JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini terkait tentang survey Bank Indonesia mengenai harga properti residensial yang mengalami kenaikan, namun meskipun terjadi kenaikan harga properti untuk angka penjualan mengalami penurunan.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan bahwa harga properti residensial di pasar primer secara tahunan masih melanjutkan tren peningkatan pada triwulan II 2023.
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2023 tercatat naik sebesar 1,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79% (yoy). Simak ulasan dari survey Bank Indonesia:
Baca juga:Â Asuransi Properti All Risk Terbaik, inilah Rekomendasinya!
Harga Properti Residensial Triwulan II 2023
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan bahwa perkembangan harga properti residensial di pasar primer secara tahunan masih melanjutkan tren peningkatan pada triwulan II 2023.
Hal tersebut tecermin dari kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2023 sebesar 1,92% 1(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,79% (yoy).
Sementara itu, harga rumah tipe menengah mengalami peningkatan sebesar 2,72% (yoy), sedikit lebih rendah dari 2,76% (yoy) pada triwulan I 2023. Lebih lanjut, peningkatan juga terpantau pada harga rumah tipe besar dengan kenaikan sebesar 1,49% (yoy). Secara spasial, perkembangan indeks harga rumah yang meningkat pada triwulan II 2023 terutama terjadi di Kota Batam, Jabodebek-Banten, dan Denpasar.
Baca juga:Â Berita Ekonomi Hari Ini: Pentingnya Literasi Ekonomi Saat Investasi
Secara triwulanan, IHPR pada triwulan II 2023 juga terindikasi sedikit meningkat dengan kenaikan sebesar 0,48% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (0,42%, qtq). Kenaikan harga properti residensial secara triwulanan tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga rumah tipe kecil (0,75%, qtq) dan besar (0,41%, qtq). Sementara itu, harga rumah tipe menengah tercatat meningkat 0,49% (qtq), lebih rendah dibandingkan peningkatan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,66% (qtq).
Secara spasial, peningkatan IHPR Primer secara triwulanan terutama terjadi di Batam (2,88%, qtq), Jabodebek-Banten (0,74%, qtq), dan Denpasar (0,07%, qtq).
Berlanjutnya tren peningkatan harga properti residensial tersebut terjadi di tengah melemahnya tekanan inflasi IHK kelompok bahan bangunan. Hal tersebut tecermin dari inflasi tahunan untuk IHK subkelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan pada Juni 2023 sebesar 2,29% (yoy), lebih rendah dari 3,21% (yoy) pada triwulan I 2023.
Baca juga:Â Berita Ekonomi Hari Ini: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17 Persen
Penjualan Properti Residensial Triwulan II 2023 Alami Penurunan
Penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2023 secara tahunan masih belum kuat. Hal tersebut tecermin dari penjualan properti residensial yang masih terkontraksi 12,30% (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 8,26% (yoy).
Penjualan pada triwulan II 2023 tersebut dipengaruhi oleh belum kuatnya penjualan rumah tipe kecil dan tipe menengah yang masing-masing terkontraksi 15,81% (yoy) dan 15,17% (yoy). Sementara itu, penjualan rumah besar terpantau mengalami peningkatan sebesar 15,11% (yoy), setelah terkontraksi 6,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Baca juga:Â Berita Ekonomi Hari Ini: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17 Persen
Berdasarkan informasi dari responden, terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer, antara lain karena pertama, masalah perizinan/birokrasi (30,40%). Kedua, suku bunga KPR (29,52%). Ketiga, karena Proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (22,79%. Terakhir, karena adanya perpajakan (17,29%)
Sementara itu, penjualan rumah secara triwulanan pada triwulan II 2023 kembali tumbuh positif sebesar 6,59% (qtq). Peningkatan penjualan rumah secara triwulanan tersebut didorong oleh kenaikan penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar yang masing-masing tumbuh sebesar 9,89% (qtq) dan 22,48% (qtq), setelah keduanya mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya.
Namun demikian, penjualan rumah tipe menengah secara triwulanan mengalami penurunan sehingga terkontraksi sebesar 4,83% (qtq).