26.2 C
Jakarta
Selasa, 5 November, 2024

Berita Fintech Indonesia: Banyak PHK di Perusahaan Fintech, Ini Penyebabnya

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia mengulas soal banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan fintech saat ini.

Sebagai informasi, rangkaian langkah PHK banyak dilakukan oleh perusahaan startup dalam setahun belakangan. PHK ini juga terjadi di perusahaan rintisan fintech.

Namun, apa penyebabnya? Berikut ini ulasan selengkapnya, seperti dirangkum dari berbagai sumber.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Inilah Tantangan yang Perlu Diwaspadai Fintech 

Berita Fintech Indonesia: Biaya Lebih Tinggi daripada Pendapatan

Mengutip Kompas, Rabu (9/11/2022), menurut Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi, langkah PHK yang dilakukan oleh startup dilakukan karena biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada pendapatan perusahaan.

“Tentunya kami sebagai pelaku bisnis harus melihat antara revenue dengan cost. Kalau memang kami merasa atau dirasa cost-nya terlalu tinggi dan revenue tidak menutupi maka kami harus melakukan beberapa langkah,” ucapnya.

Kata dia lagi, keputusan melakukan PHK atau langkah-langkah efisiensi lainnya diharapkan telah melalui analisis yang mendalam dan menyeluruh. Namun, imbuhnya, hal itu memang sulit dihindari sebagai pelaku bisnis yang ingin tetap mempertahankan bisnisnya.

“Tetapi kami melihatnya memang ujung-ujungnya sebagai pelaku bisnis, kami harus mengambil keputusan kalau ingin bisnisnya bisa sustain dan bisa terus sehat,” jelasnya.

Ia menambahkan, pada tahun depan, ancaman PHK mungkin saja masih bisa terjadi. Hal itu sangat bergantung pada fundamental bisnis startup fintech. Dirinya pun berpesan, fintech lending perlu untuk cermat dalam memilih segmen pasarnya.

“Di 2023, saya rasa tergantung dari fundamental bisnisnya. Kalau kami bicara fintech lending, apakah bisnisnya memiliki segmen pasar yang jelas? Kedua, bagaimana dia bisa menurunkan biaya akuisisi. Makanya, harus kerja sama dengan ekosistem. Kalau tidak, pasti biaya akuisisinya mahal,” sebutnya.

Disampaikannya juga, untuk bisa menekan beban operasional, fintech lending perlu untuk berkolaborasi dengan ekosistem, baik yang digital maupun sesama lembaga jasa keuangan.

“Dengan begitu, funding-nya tidak hanya bergantung dari ritel, tetapi juga institusi perbankan dan sebagainya,” tutupnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini 88 Fintech IKD OJK Kuartal III/2022

Berita Fintech Indonesia: KoinWorks Merumahkan 70 Karyawan

Untuk diketahui, badai di industri startup masih berlanjut. Seolah menyusul kawan startup lain, KoinWorks pun kabarnya ikut merampingkan struktur organisasinya pada tahun ini. 

Startup fintech lending ini telah merumahkan sebanyak 70 orang atau sekitar 8% dari total karyawannya. Mengutip Tech in Asia, PHK tersebut menjadi upaya untuk menata kembali struktur perusahaan.

KoinWorks pun memastikan akan tetap berupaya memenuhi kebutuhan pengguna. Meski demikian, sejauh ini Co-founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono masih belum memberikan pernyataan lebih lanjut soal ini.

Sebagai informasi, pada awal tahun ini, KoinWorks membukukan pendanaan seri C dengan total $108 juta, terdiri dari ekuitas $43 juta dan debt $65 juta. Dengan tambahan pendanaan ini, valuasi KoinWorks ditaksir mencapai sebesar $250 juta.

Adapun sejak tahun lalu, KoinWorks mulai melebarkan strateginya di luar bisnis lending untuk menjangkau lebih banyak pengguna UMKM, yakni menjadi neobank.

Menurut Benedicto, conversion rate dari lending terbilang rendah di bawah 10% dari total leads yang masuk. Itu membuat sejumlah UMKM mengalami over finance alias belum layak didanai atau sedang tak butuh pendanaan.

Maka dari itu, perusahaan menggandeng Bank Sampoerna merilis KoinWorks NEO yang ditujukan bagi UMKM.

KoinWorks NEO merupakan platform finansial terintegrasi bagi UMKM, pekerja lepas, content creator, hingga startup.

Guna mempertajam misinya, KoinWorks kembali memperkenalkan penilaian profil risiko baru Grade S (Grade Spesial) untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil.

Berita fintech Indonesia

Gelombang PHK Startup

Adapun pada tahun ini gelombang pemutusan kerja cukup banyak terjadi di industri startup, di antaranya Xendit, Zenius, dan LinkAja. Jumlah karyawan yang terkena PHK pun berjumlah puluhan hingga ratusan orang.

Menurut data yang dihimpun, jumlah PHK paling besar tahun ini terjadi pada Zenius, yaitu sebanyak 800 pegawai dalam dua kali pengumuman. PHK tersebut dilakukan oleh Zenius lantaran faktor perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen.

Sementara itu, Xendit bukan hanya melakukan PHK di Indonesia saja, melainkan juga di Filipina. Adapun laporan RevoU mengacu dari data LinkedIn Premium Insights menyebutkan Xendit menerima sebanyak 307 karyawan baru pada tahun lalu, sedangkan Zenius mengambil 521 karyawan baru di periode sama.

Sekian ulasan tentang berita fintech Indonesia yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Oktober, Outstanding Pinjaman Rupiah Cepat Rp190 M

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU