, penebalan bantuan sosial, dukungan proyek strategis nasional, penurunan stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem, dukungan program JKN, serta layanan publik di daerah.
“Seiring kuatnya dukungan belanja tersebut, ekonomi dapat pulih dengan cepat dan dunia usaha dapat bangkit lebih kuat,” jelasnya.
Dengan demikian, sebut bendahara negara, berdampak positif terhadap pendapatan negara yang mencapai Rp 2.626,42 triliun, tumbuh signifikan sebesar 30,58 persen (YoY).
Angka itu mencapai 115,90 persen dari target APBN (Berdasarkan Perpres No. 98/2022). Realisasi pendapatan meliputi realisasi penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 2.034,54 triliun (114,04 persen dari Perpres No. 98/2022) atau tumbuh sebesar 31,44 persen dari realisasi tahun 2021.
Kemudian, realisasi PNBP yang mencapai Rp 588,34 triliun (122,16 persen dari target Perpres No. 98/2022) atau tumbuh sebesar 28,32 persen (YoY).
“Kinerja pendapatan yang optimal tersebut terutama dipengaruhi pemulihan aktivitas ekonomi yang semakin menguat, masih tingginya harga komoditas, serta buah dari reformasi perpajakan,” paparnya.
Kata dia lagi, kombinasi dari pencapaian pendapatan yang tumbuh kuat dan kinerja belanja yang tumbuh positif itu berdampak terhadap pengendalian risiko fiskal yang semakin solid.
Hal itu terefleksi pada defisit APBN yang mencapai Rp 464,33 triliun atau 2,38 persen dari PDB, jauh lebih rendah dari target sebesar 4,50 persen PDB (Perpres No. 98/2022).
Dengan defisit APBN yang lebih rendah dibandingkan target awal, rasio utang pemerintah menurun dari 40,74 persen di akhir tahun 2021 menjadi 39,57 persen PDB di akhir tahun 2022.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Mulai Juni, RI Setop Ekspor Timah dan Tembaga
“Selain itu, keseimbangan primer yang sebelumnya negatif cukup besar, saat ini bergerak menuju positif,” urainya.
Berita Ekonomi Hari Ini: Perbaikan Pertumbuhan Ekonomi Masih Berlanjut
Disampaikan Sri Mulyani, perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut, dengan konsumsi rumah tangga tetap kuat disertai level inflasi yang lebih rendah dari prakiraan.
“Berlanjutnya kinerja positif perekonomian tercermin pada berbagai indikator dini per Desember 2022, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang terus memberikan sinyal optimisme,” sebutnya.
Di samping itu, sambungnya, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur juga melanjutkan tren ekspansi di level 50,9.
Kinerja neraca perdagangan pun terus mencatatkan surplus dengan total surplus di tahun 2022 mencapai USD54,46 miliar, merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022, lanjutnya, diprakirakan mencapai 5,2-5,3 persen. Ke depan, kata dia, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2023 diprakirakan tetap kuat.
“Sejalan dengan penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), dan berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN),” katanya.
“Meskipun sedikit melambat sebagai dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global.”
Inflasi Turun Lebih Cepat
Adapun untuk inflasi, tambah Sri Mulyani, menurun lebih cepat ketimbang yang diprakirakan.
Dalam hal ini, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir 2022 tercatat sebesar 5,51 persen (Year on Year/ YoY), jauh lebih rendah daripada prakiraan pasca penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022.
Hal yang sama juga terjadi pada inflasi inti, yang tercatat rendah pada akhir 2022, yakni sebesar 3,36 persen (YoY) jauh lebih rendah daripada prakiraan BI sebesar 4,61 persen (YoY).
Diketahui, penurunan inflasi IHK dan inti tersebut sebagai hasil koordinasi yang sangat erat antara pemerintah dan BI.
“Melalui respons kebijakan moneter BI yang front loaded, preemptive, dan forward looking. Didukung dengan pengendalian inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” paparnya.
Sri Mulyani menambahkan, ke depannya, inflasi inti diprakirakan tetap berada dalam kisaran 3 plus minus 1 persen pada semester I 2023.
“Dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen pada semester II 2023,” tandas Sri Mulyani.
Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Ekonomi Indonesia Baik, tetapi tidak Kebal Turbulensi Global
Sekian ulasan terkait berita ekonomi hari ini yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com